Semua makhluk ciptaan Allah SWT dapat dibagi kepada dua macam, yaitu:
makhluk yang gaib (al ghaib) dan makhluk yang nyata (as syahadah). Yang
bisa membedakan keduanya adalah pancaindera manusia. Segala sesuatu yang
tidak bisa dijangkau oleh salah satu pancaindera manusia digolongkan
kepada al ghaib, sedangkan yang bisa dijangkau oleh salah satu
pancaindera manusia digolongkan kepada as syahadah.
Untuk
mengetahui dan mengimani wujud makhluk gaib tersebut, seseorang dapat
menempuh dua cara. Pertama, melalui berita atau informasi yang
diberikan oleh sumber tertentu (bil-Akhbar).
Kedua, melalui bukti bukti nyata yang menunjukkan makhluk gaib itu ada (bil atsar).
Salah satu makhluk gaib Allah adalah malaikat.
Allâh
menciptakan mahkluk-makhluk untuk menjalankan alam semesta ini. Di
antara makhluk-makhluk Allâh, ada yang diciptakan nyata (yaitu meliputi
seluruh zat dan energi fisik, termasuk makhluk-makhluk biologis), dan
ada yang diciptakan ghaib . Hukum fisik real berlaku untuk mahkhuk
nyata, dan hukum ghaib berlaku untuk makhluk ghaib. Tidak banyak yang
dapat diketahui manusia tentang keghaiban, kecuali yang diinformasikan
Allâh melalui rasul dan kitab-Nya.
Salah satu jenis makhluk
ghaib adalah malaikat. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam
mengelola alam semesta. Jumlah malaikat sangat banyak [kita tidak akan
membahas lagi kata jumlah dalam dimensi ghaib]. Beberapa nama malaikat
yang perlu dikenal adalah :
Jibril (Ruhul Amin, Ruhul Qudus, Gabriel). Bertugas menyampaikan wahyu dari Allâh.
Mikail (Michael). Mengatur urusan pengaturan semesta, termasuk rizqi manusia.
Izrail (Malaikat maut). Mencabut ruh semua makhluk.
Israfil. Meniup sangkakala pertanda hari kiamat.
Raqib. Mencatat amal baik manusia.
Atid. Mencatat amal buruk manusia.
Munkar dan
Nakir. Menanyai manusia yang baru wafat.
Ridwan. Menjaga surga.
Malik. Menjaga neraka.
Maka untuk meyakini dan mengimani keberadaan malaikat bisa ditempuh dengan dua cara.
Pertama,
melalui berita (akhbar) yang disampaikan oleh firman Allah dalam
Al-Qur‘an maupun sabda Rasulullah SAW dalam Hadits. Banyak sekali
ayat-ayat Al-Qur‘an dan hadits yang menjelaskan perihal malaikat. Karena
kita mengimani kebenaran sumber (Al-Qur‘an dan Hadits), maka berita
tentang malaikat pun kita imani adanya.
Kedua, kita dapat
mengetahui dan mengimani wujud malaikat melalui bukti-bukti nyata yang
ada di alam semesta yang menunjukkan bahwa malaikat itu benar-benar ada.
Misalnya, Malaikat Maut yang bertugas mencabut nyawa manusia, dapat
dibuktikan secara nyata dengan adanya peristiwa kematian manusia.
Demikian pula dengan keberadaan Malaikat Jibril, bisa dibuktikan secara
nyata dengan adanya Al-Qur‘an yang disampaikannya kepada Nabi Muhammad
SAW.
Secara etimologis (lughawiy), kata “malaikah” yang dalam
bahasa Indonesia disebut “malaikat,” adalah bentuk jamak dari kata
“malak,” berasal dari mashdar “al-alukah” yang berarti ar-risalah (misi
atau pesan). Yang membawa misi disebut “ar-rasul” (utusan). Dalam
beberapa ayat Al-Qur`an, malaikat juga disebut dengan “rusul”
(utusan-utusan), misalnya pada surat Hud 69. Bentuk jamak lainnya dari
kata “malak” adalah “mala`ik.” Dalam bahasa Indonesia, kata “malaikat”
bermakna tunggal (satu malaikat), bentuk jamaknya menjadi
“malaikat-malaikat.”
Secara terminologis (isthilahiy), makaikat
adalah makhluk gaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya (nur)
dengan wujud dan sifat-sifat tertentu.
Tentang penciptaan
malaikat, Rasulullah SAW menginformasikan bahwa malaikat diciptakan dari
cahaya (nur), berbeda dengan jin yang diciptakan dari api (nar):
“Malaikat
itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam
diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua” (HR. Muslim).
Tentang kapan waktu penciptaannya, tidak ada penjelasan yang
rinci. Tapi yang jelas, malaikat diciptakan lebih dahulu dari manusia
pertama (Adam AS) sebagaimana yang disebutkan oleh Allah SWT dalam
surat Al Baqarah ayat 30:
“Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman
kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi...” (Al Baqarah 30).
Sebagai makhluk
ghaib, wujud Malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan
dicicipi (dirasakan) oleh manusia. Dengan kata lain tidak dapat
dijangkau oleh pancaindera, kecuali jika malaikat menampilkan diri
dalam rupa tertentu, seperti rupa manusia. Dalam beberapa ayat dan
hadits disebutkan beberapa peristiwa malaikat menjelma menjadi manusia,
seperti:
“Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami
(malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar
gembira, mereka mengucapkan: Selamat. Ibrahim menjawab: Selamatlah,
maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang
dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya,
Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka.
Malaikat itu berkata: Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah
(malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth” (Hud 69 70).
“Dan
ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur`an, yaitu ketika ia
menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur maka
ia mengadakan tabir (yang malindunginya) dari mereka, lalu Kami mengutus
roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk)
manusia yang sempurna” (Maryam 16 17).
Dalam suatu hadits
riwayat Muslim disebutkan bahwa malaikat Jibril pernah datang dalam rupa
manusia menemui Rasulullah SAW –disaksikan oleh sahabat sahabat beliau,
antara lain Umar bin Khaththab– dan menanyakan tentang Islam, Iman,
Ihsan dan Sa’ah (Kiamat). Setelah malaikat itu pergi barulah Rasulullah
SAW bertanya kepada Umar: “Ya Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya
tadi. Umar menjawab; “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Lalu
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya ia adalah Jibril yang datang
mengajarkan ad diin kepada kalian.” (HR. Muslim).
Malaikat tidak
dilengkapi dengan hawa nafsu, tidak memiliki keinginan seperti manusia,
tidak berjenis lelaki atau perempuan, dan tidak berkeluarga. Hidup
dalam alam yang berbeda dengan kehidupan alam semesta yang kita
saksikan ini. Yang mengetahui hakikat wujudnya hanyalah Allah SWT.
Jumlah
malaikat sangat banyak, tidak bisa diperkirakan. Sesama mereka juga ada
perbedaan dan tingkatan tingkatan, baik dalam kejadian maupun dalam
tugas, pangkat dan kedudukan. Allah menyebutkan bahwa ada malaikat yang
bersayap dua, tiga dan empat:
“Segala puji bagi Allah Pencipta
langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk
mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada
yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”
(Fathir 1).
Dalam suatu hadits riwayat Muslim disebutkan bahwa
Rasulullah SAW pernah melihat Jibril bersayap enam ratus: “Rasulullah
SAW melihat Jibril ‘alaihis salam bersayap enam ratus” (HR. Muslim).
Perbedaan
jumlah sayap tersebut bisa saja berarti perbedaan kedudukan, pangkat
atau perbedaan kemampuan dan kecepatan dalam menjalankan tugas.
Sedangkan bagaimana bentuk sayap tersebut tentu saja kita tidak bisa
mengetahuinya dan memang tidak perlu berusaha untuk menyelidikinya
karena –seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya– malaikat adalah
makhluk gaib (immaterial) yang hakikatnya hanyalah Allah SWT yang
mengetahuinya. (Sumber majalah Tabligh & Isnet)
Wallahu a’lamu bis-shawab.
(Ilmu Warisan Leluhur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar