Jumat, 25 April 2014

Tradisi Unik di Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon

Di Masjid sang Cipta Rasa Cirebon yang di bangun oleh wali Allah pada tahun 1480 M ini setiap sholat Jum'at ada yang berbeda dengan masjid-masjid kebanyakan. Setidaknya Portal Cirebon mencatat ada tiga perbedaan yang cukup mencolok dan unik dalam setiap diadakannya sholat Jum'at di masjid ini yang Portal Cirebon tak menemuinya di masjid lain, dan mungkin inilah yang membuat sebagian jemaah selalu kembali dan kembali lagi ke masjid ini setiap mau melaksanakan sholat Jum'at tak peduli seberapa pun jauhnya jarak masjid ini dari tempat tinggal mereka.

Apa saja perbedaan-perbedaan dari masjid ini yang tidak akan di temui di masjid lain di Nusantara, inilah rincian singkatnya...

Ada jemaah perempuan yang ikut sholat Jum'at
Pada setiap sholat Jum'at yang kebetulan jatuh pada hari pasaran kliwon, banyak jemaah perempuan yang ikut sholat Jum'at di Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon ini dengan satu keyakinan bahwa bila mereka ikut sholat Jum'at yang jatuh tepat pada hari Jum'at Kliwon maka yang bersangkutan akan memperoleh berkah. Atas dasar keyakinan itulah, pada Jum'at Kliwon banyak jemaah perempuan yang datang tidak hanya dari daerah Cirebon tapi juga banyak yang datang dari luar kota untuk ikut bersholat Jum'at di Masjid ini.

Azan Pitu
Berbeda dengan masjid lain yang biasanya hanya menampilkan satu Muadzin, maka di Masjid Sang Cipta Rasa ini setiap sholat Jum'at selalu menampilkan 7 muadzin sekaligus (azan pitu) hingga terdengar seperti koor. Azan pitu ini sendiri menurut legenda yang beredar di masyarakat Cirebon berawal saat Mesjid Sang Cipta Rasa yang masih beratapkan rumbia terbakar hebat. Berbagai upaya dilakukan untuk memadamkan api, namun selalu gagal. Sampai akhirnya istri Sunan Gunungjati Nyi Mas Pakungwati menyarankan agar dikumandangkan azan. Namun api belum juga padam. Azan kembali dikumandangkan oleh dua orang sampai berturut-turut tiga orang sampai enam orang, namun api belum juga padam. Konon api baru padam setelah azan dikumandangkan oleh tujuh orang muazin. Api yang membakar mesjid konon merupakan ulah Menjangan Wulung -mahluk gaib yang berwatak jahat semacam leak di Bali-. Dalam versi lainnya yang serupa tapi tidak sama menyebutkan, terbakarnya mesjid bukan dalam arti secara fisik tetapi secara filosofis. Versi berbeda menyebutkan bahwa azan pitu merupakan titah Sunan Gunungjati sebagai strategi untuk mengalahkan pendekar jahat berilmu hitam tinggi bernama Menjangan Wulung. Saat itu, Menjangan Wulung bertengger di kubah masjid, dan menyerang setiap orang yang hendak ke masjid baik untuk azan maupun hendak salat. Setiap muazin yang melatunkan azan selalu tewas karena serangan dari Menjangan Wulung yang tidak senang dengan perkembangan Islam di tanah Jawa yang begitu pesat. Kondisi ini tentu saja membuat resah warga yang hendak melantunkan azan maupun hendak sholat. Kemudian Sunan Gunung Jati menitahkan agar dikumandangkan azan oleh tujuh orang sekaligusuntuk mengusir Menjangan Wulung ini. Dan benar saja, begitu azan pitu ini berkumandang, Menjangan Wulung yang sedang bertengger di kubah masjid akhirnya terpental bersama kubah masjid yang didudukinya hingga ke negeri Banten dan tak pernah kembali lagi ke Cirebon. Konon itulah sebabnya sampai sekarang masjid Sang Cipta Rasa tak memiliki kubah masjid.

Khotbah Berbahasa Arab
Tradisi yang tak kalah uniknya dari masjid ini selain azan pitu dan jemaah perempuan yang ikut bersholat Jum'at adalah sampai saat ini khotbah Jum'at selalu dibawakan dengan menggunakan bahasa Arab. Dan meski hampir semua jama'ah tak memahami artinyajamaah tetap menyimaknya dengan khusu tanpa mengobrol dengan rekan disebelahnya. Tujuan dari tetap dilestarikannya khotbah berbahasa Arab ini sendiri konon untuk memotivasi jamaahnya agar mau belajar bahasa Arab.

Jadi, bila anda kebetulan sedang melintas di Cirebon ketika hari Jum'at, tidak ada salahnya bila anda mampir sebentar untuk ikut sholat Jum'at di masjid Sang Cipta Rasa ini.
Salam.(http://portalcirebon.blogspot.com/) (Ilmu Warisan Leluhur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar