Sebelum kita mengetahui strategi setan menjerumuskan manusia, ada
baiknya terlebih dahulu mengetahui Visi dan Misi setan. Visi setan
adalah memperbudak manusia dan Misi setan mengkondisikan manusia lupa
kepada Alah SWT.
Adapun strategi setan untuk mewujudkan visi dan misinya adalah sbb :
1. Waswasah
Waswasah
artinya membisikkan keraguan pada manusia ketika melakukan kebaikan
atau amal sholeh. Saat kumandang azan subuh dan tubuh kita masih dililit
selimut, terbersit dalam pikiran kita, “Nanti lima menit lagi”. Ini
adalah waswasah. Kenyataannya bukan lima menit tapi satu jam, akhirnya
Sholat Shubuh terlambat bahkan tidak sholat.
2. Tazyin
Tazyin
artinya membungkus kemaksiatan dengan kenikmatan. Segala yang berbau
maksiat biasanya terlihat indah, Misalnya, mengapa orang yang berpacaran
lebih mesra daripada suami-istri? Jalan-jalan saat pacaran lebih
mengesankan daripada setelah menikah. Ini karena ada unsur tazyin.
Pacaran itu maksiat, sementara nikah itu ibadah. Maksiat disulap oleh
setan sehingga terasa lebih indah, nikmat dan mengesankan. Inilah yang
disebut strategi tazyin.
3.Tamanni
Tamanni artinya
memperdaya manusia dengan khayalan dan angan-angan. Pernahkan terbersit
niat akan Shalat Tahjud saat merebahkan badan di tempat tidur? Namun
pada jam tiga saat wekwr berbunyi, kita cepat-cepat mematikannya lalu
meneruskan tidur. Pernahkan kita ingin bertobat? Namun pada sat maksiat
ada di depan mata, kita tetap saja melakukannya. Ironisnya ini
berlangsung berkali-kali. Inilah yang disebut strategi tamanni.
4. A’dawah
A’dawah
artinya berusaha menanamkan permusuhan. Setan berikhtiar menumbuhkan
permusuhan di anatara manusia. Biasanya permusuhan berawal dari
prasangka buruk. Supaya manusia bermusuhan, setan biasanya menumbuhkan
prasangka buruk.Karena itu waspadai kalau kita berprasangka buruk pada
orang lain, sesungguhnya kita telah terperangkap strategi setan.
5. Takwif
Takwif
artinya menakut-nakuti. Pernahkah merasa takut miskin karena
menginfakkan sebagian harta, takut disebut sok alim karena datang ke
majelis taklim? Kalau kita pernah merasakannya, inilah strategi takhwif.
6. Shaddun
Shaddun
artinya berusaha menghalang-halangi manusia menjalankan perintah Allah
dengan menggunakan berbagai hambatan. Pernahkah anda merasa malas saat
mau melakukan sholat, atau mengantuk saat membacaAl Qur’an meskipun
sudah cukup tidur? Ini adalah gejala shaddun dari setan.
7. Wa’dun
Wa’dun
artinya janji palsu. Setan berusaha membujuk manusia agar mau
mengikutinya dengan memberikan janji-janji yang menggiurkan. Akhirnya
manusia mempercayainya. Misalnya, banyak kasus seorang wanita
menyerahkan dirinya pada sang pacar karena dijanjikan akan dinikahi,
namun setelah hamil sang pacar meninggalkannya begutu saja. Dia tidak
mau bertanggung jawab. Inilah contoh wa’dun atau janji palsu dari setan.
8. Kaidun
Kaidun
artinya tipu daya. Setan berusaha sekuat tenaga memasang sejumlah
perangkap agar manusia terjebak. Pernahkah saat diberi tugas, kita
berpikir nanti saja mengerjakannya krn waktu masih lama? Ternyata
setelah dekat waktunya kita mengerjakan asal-asalan dan tergesa-gesa
sehingga hasilnya tidak optimal atau ada kemunginan pada waktu yang
ditentukan pekerjaan tidak selesai. Strategi ini disebut kaidun.
9. Nisyan
Nisyan
artinya lupa. Sesungguhnya lupa itu adalah hal yang manusiawi. Lupa
memang sesuatu hal yang manusiawi, tetapi setan berusaha agar manusia
menjadikan lupa sebagai alasan untuk menutupi tanggung jawab. Pernahkan
kita lupa menunaikan janji? lupa sholat? Kalau sesekali itu bisa disebut
manusiawi, tetapi kalau sering dilakukan berarti terjebak strategi
nisyan.
Demikian ringkasan tentang strategi setan. Semoga kita
dapat mencermati dan berusaha agar tidak terjebak strategi setan
laknatullah (setan yang dilaknat Allah)
(Ilmu Warisan Leluhur)
Jumat, 25 April 2014
Wanita Pertama Yang Masuk Surga
Dan siapakah nama wanita itu? Dia adalah Muti’ah.
Kaget? Sama seperti Siti Fatimah ketika itu, yang mengira dirinyalah yang pertama kali masuk surga.
Siapakah Muti’ah? Karena rasa penasaran yang tinggi, Siti Fatimah pun mencari seorang wanita yang bernama Muti’ah ketika itu. Beliau juga ingin tahu, amal apakah yang bisa membuat wanita itu bisa masuk surga pertama kali? Setelah bertanya-tanya, akhirnya Siti Fatimah mengetahui rumah seorang wanita yang bernama Muti’ah. Kali ini ia ingin bersilaturahmi ke rumah wanita tersebut, ingin melihat lebih dekat kehidupannya. Waktu itu, Siti Fatimah berkunjung bersama dengan anaknya yang masih kecil, Hasan. Setelah mengetuk pintu, terjadilah dialog.
“Di luar, siapa?” kata Muti’ah tidak membukakan pintu.
“Saya Fatimah, putri Rasulullah”
“Oh, iya. Ada keperluan apa?”
“Saya hanya berkunjung saja”
“Anda seorang diri atau bersama dengan lainnya?”
“Saya bersama dengan anak saya, Hasan?”
“Maaf, Fatimah. Saya belum mendapatkan izin dari suami saya untuk menerima tamu laki-laki”
“Tetapi Hasan masih anak-anak”
“Walaupun anak-anak, dia lelaki juga kan? Maaf ya. Kembalilah besok, saya akan meminta izin dulu kepada suami saya”
“Baiklah” kata Fatimah dengan nada kecewa. Setelah mengucapkan salam, ia pun pergi.
Keesokan harinya, Siti Fatimah kembali berkunjung ke rumah Muti’ah. Selain mengajak Hasan, ternyata Husein (saudara kembar Hasan) merengek meminta ikut juga. Akhirnya mereka bertiga pun berkunjung juga ke rumah Muti’ah. Terjadilah dialog seperti hari kemarin.
“Suami saya sudah memberi izin bagi Hasan”
“Tetapi maaf, Muti’ah. Husein ternyata merengek meminta ikut. Jadi saya ajak juga!”
“Dia perempuan?”
“Bukan, dia lelaki”
“Wah, saya belum memintakan izin bagi Husein.”
“Tetapi dia juga masih anak-anak”
“Walaupun anak-anak, dia juga lelaki. Maaf ya. Kembalilah esok!”
“Baiklah” Kembali Siti Fatimah kecewa.
Namun rasa penasarannya demikian besar untuk mengetahui, rahasia apakah yang menyebabkan wanita yang akan dikunjunginya tersebut diperkanankan masuk surga pertama kali. Akhirnya hari esok pun tiba. Siti Fatimah dan kedua putranya kembali mengunjungi kediaman Mutiah. Karena semuanya telah diberi izin oleh suaminya, akhirnya mereka pun diperkenankan berkunjung ke rumahnya. Betapa senangnya Siti Fatimah karena inilah kesempatan bagi dirinya untuk menguak misteri wanita tersebut.
Menurut Siti Fatimah, wanita yang bernama Muti’ah sama juga seperti dirinya dan umumnya wanita. Ia melakukan shalat dan lainnya. Hampir tidak ada yang istimewa. Namun, Siti Fatimah masih penasaran juga. Hingga akhirnya ketika telah lama waktu berbincang, “rahasia” wanita itu tidak terkuak juga. Akhirnya, Muti’ah pun memberanikan diri untuk memohon izin karena ada keperluan yang harus dilakukannya.
“Maaf Fatimah, saya harus ke ladang!”
“Ada keperluan apa?”
“Saya harus mengantarkan makanan ini kepada suami saya”
“Oh, begitu”
Tidak ada yang salah dengan makanan yang dibawa Muti’ah yang disebut-sebut sebagai makanan untuk suaminya. Namun yang tidak habis pikir, ternyata Muti’ah juga membawa sebuah cambuk.
“Untuk apa cambuk ini, Muti’ah?” kata Fatimah penasaran.
“Oh, ini. Ini adalah kebiasaanku semenjak dulu”
Fatimah benar-benar penasaran. “Ceritakanlah padaku!”
“Begini, setiap hari suamiku pergi ke ladang untuk bercocok tanam. Setiap hari pula aku mengantarkan makanan untuknya. Namun disertai sebuah cambuk. Aku menanyakan apakah makanan yang aku buat ini enak atau tidak, apakah suaminya seneng atau tidak. Jika ada yang tidak enak, maka aku ikhlaskan diriku agar suamiku mengambil cambuk tersebut kemudian mencambukku. Ini aku lakukan agar suamiku ridlo dengan diriku. Dan tentu saja melihat tingkah lakuku ini, suamiku begitu tersentuh hatinya. Ia pun ridlo atas diriku. Dan aku pun ridlo atas dirinya”
“Masya Allah, hanya demi menyenangkan suami, engkau rela melakukan hal ini, Muti’ah?”
“Saya hanya memerlukan keridloannya. Karena istri yang baik adalah istri yang patuh pada suami yang baik dan sang suami ridlo kepada istrinya”
“Ya… ternyata inilah rahasia itu”
“Rahasia apa ya Fatimah?” Mutiah juga penasaran.
“Rasulullah Saw mengatakan bahwa dirimu adalah wanita yang diperkenankan masuk surga pertama kali. Ternyata semua gara-gara baktimu yang tinggi kepada seorang suami yang sholeh.”
Subhanallah.
***
Sumber: Kaskus.us (Ilmu Warisan Leluhur)
Kaget? Sama seperti Siti Fatimah ketika itu, yang mengira dirinyalah yang pertama kali masuk surga.
Siapakah Muti’ah? Karena rasa penasaran yang tinggi, Siti Fatimah pun mencari seorang wanita yang bernama Muti’ah ketika itu. Beliau juga ingin tahu, amal apakah yang bisa membuat wanita itu bisa masuk surga pertama kali? Setelah bertanya-tanya, akhirnya Siti Fatimah mengetahui rumah seorang wanita yang bernama Muti’ah. Kali ini ia ingin bersilaturahmi ke rumah wanita tersebut, ingin melihat lebih dekat kehidupannya. Waktu itu, Siti Fatimah berkunjung bersama dengan anaknya yang masih kecil, Hasan. Setelah mengetuk pintu, terjadilah dialog.
“Di luar, siapa?” kata Muti’ah tidak membukakan pintu.
“Saya Fatimah, putri Rasulullah”
“Oh, iya. Ada keperluan apa?”
“Saya hanya berkunjung saja”
“Anda seorang diri atau bersama dengan lainnya?”
“Saya bersama dengan anak saya, Hasan?”
“Maaf, Fatimah. Saya belum mendapatkan izin dari suami saya untuk menerima tamu laki-laki”
“Tetapi Hasan masih anak-anak”
“Walaupun anak-anak, dia lelaki juga kan? Maaf ya. Kembalilah besok, saya akan meminta izin dulu kepada suami saya”
“Baiklah” kata Fatimah dengan nada kecewa. Setelah mengucapkan salam, ia pun pergi.
Keesokan harinya, Siti Fatimah kembali berkunjung ke rumah Muti’ah. Selain mengajak Hasan, ternyata Husein (saudara kembar Hasan) merengek meminta ikut juga. Akhirnya mereka bertiga pun berkunjung juga ke rumah Muti’ah. Terjadilah dialog seperti hari kemarin.
“Suami saya sudah memberi izin bagi Hasan”
“Tetapi maaf, Muti’ah. Husein ternyata merengek meminta ikut. Jadi saya ajak juga!”
“Dia perempuan?”
“Bukan, dia lelaki”
“Wah, saya belum memintakan izin bagi Husein.”
“Tetapi dia juga masih anak-anak”
“Walaupun anak-anak, dia juga lelaki. Maaf ya. Kembalilah esok!”
“Baiklah” Kembali Siti Fatimah kecewa.
Namun rasa penasarannya demikian besar untuk mengetahui, rahasia apakah yang menyebabkan wanita yang akan dikunjunginya tersebut diperkanankan masuk surga pertama kali. Akhirnya hari esok pun tiba. Siti Fatimah dan kedua putranya kembali mengunjungi kediaman Mutiah. Karena semuanya telah diberi izin oleh suaminya, akhirnya mereka pun diperkenankan berkunjung ke rumahnya. Betapa senangnya Siti Fatimah karena inilah kesempatan bagi dirinya untuk menguak misteri wanita tersebut.
Menurut Siti Fatimah, wanita yang bernama Muti’ah sama juga seperti dirinya dan umumnya wanita. Ia melakukan shalat dan lainnya. Hampir tidak ada yang istimewa. Namun, Siti Fatimah masih penasaran juga. Hingga akhirnya ketika telah lama waktu berbincang, “rahasia” wanita itu tidak terkuak juga. Akhirnya, Muti’ah pun memberanikan diri untuk memohon izin karena ada keperluan yang harus dilakukannya.
“Maaf Fatimah, saya harus ke ladang!”
“Ada keperluan apa?”
“Saya harus mengantarkan makanan ini kepada suami saya”
“Oh, begitu”
Tidak ada yang salah dengan makanan yang dibawa Muti’ah yang disebut-sebut sebagai makanan untuk suaminya. Namun yang tidak habis pikir, ternyata Muti’ah juga membawa sebuah cambuk.
“Untuk apa cambuk ini, Muti’ah?” kata Fatimah penasaran.
“Oh, ini. Ini adalah kebiasaanku semenjak dulu”
Fatimah benar-benar penasaran. “Ceritakanlah padaku!”
“Begini, setiap hari suamiku pergi ke ladang untuk bercocok tanam. Setiap hari pula aku mengantarkan makanan untuknya. Namun disertai sebuah cambuk. Aku menanyakan apakah makanan yang aku buat ini enak atau tidak, apakah suaminya seneng atau tidak. Jika ada yang tidak enak, maka aku ikhlaskan diriku agar suamiku mengambil cambuk tersebut kemudian mencambukku. Ini aku lakukan agar suamiku ridlo dengan diriku. Dan tentu saja melihat tingkah lakuku ini, suamiku begitu tersentuh hatinya. Ia pun ridlo atas diriku. Dan aku pun ridlo atas dirinya”
“Masya Allah, hanya demi menyenangkan suami, engkau rela melakukan hal ini, Muti’ah?”
“Saya hanya memerlukan keridloannya. Karena istri yang baik adalah istri yang patuh pada suami yang baik dan sang suami ridlo kepada istrinya”
“Ya… ternyata inilah rahasia itu”
“Rahasia apa ya Fatimah?” Mutiah juga penasaran.
“Rasulullah Saw mengatakan bahwa dirimu adalah wanita yang diperkenankan masuk surga pertama kali. Ternyata semua gara-gara baktimu yang tinggi kepada seorang suami yang sholeh.”
Subhanallah.
***
Sumber: Kaskus.us (Ilmu Warisan Leluhur)
Detik-detik Saat Wafatnya Rasulullah SAW
“Aku menangis tidak sanggup menahan air mata membaca kisah ini.
Betapa berat perasaan ini saat sang Nabi Agung dicabut ruhnya oleh sang
malakul maut, bergetar perasaan menahan haru, dan betapa besar cinta
Rasulullah Muhammad SAW pada umatnya. Tidak ada pemimpin di dunia ini
seagung beliau. Allahumma shalli ‘ala Muhammad …!!”
Fatimah binti Rasulullah sedang diliputi kesedihan karena ayah tercintanya sedang dilanda sakit, tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang berseru mengucapkan salam, kemudian berkata: “Bolehkah aku masuk?” tanyanya. Tanpa mengetahui siapa orang itu, Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah ayahku, orang itu sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu, ” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini wahai kekasih Allah?” Tanya Jibril lagi. “Wahai Jibril, khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini.”
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya
Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis-shalaati, wa maa malakat aimaanukum – peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii!” – “Umatku, umatku, umatku”
Dan…, berakhirlah hidup sosok manusia agung dan mulia yang telah menyinari kehidupan dengan cahaya petunjuk itu, yang telah membawa umat manusia dari kegelepan kepada cahaya dan keselamatan. Mampukah kita mencintainya seperti beliau mencintai kita?
“Allaahumma Shalli wa sallim ‘alaa sayyidinaa Muhammadin Al faatihi lima ughliqa wal khaatimi limaa sabaqa wanaashiril haqqi bil haqqi walhaadii ilaa shiraathal mustaqiimi wa’alaa aalihi wa shahbihi haqqa qadrihi wa miqdaarihil azhiimi…”
“Ya Allah limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami tercinta, Nabi Muhammad SAW, yang telah membuka apa yang tertutup dan menutup semua risalah sebelumnya. Penunjuk ke jalan yang benar, penghancur kebatilan dengan cara yang hak, dan pembela yang hak dengan cara yang hak pula. Limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepadanya, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan kepada umatnya yang dicintainya hingga akhir zaman, Amin.”
Betapa besar cinta Rasulullah kepada kita. Apa yang sudah kita lakukan sebagai wujud kita mencintainya?[](diedit dari anonimous) (Ilmu Warisan Leluhur)
Fatimah binti Rasulullah sedang diliputi kesedihan karena ayah tercintanya sedang dilanda sakit, tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang berseru mengucapkan salam, kemudian berkata: “Bolehkah aku masuk?” tanyanya. Tanpa mengetahui siapa orang itu, Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah ayahku, orang itu sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu, ” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini wahai kekasih Allah?” Tanya Jibril lagi. “Wahai Jibril, khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini.”
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya
Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis-shalaati, wa maa malakat aimaanukum – peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii!” – “Umatku, umatku, umatku”
Dan…, berakhirlah hidup sosok manusia agung dan mulia yang telah menyinari kehidupan dengan cahaya petunjuk itu, yang telah membawa umat manusia dari kegelepan kepada cahaya dan keselamatan. Mampukah kita mencintainya seperti beliau mencintai kita?
“Allaahumma Shalli wa sallim ‘alaa sayyidinaa Muhammadin Al faatihi lima ughliqa wal khaatimi limaa sabaqa wanaashiril haqqi bil haqqi walhaadii ilaa shiraathal mustaqiimi wa’alaa aalihi wa shahbihi haqqa qadrihi wa miqdaarihil azhiimi…”
“Ya Allah limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami tercinta, Nabi Muhammad SAW, yang telah membuka apa yang tertutup dan menutup semua risalah sebelumnya. Penunjuk ke jalan yang benar, penghancur kebatilan dengan cara yang hak, dan pembela yang hak dengan cara yang hak pula. Limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepadanya, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan kepada umatnya yang dicintainya hingga akhir zaman, Amin.”
Betapa besar cinta Rasulullah kepada kita. Apa yang sudah kita lakukan sebagai wujud kita mencintainya?[](diedit dari anonimous) (Ilmu Warisan Leluhur)
Bangsa Yang Dikutuk Sejak Kitab Suci Diturunkan
Bangsa manakah di dunia ini yang paling berpengalaman menerima sumpah
serapah, kutukan, serta laknat? Dalam sejarah dan peradaban modern
kehidupan manusia, kita menduga itu adalah BANGSA ISRAEL.
Tetapi ternyata, jauh sebelum kosakata modernitas muncul, yakni sejak kitab-kitab suci diturunkan ke bentangan alam semesta, alias sejak ribuan tahun yang lalu, bangsa yang "memproduksi" banyak nabi dan rasul itu bahkan sudah menjadi "bahan" kutukan berantai, turun-temurun, entah sampai kapan.
Mereka dikutuk karena kelakuan yang durjana, kebiadaban yang tak terukur, hingga kenekatan mereka menyembelih nabi Allah. Bahkan, untuk urusan sembelih-menyembelih, bangsa Israel memiliki pengalaman yang luar biasa menakjubkan. Jika dalam bentangan kurun waktu puluhan tahun belakangan muncul jagal-jagal kemanusiaan kelas dunia, hampir sebagian besar dari bumi Israellah asal mereka.
Ingat Ariel Sharon? Dia salah satunya. Arsitek kekejaman lembah Shabra dan Shatilla, Lebanon Selatan, puluhan tahun lalu. Begitu kejamnya, Sharon pernah menyandang julukan yang membuat dingin dan gemetar semua tengkuk anak cucu Adam. Ia menyandang julukan yang hanya biasa dipakai di dunia hitam, seperti "Jenderal Haus Darah", "Awan Kelabu Bagi Timur Tengah", "Tokoh Zionis Berdarah Panas", dan "Kreator Ladang Pembantaian."
Julukan-julukan yang bukan semata isapan jempol. Pembantaian sadis, 16 September 1982 itu, terjadi di kamp pengungsi. Bulan Sabit Merah mencatat lebih dari 2.000 Muslim, kebanyakan wanita dan anak-anak, tewas mengenaskan. Sharon, tentu bukan satu-satunya jagal haus darah dari Israel. Karena tabiatnya yang ceroboh, berkepala batu, berlebihan, melampaui batas, mempermainkan firman Tuhan, menistakan para utusan-Nya, hingga kini bangsa Israel selalu menjadi bahan kutukan alam semesta.
Bahkan, meski dinilai secara politik sudah didesak agar bergerak ke tengah, Ehud Olmert juga pernah digadang-gadang sebagai tukang jagal baru, menyusul terjadinya pengeboman di Kota Qana yang menewaskan 56 orang, 37 di antaranya anak-anak dan wanita. Kekerasan nyaris selalu menyertai Israel sejak era David Ben Gurion, Moshe Sha-reet, Levi Eshkol, Yigal Allon, Golda Meir, Yitzhak Rabin, Menachem Begin, Yitzhak Shamir, Shimon Perez, Benyamin Netanyahu. Ehud Barak, Ariel Sharon, serta Ehud Olmert.
Yang paling mutakhir adalah tindak kekerasan serta kebiadaban tentara mereka saat memperlakukan lebih dari 600 aktivis kamanusiaan di atas kapal berbendera Turki, "Mavi Marmara". Kapal yang, antara lain mengangkut tak kurang dari 12 aktivis kamanusiaan berkewarganegaraan Indonesia (WNI) itu untuk menyalurkan bantuan ke kawasan Gaza Palestina, menjadi bulan-bulanan kekerasan Si Yahudi. Tak peduli, kapal masih berada di perairan internasional, bukan dalam yurisdiksi Israel.
Maka, tumpahlah sumpah serapah, laknat, serta kutukan yang sekali lagi dialamatkan kepada mereka karena kegemaran mereka akan tindak kekerasan. Termasuk, dari Pemerintah Indonesia, yang mohon maaf, untuk kesekian kalinya hanya bisa mengutuk dan mengutuk. Tindakan yangjuga dilakukan bangsa dan negara lain. Bahkan, karena kesal tak menemukanalternatif paling meyakinkan, kita kadang terjebak untuk mengutuk diri sendiri setelah mengutuk Israel yang tak mempan dikutuk.
Dalam Alquran dijelaskan bahwa di antara semua Nabi Bani Israel, adalah Nabi Daud AS dan Nabi Isa AS yang tergolong paling menderita di tangan orang-orang Yahudi. Penganiayaan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa AS mencapai puncaknya ketika terjadi aksi pemboikotan dan pengejaran Isa as dan kaumnya yang berbuntut pada penyaliban Yudas. Penderitaan yang sama menyedihkannya juga dialami oleh Nabi Daud AS karena mereka tidak tahu berterima kasih. Simaklah, hal itu akan terpantul di dalam maz-murnya yang sangat menyayat hati.
Dengan penuh kepedihan. Nabi Daud dan Nabi Isa mengutuk mereka. KUTUKAN Nabi Daud mengakibatkan orang-orang Bani Israel dihukum Nebukadnezar, yang menghancurleburkan Yerussalem dan membawa bangsa Israel sebagai tawanan pada 556 SM.
Dan, akibat KUTUKAN Nabi Isa, Israel diluluhlan-takkan oleh Titus, yang menaklukkan Yerusalem sekitar tahun 70 Masehi, dan menodai rumah ibadah dengan menyembelih babi, binatang yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi, di dalamnya.
Bahkan, dari sebanyak 32 buah pecahan istilah "la'nat/kutuk" dalam Alquran, yang pertama-tama menjadi objek kutukan atau pelaknatan adalah BANGSA ISRAEL. Kitab Al-Mujamum Mufahros LiAlfaadzil Quran, menyebut ayat (78) surah Al-Maidah yang berbunyi luinalladzinna kafaruu min banli israel..."-"Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israel." Jadi, kutukan lewat Nabi Daud AS itu, antara lain dapat ditemukan dalam Mazmur 53-78 dan 109, sementara kutukan Lewat Lisan Nabi Isa dapat ditemukan di banyak tempat dalam kitab Perjanjian Baru.
Petikan ayat dalam surah Al-Maidah tersebut menunjukkan betapa Bangsa Israel memang sudah menjadi bahan cercaan, kutukan, dan lak-natan sejak dahulu kala, jauh sebelum lahirnya peradaban modern. Mereka juga termasuk bangsa yang paling sering "berhubungan" dengan Tuhan, bukan apa-apa, tapi karena suka menumpahkan darah dan merusak tatanan kehidupan serta penista-an terhadap kesucian firman-Nya. Bukti lainnya, adalah bahwa tidak ada satu pun ayat dalam Alquran yang secara denotatif menyebut bangsa yang dikutuk selain nama "ISRAEL".
Bahkan, tak kurang dari sebanyak 43 kali nama Israel juga disebut-sebut dalam Alquran. Alangkah seringnya. Diawali dengan ayat (40) surah Al Baqarah. ketika Allah mengingatkan Bani Israel agar menyukuri nikmat-Nya karena kelebihan yang mereka miliki, hingga yang terakhir di ayat (14) surah As-Shaff, yang menjelaskan betapa bangsa tersebut telah menjelma sebagi kelompok pengkhianat. Bani Israel pulalah yang berkali-kali mengikat perjanjian dengan Tuhan, tetapi setiap kali berikrar setiap kali itu pula mereka mengkhianatmya.
Di era modern, semuanya berawal dari tahun 1917, ketika Menlu Inggris. Arthur J Balfour, menerbitkan Deklarasi Balfour yang menyatakanperlunya dibentuk negara sendiri untuk kaum Yahudi di Palestina. Maka sejak 1929, mulailah serangkaian pemberontakan dilancarkan oleh orang-orang Palestina, menentang berdinnnya negara Yahudi itu. Bahkan, November tahun 1947. Majelis Umum PBB memutuskan untuk membagi Palestina menjadi dua bagian Yahudi dan Palestina.
Israel menerima keputusan tersebut, tetapi Palestina dan negara-negara Arab menolak keras. Karena dasar itulah, pada 1948. David Ben Gurion memproklamasikan negeri zion itu. Maka, jalin kelindan peristiwa terus memakan korban, hingga akhirnya semua mata kembali terbelalak ketika kapal "Mavi Marmara" dikangkangi Israel. Turki, satu-satunya kawan terdekat di kawasan, marah besar kepada Israel. Kalau Turki saja bisa, kenapa Indonesia yang mengaku karib dekat Amerika Serikat, tidak menyeret Israel ke Mahkamah Internasional? Bukankah ada WNI yang dinistakan di Mavi Marmara? Wallaahu Alambishshawaab. (Ilmu Warisan Leluhur)
Tetapi ternyata, jauh sebelum kosakata modernitas muncul, yakni sejak kitab-kitab suci diturunkan ke bentangan alam semesta, alias sejak ribuan tahun yang lalu, bangsa yang "memproduksi" banyak nabi dan rasul itu bahkan sudah menjadi "bahan" kutukan berantai, turun-temurun, entah sampai kapan.
Mereka dikutuk karena kelakuan yang durjana, kebiadaban yang tak terukur, hingga kenekatan mereka menyembelih nabi Allah. Bahkan, untuk urusan sembelih-menyembelih, bangsa Israel memiliki pengalaman yang luar biasa menakjubkan. Jika dalam bentangan kurun waktu puluhan tahun belakangan muncul jagal-jagal kemanusiaan kelas dunia, hampir sebagian besar dari bumi Israellah asal mereka.
Ingat Ariel Sharon? Dia salah satunya. Arsitek kekejaman lembah Shabra dan Shatilla, Lebanon Selatan, puluhan tahun lalu. Begitu kejamnya, Sharon pernah menyandang julukan yang membuat dingin dan gemetar semua tengkuk anak cucu Adam. Ia menyandang julukan yang hanya biasa dipakai di dunia hitam, seperti "Jenderal Haus Darah", "Awan Kelabu Bagi Timur Tengah", "Tokoh Zionis Berdarah Panas", dan "Kreator Ladang Pembantaian."
Julukan-julukan yang bukan semata isapan jempol. Pembantaian sadis, 16 September 1982 itu, terjadi di kamp pengungsi. Bulan Sabit Merah mencatat lebih dari 2.000 Muslim, kebanyakan wanita dan anak-anak, tewas mengenaskan. Sharon, tentu bukan satu-satunya jagal haus darah dari Israel. Karena tabiatnya yang ceroboh, berkepala batu, berlebihan, melampaui batas, mempermainkan firman Tuhan, menistakan para utusan-Nya, hingga kini bangsa Israel selalu menjadi bahan kutukan alam semesta.
Bahkan, meski dinilai secara politik sudah didesak agar bergerak ke tengah, Ehud Olmert juga pernah digadang-gadang sebagai tukang jagal baru, menyusul terjadinya pengeboman di Kota Qana yang menewaskan 56 orang, 37 di antaranya anak-anak dan wanita. Kekerasan nyaris selalu menyertai Israel sejak era David Ben Gurion, Moshe Sha-reet, Levi Eshkol, Yigal Allon, Golda Meir, Yitzhak Rabin, Menachem Begin, Yitzhak Shamir, Shimon Perez, Benyamin Netanyahu. Ehud Barak, Ariel Sharon, serta Ehud Olmert.
Yang paling mutakhir adalah tindak kekerasan serta kebiadaban tentara mereka saat memperlakukan lebih dari 600 aktivis kamanusiaan di atas kapal berbendera Turki, "Mavi Marmara". Kapal yang, antara lain mengangkut tak kurang dari 12 aktivis kamanusiaan berkewarganegaraan Indonesia (WNI) itu untuk menyalurkan bantuan ke kawasan Gaza Palestina, menjadi bulan-bulanan kekerasan Si Yahudi. Tak peduli, kapal masih berada di perairan internasional, bukan dalam yurisdiksi Israel.
Maka, tumpahlah sumpah serapah, laknat, serta kutukan yang sekali lagi dialamatkan kepada mereka karena kegemaran mereka akan tindak kekerasan. Termasuk, dari Pemerintah Indonesia, yang mohon maaf, untuk kesekian kalinya hanya bisa mengutuk dan mengutuk. Tindakan yangjuga dilakukan bangsa dan negara lain. Bahkan, karena kesal tak menemukanalternatif paling meyakinkan, kita kadang terjebak untuk mengutuk diri sendiri setelah mengutuk Israel yang tak mempan dikutuk.
Dalam Alquran dijelaskan bahwa di antara semua Nabi Bani Israel, adalah Nabi Daud AS dan Nabi Isa AS yang tergolong paling menderita di tangan orang-orang Yahudi. Penganiayaan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa AS mencapai puncaknya ketika terjadi aksi pemboikotan dan pengejaran Isa as dan kaumnya yang berbuntut pada penyaliban Yudas. Penderitaan yang sama menyedihkannya juga dialami oleh Nabi Daud AS karena mereka tidak tahu berterima kasih. Simaklah, hal itu akan terpantul di dalam maz-murnya yang sangat menyayat hati.
Dengan penuh kepedihan. Nabi Daud dan Nabi Isa mengutuk mereka. KUTUKAN Nabi Daud mengakibatkan orang-orang Bani Israel dihukum Nebukadnezar, yang menghancurleburkan Yerussalem dan membawa bangsa Israel sebagai tawanan pada 556 SM.
Dan, akibat KUTUKAN Nabi Isa, Israel diluluhlan-takkan oleh Titus, yang menaklukkan Yerusalem sekitar tahun 70 Masehi, dan menodai rumah ibadah dengan menyembelih babi, binatang yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi, di dalamnya.
Bahkan, dari sebanyak 32 buah pecahan istilah "la'nat/kutuk" dalam Alquran, yang pertama-tama menjadi objek kutukan atau pelaknatan adalah BANGSA ISRAEL. Kitab Al-Mujamum Mufahros LiAlfaadzil Quran, menyebut ayat (78) surah Al-Maidah yang berbunyi luinalladzinna kafaruu min banli israel..."-"Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israel." Jadi, kutukan lewat Nabi Daud AS itu, antara lain dapat ditemukan dalam Mazmur 53-78 dan 109, sementara kutukan Lewat Lisan Nabi Isa dapat ditemukan di banyak tempat dalam kitab Perjanjian Baru.
Petikan ayat dalam surah Al-Maidah tersebut menunjukkan betapa Bangsa Israel memang sudah menjadi bahan cercaan, kutukan, dan lak-natan sejak dahulu kala, jauh sebelum lahirnya peradaban modern. Mereka juga termasuk bangsa yang paling sering "berhubungan" dengan Tuhan, bukan apa-apa, tapi karena suka menumpahkan darah dan merusak tatanan kehidupan serta penista-an terhadap kesucian firman-Nya. Bukti lainnya, adalah bahwa tidak ada satu pun ayat dalam Alquran yang secara denotatif menyebut bangsa yang dikutuk selain nama "ISRAEL".
Bahkan, tak kurang dari sebanyak 43 kali nama Israel juga disebut-sebut dalam Alquran. Alangkah seringnya. Diawali dengan ayat (40) surah Al Baqarah. ketika Allah mengingatkan Bani Israel agar menyukuri nikmat-Nya karena kelebihan yang mereka miliki, hingga yang terakhir di ayat (14) surah As-Shaff, yang menjelaskan betapa bangsa tersebut telah menjelma sebagi kelompok pengkhianat. Bani Israel pulalah yang berkali-kali mengikat perjanjian dengan Tuhan, tetapi setiap kali berikrar setiap kali itu pula mereka mengkhianatmya.
Di era modern, semuanya berawal dari tahun 1917, ketika Menlu Inggris. Arthur J Balfour, menerbitkan Deklarasi Balfour yang menyatakanperlunya dibentuk negara sendiri untuk kaum Yahudi di Palestina. Maka sejak 1929, mulailah serangkaian pemberontakan dilancarkan oleh orang-orang Palestina, menentang berdinnnya negara Yahudi itu. Bahkan, November tahun 1947. Majelis Umum PBB memutuskan untuk membagi Palestina menjadi dua bagian Yahudi dan Palestina.
Israel menerima keputusan tersebut, tetapi Palestina dan negara-negara Arab menolak keras. Karena dasar itulah, pada 1948. David Ben Gurion memproklamasikan negeri zion itu. Maka, jalin kelindan peristiwa terus memakan korban, hingga akhirnya semua mata kembali terbelalak ketika kapal "Mavi Marmara" dikangkangi Israel. Turki, satu-satunya kawan terdekat di kawasan, marah besar kepada Israel. Kalau Turki saja bisa, kenapa Indonesia yang mengaku karib dekat Amerika Serikat, tidak menyeret Israel ke Mahkamah Internasional? Bukankah ada WNI yang dinistakan di Mavi Marmara? Wallaahu Alambishshawaab. (Ilmu Warisan Leluhur)
Al-Gharqad Pohon Yahudi
Hadist Imam besar Muslim ra dari Abi Hurairah ra sesungguhnya Rasullah
saw bersabda “Tidak akan bangkit hari Kiamat kecuali orang Islam
memerangi Yahudi dan membunuh mereka sampai sampai mereka bersembunyi di
belakang batu dan pohon. Kemudian batu dan pohon tadi berkata: Wahai
muslim ini dibelakangku ada seorang Yahudi, bunuhlah dia kecuali pohon
Al-gharqad sesungguhnya pohon itu adalah pohon orang yahudi.
Pohon ini ditanam hampir disetiap rumah di Israil. Jelasnya, mereka atau Yahudi mempercayai betul hadith ini.. (Ilmu Warisan Leluhur)
Pohon ini ditanam hampir disetiap rumah di Israil. Jelasnya, mereka atau Yahudi mempercayai betul hadith ini.. (Ilmu Warisan Leluhur)
Foto Jamaah Haji Di Zaman Lampau
Foto Jamaah Haji Di Zaman Lampau
Airport Jeddah 1960
Kabah 1960
Wukuf di Arafah 1960
Jumrah Aqobah 1960
Perbatasan Mekkah 1960
Seorang Jamaah Haji sedang bercukur 1960
Toaf Mengelilingi Kabah 1960
Sholat Jamaah di Halaman Luar Ka’bah 1960
Misteri Mayat Diatas Kubah Masjid Nabawi
Qubbatul Khadhra’ (kubah hijau) yang terlihat megah di Masjid Nabawi
berfungsi menaungi kuburan jasad Rasul Saw yang mulia didampingi kedua
sahabatnya sekaligus mertuanya yaitu Abu Bakar Siddiq ra, dan Umar bin
Khattab ra. Tempat tersebut dahulunya adalah rumah baginda Rasul Saw
karena setiap Rasul yang diutus oleh Allah Swt dikuburkan di mana dia
wafat. Sebagaimana sabda Nabi Saw: Tidak dicabut nyawa seorang Nabi pun
melainkan dikebumikan dimana dia wafat. (HR. Ibnu Majah)
Sejarah bercerita, ketika Nabi sampai di Madinah, pertama sekali dikerjakan Nabi Saw adalah membangun Masjid Nabawi dengan membeli tanah seharga 10 dinar kepunyaan dua orang anak yatim Sahl dan Suhail berukuran 3 x 30 m.
Bangunan yang sederhana itu hanya berdindingkan tanah yang dikeringkan, bertiangkan pohon kurma dan beratapkan pelepah kurma. Sebelah Timur bangunan Masjid Nabawi dibangun rumah Nabi Saw, dan sebelah Barat dibangun ruangan untuk orang-orang miskin dari kaum Muhajirin yang pada akhirnya tempat itu dikenal dengan tempat ahli Suffah (karena mereka tidur berbantalkan pelana kuda).
Baru pada tahun ke-7 H, Nabi mengadakan perluasan Masjid Nabawi ke arah Timur, Barat, dan Utara sehingga berbentuk bujursangkar 45 x 45 m dengan luas mencapai 2.025 m2 dan program jangka panjang untuk memperluas Masjid Nabawi seperti yang kita lihat sekarang ini diisyaratkan oleh Nabi Saw dengan sabdanya menjelang wafat: “Selayaknya kita memperluas masjid ini”.
Hingga pada tahun ke-17 H, Amirul Mukminin Umar bin Khattab khalifah kedua, memperluas ke arah Selatan dan Barat masing-masing 5 m dan ke Utara 15 m, dan dilanjutkan oleh Usman bin Affan khalifah ketiga memperluas ke arah Selatan, Utara dan Barat masing-masing 5 m pada tahun ke-29 H.
Akhirnya pada masa Khalifah Bani Umayyah Al-Walid bin Abdul Malik pada tahun 88 H, memperluas ke semua sisi Masjid Nabawi termasuk ke arah Timur (rumah Nabi) dan kamar-kamar isteri Nabi (hujurat) sehingga makam Nabi Muhammad Saw, Abu Bakar Siddiq, dan Umar bin Khattab termasuk bagian dari masjid dan berada di dalam masjid yang sebelumnya terpisah dari masjid.
Inilah yang menjadi pembahasan para ulama dan fukaha di dalam Fikih Islam, yaitu mendirikan bagunan seperti rumah kubah, madrasah, dan masjid di atas kuburan. Karena Nabi Saw bersabda : Allah mengutuk umat Yahudi dan Nasrani yang membuat kuburan para nabi mereka menjadi masjid-masjid (tempat peribadatan). (HR. Bukhari Muslim)
Hadis di atas dipahami oleh sebagian ulama terutama di kalangan pengikut Syekh Muhammad bin Abdul Wahab (Th. 1115 H/ 1703 M di Masjid Saudi Arabia, dan aliran ini disebut oleh para rivalnya sebagai aliran Wahabiyah, dan di Indonesia dengan aliran Salafi). Secara umum, tidak boleh melakukan kegiatan ibadah di atas kuburan, berdoa menghadap kuburan, dan membangun kubah di atas kuburan.
Terakhir ada seorang manusia yang memanjat kubah hijau Masjid Nabawi untuk dihancurkan, lalu disambar petir secara tiba-tiba dan mati. Mayatnya melekat pada kubah hijau tersebut dan tidak dapat diturunkan sampai sekarang. Syekh Zubaidy, ahli sejarah Madinah menceritakan ada seorang soleh di kota Madinah bermimpi, dan terdengar suara yang mengatakan “Tidak ada satu orang pun yang dapat menurunkan mayat tersebut, agar orang yang belakangan hari dapat mengambil, i’tibar”.
Hingga sekarang mayat tersebut masih ada dan dapat disaksikan langsung dengan mata kepala. Bagi yang tidak dapat berkunjung ke sana dapat mengakses internet google “Ada Mayat di atas Kubah Masjid Nabawi”.
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini, terlepas dari kebenarannya, bahwa kembali kepada Tauhid yang murni seperti zaman Rasul Saw adalah tujuan dari dakwah Islam dan misi para Rasul dan umat Islam mesti menerimanya, jika tidak ingin menjadi orang musyrik. Akan tetapi pemeliharaan nilai sejarah dan para pelaku sejarah juga penting, karena Allah berfirman : Sungguh di dalam sejarah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal. (QS. Yusuf : 111).
Akhirnya jika pelaku sejarah tidak boleh dikenang, tidak dimuliakan, tidak dihormati, kuburannya diratakan, bagaimana kita mengambil pelajaran dari sejarah tersebut? Adapun maksud Nabi Saw Allah mengutuk Yahudi dan Nasrani menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, adalah menyembah kuburan. Semoga kita dapat pelajaran. Wallahua’lam (Ilmu Warisan Leluhur)
Sejarah bercerita, ketika Nabi sampai di Madinah, pertama sekali dikerjakan Nabi Saw adalah membangun Masjid Nabawi dengan membeli tanah seharga 10 dinar kepunyaan dua orang anak yatim Sahl dan Suhail berukuran 3 x 30 m.
Bangunan yang sederhana itu hanya berdindingkan tanah yang dikeringkan, bertiangkan pohon kurma dan beratapkan pelepah kurma. Sebelah Timur bangunan Masjid Nabawi dibangun rumah Nabi Saw, dan sebelah Barat dibangun ruangan untuk orang-orang miskin dari kaum Muhajirin yang pada akhirnya tempat itu dikenal dengan tempat ahli Suffah (karena mereka tidur berbantalkan pelana kuda).
Baru pada tahun ke-7 H, Nabi mengadakan perluasan Masjid Nabawi ke arah Timur, Barat, dan Utara sehingga berbentuk bujursangkar 45 x 45 m dengan luas mencapai 2.025 m2 dan program jangka panjang untuk memperluas Masjid Nabawi seperti yang kita lihat sekarang ini diisyaratkan oleh Nabi Saw dengan sabdanya menjelang wafat: “Selayaknya kita memperluas masjid ini”.
Hingga pada tahun ke-17 H, Amirul Mukminin Umar bin Khattab khalifah kedua, memperluas ke arah Selatan dan Barat masing-masing 5 m dan ke Utara 15 m, dan dilanjutkan oleh Usman bin Affan khalifah ketiga memperluas ke arah Selatan, Utara dan Barat masing-masing 5 m pada tahun ke-29 H.
Akhirnya pada masa Khalifah Bani Umayyah Al-Walid bin Abdul Malik pada tahun 88 H, memperluas ke semua sisi Masjid Nabawi termasuk ke arah Timur (rumah Nabi) dan kamar-kamar isteri Nabi (hujurat) sehingga makam Nabi Muhammad Saw, Abu Bakar Siddiq, dan Umar bin Khattab termasuk bagian dari masjid dan berada di dalam masjid yang sebelumnya terpisah dari masjid.
Inilah yang menjadi pembahasan para ulama dan fukaha di dalam Fikih Islam, yaitu mendirikan bagunan seperti rumah kubah, madrasah, dan masjid di atas kuburan. Karena Nabi Saw bersabda : Allah mengutuk umat Yahudi dan Nasrani yang membuat kuburan para nabi mereka menjadi masjid-masjid (tempat peribadatan). (HR. Bukhari Muslim)
Hadis di atas dipahami oleh sebagian ulama terutama di kalangan pengikut Syekh Muhammad bin Abdul Wahab (Th. 1115 H/ 1703 M di Masjid Saudi Arabia, dan aliran ini disebut oleh para rivalnya sebagai aliran Wahabiyah, dan di Indonesia dengan aliran Salafi). Secara umum, tidak boleh melakukan kegiatan ibadah di atas kuburan, berdoa menghadap kuburan, dan membangun kubah di atas kuburan.
Terakhir ada seorang manusia yang memanjat kubah hijau Masjid Nabawi untuk dihancurkan, lalu disambar petir secara tiba-tiba dan mati. Mayatnya melekat pada kubah hijau tersebut dan tidak dapat diturunkan sampai sekarang. Syekh Zubaidy, ahli sejarah Madinah menceritakan ada seorang soleh di kota Madinah bermimpi, dan terdengar suara yang mengatakan “Tidak ada satu orang pun yang dapat menurunkan mayat tersebut, agar orang yang belakangan hari dapat mengambil, i’tibar”.
Hingga sekarang mayat tersebut masih ada dan dapat disaksikan langsung dengan mata kepala. Bagi yang tidak dapat berkunjung ke sana dapat mengakses internet google “Ada Mayat di atas Kubah Masjid Nabawi”.
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini, terlepas dari kebenarannya, bahwa kembali kepada Tauhid yang murni seperti zaman Rasul Saw adalah tujuan dari dakwah Islam dan misi para Rasul dan umat Islam mesti menerimanya, jika tidak ingin menjadi orang musyrik. Akan tetapi pemeliharaan nilai sejarah dan para pelaku sejarah juga penting, karena Allah berfirman : Sungguh di dalam sejarah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal. (QS. Yusuf : 111).
Akhirnya jika pelaku sejarah tidak boleh dikenang, tidak dimuliakan, tidak dihormati, kuburannya diratakan, bagaimana kita mengambil pelajaran dari sejarah tersebut? Adapun maksud Nabi Saw Allah mengutuk Yahudi dan Nasrani menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, adalah menyembah kuburan. Semoga kita dapat pelajaran. Wallahua’lam (Ilmu Warisan Leluhur)
Dibalik Keanehan Dan Keajaiban Air Zam-Zam
Tak banyak yang tahu bagaimana caranya sumur zam-zam bisa mengeluarkan
puluhan juta liter pada satu musim haji, tanpa pernah kering satu kali
pun. Seorang peneliti pernah diperintahkan raja Faisal menyelidiki sumur
zam-zam untuk menjawab tuduhan kotor seorang doktor dari Mesir.
Berapa Juta Liter air zamzam?
Berapa banyak air zam-zam yang di “kuras” setiap musim haji? Mari kita hitung secara sederhana. Jamaah haji yang berdatangan dari seluruh penjuru dunia pada setiap musim haji dewasa ini berjumlah sekitar dua juta orang. Semua jemaah diberi 5 liter air zam-zam ketika pulang nanti ke tanah airnya. Kalau 2 juta orang membawa pulang masing-masing 5 liter zam-zam ke negaranya, itu saja sudah 10 juta liter. Disamping itu selama di Mekah, kalau saja jamaah rata-rata tinggal 25 hari, dan setiap orang menghabiskan 1 liter sehari, maka totalnya sudah 50 juta liter !!.
Keanehan air Zamzam
Pada tahun 1971, seorang doktor dari negeri Mesir mengatakan kepada Press Eropah bahwa air Zamzam itu tidak sehat untuk diminum. Asumsinya didasarkan bahwa kota Mekah itu ada di bawah garis permukaan laut. Air Zamzam itu berasal dari air sisa buangan penduduk kota Mekah yang meresap, kemudian mengendap terbawa bersama-sama air hujan dan keluar dari sumur Zamzam. Masya Allah.
Berita ini sampai ke telinga Raja Faisal yang kemudian memerintahkan Mentri Pertanian dan Sumber Air untuk menyelidiki masalah ini, dan mengirimkan sampel air Zamzam ke Laboratorium-laboratorium di Eropah untuk ditest.
Tariq Hussain, insinyur kimia yang bekerja di Instalasi Pemurnian Air Laut untuk diminum, di Kota Jedah, mendapat tugas menyelidikinya. Pada saat memulai tugasnya, Tariq belum punya gambaran, bagaimana sumur Zamzam bisa menyimpan air yang begitu banyak seperti tak ada batasnya.
Ketika sampai di dalam sumur, Tariq amat tercengang ketika menyaksikan bahwa ukuran “kolam” sumur itu hanya 18 x 14 feet saja (Kira-kira 5 x 4 meter). Tak terbayang, bagaimana caranya sumur sekecil ini bisa mengeluarkan jutaan galon air setiap musim hajinya. Dan itu berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu, sejak zaman Nabi Ibrahim AS.
Penelitian menunjukkan, mata air zamzam bisa memancarkan air sebanyak 11-18 liter air per detik. Dengan demikian, setiap menit akan dihasilkan 660 liter air. Itulah yang mencengangkan.
Tariq mulai mengukur kedalaman air sumur. Dia minta asistennya masuk ke dalam air. Ternyata air sumur itu hanya mencapai sedikit di atas bahu pembantunya yang tinggi tubuhnya 5 feet 8 inci. Lalu dia menyuruh asistennya untuk memeriksa, apakah mungkin ada cerukan atau saluran pipa di dalamnya. Setelah berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, ternyata tak ditemukan apapun!.
Dia berpikir, mungkin saja air sumur ini disuppli dari luar melalui saluran pompa berkekuatan besar. Bila seperti itu kejadian nya, maka dia bisa melihat turun-naiknya permukaan air secara tiba-tiba. Tetapi dugaan inipun tak terbukti. Tak ditemukan gerakan air yang mencurigakan, juga tak ditemukan ada alat yang bisa mendatangkan air dalam jumlah besar.
Selanjutnya Dia minta asistennya masuk lagi ke dalam sumur. Lalu menyuruh berdiri, dan diam ditempat sambil mengamati sekelilingnya. Perhatikan dengan sangat cermat, dan laporkan apa yang terjadi, sekecil apapun. Setelah melakukan proses ini dengan cermat, asistennya tiba-tiba mengacungkan kedua tangannya sambil berteriak: “Alhamdulillah, Saya temukan dia! Pasir halus menari-nari di bawah telapak kakiku. Dan air itu keluar dari dasar sumur”.
Lalu asistennya diminta berputar mengelilingi sumur ketika tiba saat pemompaan air (untuk dialirkan ke tempat pendistribusian air) berlangsung. Dia merasakan bahwa air yang keluar dari dasar sumur sama besarnya seperti sebelum periode pemompaan. Dan aliran air yang keluar, besarnya sama di setiap titik, di semua area. Ini menyebabkan permukaan sumur itu relatif stabil, tak ada guncangan yang besar
Mengandung zat Anti Kuman.
Hasil penelitian sampel air di Eropah dan Saudi Arabia menunjukkan bahwa Zamzam mengandung zat fluorida yang punya daya efektif membunuh kuman, layaknya seperti sudah mengandung obat. Lalu perbedaan air Zamzam dibandingkan dengan air sumur lain di kota Mekah dan Arab sekitarnya adalah dalam hal kuantitas kalsium dan garam magnesium.
Kandungan kedua mineral itu sedikit lebih banyak pada air zamzam. Itu mungkin sebabnya air zamzam membuat efek menyegarkan bagi jamaah yang kelelahan.
Keistimewaan lain, komposisi dan rasa kandungan garamnya selalu stabil, selalu sama dari sejak terbentuknya sumur ini. “Rasanya” selalu terjaga, diakui oleh semua jemaah haji dan umrah yang selalu datang tiap tahun.
Bisa Menyembuhkan Penyakit.
Nabi saw menjelaskan: ”Sesungguhnya, Zamzam ini air yang sangat diberkahi, ia adalah makanan yang mengandung gizi”.
Nabi saw menambahkan: “Air zamzam bermanfaat untuk apa saja yang diniatkan ketika meminumnya. Jika engkau minum dengan maksud agar sembuh dari penyakitmu, maka Allah menyembuhkannya. Jika engkau minum dengan maksud supaya merasa kenyang, maka Allah mengenyangkan engkau. Jika engkau meminumnya agar hilang rasa hausmu, maka Allah akan menghilangkan dahagamu itu. Ia adalah air tekanan tumit Jibril, minuman dari Allah untuk Ismail”. (HR Daruqutni, Ahmad, Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas).
Rasulullah saw pernah mengambil air zamzam dalam sebuah kendi dan tempat air dari kulit, kemudian membawanya kembali ke Madinah. Air zamzam itu digunakan Rasulullah saw untuk memerciki orang sakit dan kemudian disuruh meminumnya.
Dalam penelitian ilmiah yang dilakukan di laboratorium Eropa, terbukti bahwa zamzam memang lain. Kandungan airnya berbeda dengan sumur-sumur yang ada di sekitar Makah.
1. Kadar Kalsium dan garam Magnesiumnya lebih tinggi dibanding sumur lainnya, berkhasiat untuk menghilangkan rasa haus dan efek penyembuhan.
2. Zamzam juga mengandung zat fluorida yang berkhasiat memusnahkan kuman-kuman yang terdapat dalam kandungan airnya.
3. Yang juga menakjubkan adalah, tak ada sedikit pun lumut di sumur ini. Zamzam selalu bebas dari kontaminasi kuman.
4. Anehnya lagi, pada saat semua sumur air di sekitar Mekah dalam keadaan kering, sumur zamzam tetap berair. Dan zamzam memang tak pernah kering sepanjang zaman.
Beberapa ulama fikih merekomendasikan agar jamaah haji membawa zamzam ketika pulang ke negaranya sebab zamzam itu bisa sebagai obat untuk suatu penyembuhan. Dan ini terbukti, banyak jamaah dari Indonesia maupun negara lain yang pernah merasakan keajaiban air zamzam. (Ilmu Warisan Leluhur)
Berapa Juta Liter air zamzam?
Berapa banyak air zam-zam yang di “kuras” setiap musim haji? Mari kita hitung secara sederhana. Jamaah haji yang berdatangan dari seluruh penjuru dunia pada setiap musim haji dewasa ini berjumlah sekitar dua juta orang. Semua jemaah diberi 5 liter air zam-zam ketika pulang nanti ke tanah airnya. Kalau 2 juta orang membawa pulang masing-masing 5 liter zam-zam ke negaranya, itu saja sudah 10 juta liter. Disamping itu selama di Mekah, kalau saja jamaah rata-rata tinggal 25 hari, dan setiap orang menghabiskan 1 liter sehari, maka totalnya sudah 50 juta liter !!.
Keanehan air Zamzam
Pada tahun 1971, seorang doktor dari negeri Mesir mengatakan kepada Press Eropah bahwa air Zamzam itu tidak sehat untuk diminum. Asumsinya didasarkan bahwa kota Mekah itu ada di bawah garis permukaan laut. Air Zamzam itu berasal dari air sisa buangan penduduk kota Mekah yang meresap, kemudian mengendap terbawa bersama-sama air hujan dan keluar dari sumur Zamzam. Masya Allah.
Berita ini sampai ke telinga Raja Faisal yang kemudian memerintahkan Mentri Pertanian dan Sumber Air untuk menyelidiki masalah ini, dan mengirimkan sampel air Zamzam ke Laboratorium-laboratorium di Eropah untuk ditest.
Tariq Hussain, insinyur kimia yang bekerja di Instalasi Pemurnian Air Laut untuk diminum, di Kota Jedah, mendapat tugas menyelidikinya. Pada saat memulai tugasnya, Tariq belum punya gambaran, bagaimana sumur Zamzam bisa menyimpan air yang begitu banyak seperti tak ada batasnya.
Ketika sampai di dalam sumur, Tariq amat tercengang ketika menyaksikan bahwa ukuran “kolam” sumur itu hanya 18 x 14 feet saja (Kira-kira 5 x 4 meter). Tak terbayang, bagaimana caranya sumur sekecil ini bisa mengeluarkan jutaan galon air setiap musim hajinya. Dan itu berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu, sejak zaman Nabi Ibrahim AS.
Penelitian menunjukkan, mata air zamzam bisa memancarkan air sebanyak 11-18 liter air per detik. Dengan demikian, setiap menit akan dihasilkan 660 liter air. Itulah yang mencengangkan.
Tariq mulai mengukur kedalaman air sumur. Dia minta asistennya masuk ke dalam air. Ternyata air sumur itu hanya mencapai sedikit di atas bahu pembantunya yang tinggi tubuhnya 5 feet 8 inci. Lalu dia menyuruh asistennya untuk memeriksa, apakah mungkin ada cerukan atau saluran pipa di dalamnya. Setelah berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, ternyata tak ditemukan apapun!.
Dia berpikir, mungkin saja air sumur ini disuppli dari luar melalui saluran pompa berkekuatan besar. Bila seperti itu kejadian nya, maka dia bisa melihat turun-naiknya permukaan air secara tiba-tiba. Tetapi dugaan inipun tak terbukti. Tak ditemukan gerakan air yang mencurigakan, juga tak ditemukan ada alat yang bisa mendatangkan air dalam jumlah besar.
Selanjutnya Dia minta asistennya masuk lagi ke dalam sumur. Lalu menyuruh berdiri, dan diam ditempat sambil mengamati sekelilingnya. Perhatikan dengan sangat cermat, dan laporkan apa yang terjadi, sekecil apapun. Setelah melakukan proses ini dengan cermat, asistennya tiba-tiba mengacungkan kedua tangannya sambil berteriak: “Alhamdulillah, Saya temukan dia! Pasir halus menari-nari di bawah telapak kakiku. Dan air itu keluar dari dasar sumur”.
Lalu asistennya diminta berputar mengelilingi sumur ketika tiba saat pemompaan air (untuk dialirkan ke tempat pendistribusian air) berlangsung. Dia merasakan bahwa air yang keluar dari dasar sumur sama besarnya seperti sebelum periode pemompaan. Dan aliran air yang keluar, besarnya sama di setiap titik, di semua area. Ini menyebabkan permukaan sumur itu relatif stabil, tak ada guncangan yang besar
Mengandung zat Anti Kuman.
Hasil penelitian sampel air di Eropah dan Saudi Arabia menunjukkan bahwa Zamzam mengandung zat fluorida yang punya daya efektif membunuh kuman, layaknya seperti sudah mengandung obat. Lalu perbedaan air Zamzam dibandingkan dengan air sumur lain di kota Mekah dan Arab sekitarnya adalah dalam hal kuantitas kalsium dan garam magnesium.
Kandungan kedua mineral itu sedikit lebih banyak pada air zamzam. Itu mungkin sebabnya air zamzam membuat efek menyegarkan bagi jamaah yang kelelahan.
Keistimewaan lain, komposisi dan rasa kandungan garamnya selalu stabil, selalu sama dari sejak terbentuknya sumur ini. “Rasanya” selalu terjaga, diakui oleh semua jemaah haji dan umrah yang selalu datang tiap tahun.
Bisa Menyembuhkan Penyakit.
Nabi saw menjelaskan: ”Sesungguhnya, Zamzam ini air yang sangat diberkahi, ia adalah makanan yang mengandung gizi”.
Nabi saw menambahkan: “Air zamzam bermanfaat untuk apa saja yang diniatkan ketika meminumnya. Jika engkau minum dengan maksud agar sembuh dari penyakitmu, maka Allah menyembuhkannya. Jika engkau minum dengan maksud supaya merasa kenyang, maka Allah mengenyangkan engkau. Jika engkau meminumnya agar hilang rasa hausmu, maka Allah akan menghilangkan dahagamu itu. Ia adalah air tekanan tumit Jibril, minuman dari Allah untuk Ismail”. (HR Daruqutni, Ahmad, Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas).
Rasulullah saw pernah mengambil air zamzam dalam sebuah kendi dan tempat air dari kulit, kemudian membawanya kembali ke Madinah. Air zamzam itu digunakan Rasulullah saw untuk memerciki orang sakit dan kemudian disuruh meminumnya.
Dalam penelitian ilmiah yang dilakukan di laboratorium Eropa, terbukti bahwa zamzam memang lain. Kandungan airnya berbeda dengan sumur-sumur yang ada di sekitar Makah.
1. Kadar Kalsium dan garam Magnesiumnya lebih tinggi dibanding sumur lainnya, berkhasiat untuk menghilangkan rasa haus dan efek penyembuhan.
2. Zamzam juga mengandung zat fluorida yang berkhasiat memusnahkan kuman-kuman yang terdapat dalam kandungan airnya.
3. Yang juga menakjubkan adalah, tak ada sedikit pun lumut di sumur ini. Zamzam selalu bebas dari kontaminasi kuman.
4. Anehnya lagi, pada saat semua sumur air di sekitar Mekah dalam keadaan kering, sumur zamzam tetap berair. Dan zamzam memang tak pernah kering sepanjang zaman.
Beberapa ulama fikih merekomendasikan agar jamaah haji membawa zamzam ketika pulang ke negaranya sebab zamzam itu bisa sebagai obat untuk suatu penyembuhan. Dan ini terbukti, banyak jamaah dari Indonesia maupun negara lain yang pernah merasakan keajaiban air zamzam. (Ilmu Warisan Leluhur)
Dua Belas Rahasia Kejahatan Yahudi dalam Kitab Suci
Ide mendirikan negara Yahudi dalam perkembangan gerakan Zionis,
sebenarnya banyak dipengaruhi oleh Theodore Herzl. Dalam tulisannya, Der
Judenstaat (Negara Yahudi), dia mendorong organisasi Yahudi dunia untuk
meminta persetujuan Turki Usmani sebagai penguasa di Palestina agar
diizinkan membeli tanah di sana. Kaum Yahudi hanya diizinkan memasuki
Palestina untuk melaksanakan ibadah, bukan sebagai komunitas yang punya
ambisi politik (lihat: Palestine and The Arab-Israeli Conflict, 2000:
95). Keputusan ini memicu gerakan Zionis radikal. Bersamaan dengan
semakin melemahnya pengaruh Turki Usmani, para imigran Zionis
berdatangan setelah berhasil membeli tanah di Palestina utara. Imigrasi
besar-besaran ini pun berubah menjadi penjajahan tatkala mereka berhasil
menguasai ekonomi, sosial dan politik di Palestina dengan dukungan
Inggris (Israel, Land of Tradition and Conflict, 1993:27).
Berakhirnya Perang Dunia I, Inggris berhasil menguasai Palestina dengan mudah. Sherif Husein di Mekah yang dilobi untuk memberontak kekuasaan Turki juga meraih kesuksesan. (1948 and After: Israel and Palestine, 1990:149). Rakyat Palestina semakin terdesak dan menjadi sasaran pembantaian. (2000:173). Agresi Zionis terus berlanjut, 360 desa dan 14 kota yang didiami rakyat Palestina dihancurkan dan lebih 726.000 jiwa terpaksa mengungsi. Akhirnya pada Jumat, 14 Mei 1948, negara baru Israel dideklarasikan oleh Ben Gurion, bertepatan dengan 8 jam sebelum Inggris dijadwal meninggalkan Palestina. Untuk strategi mempertahankan keamanannya di masa berikutnya, Israel terus menempel AS hingga berhasil mendapat pinjaman 100 juta U$D untuk mengembangkan senjata nuklir.
Elisabeth Diana Dewi dalam karya ilmiahnya, The Creation of The State of Israel menguraikan bahwa secara filosofi, negara Israel dibentuk berdasarkan tiga keyakinan yang tidak boleh dipertanyakan: (a) tanah Israel hanya diberikan untuk bangsa pilihan Tuhan sebagai bagian dari Janji-Nya kepada mereka. (b) pembentukan negara Israel modern adalah proses terbesar dari penyelamatan tanah bangsa Yahudi. (c) pembentukan negara bagi mereka adalah solusi atas sejarah penderitaan Yahudi yang berjuang dalam kondisi tercerai berai (diaspora). Maka, merebut kembali seluruh tanah yang dijanjikan dalam Bibel adalah setara dengan penderitaan mereka selama 3000 tahun. Oleh sebab itu, semua bangsa non-Yahudi yang hidup di tanah itu adalah perampas dan layak untuk dibinasakan.
Yahudi dalam Al-Quran
Fakta fenomenal saat ini yang menggambarkan arogansi, kecongkakan dan penindasan Yahudi terhadap kaum muslimin adalah hikmah yang harus diambil dari Firman-Nya:
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar." (QS.17:4).
Dalam tafsir Jalalayn dijelaskan bahwa maksud fil ardhi dalam ayat itu adalah bumi Syam yang meliputi Suriah, Palestina, Libanon, Yordan dan sekitarnya.
Pembunuhan bukan hal asing dalam sejarah Yahudi. Bahkan nabi-nabi mereka, seperti Nabi Zakariya dan Nabi Yahya pun dibunuh. Mereka juga mengira telah berhasil membunuh Nabi Isa dan bangga atas usahanya. Tapi Al-Quran membantahnya (QS.4:157). Inilah di antara makna bahwa yang paling keras permusuhannya terhadap kaum beriman ialah orang Yahudi dan musyrik (QS. 5:82).
Penolakan janji Allah (QS. 5:21-22) yang memastikan kemenangan jika mau berperang bersama Nabi Musa, membuktikan sebenarnya Yahudi adalah bangsa penakut, pesimis, tamak terhadap dunia dan lebih memilih hidup hina daripada mati mulia. Bahkan QS. 5:24 menggambarkan bahwa mereka tidak butuh tanah yang dijanjikan dan tidak ingin merdeka selama masih ada sekelompok orang kuat yang tinggal di sana. Lalu mereka meminta Nabi Musa dan Tuhannya berperang sendiri.
Oleh karena itu Al-Quran menggambarkan bahwa kerasnya batu tidak bisa mengimbangi kerasnya hati kaum Yahudi. Sebab masih ada batu yang terbelah lalu keluar mata air darinya dan ada juga yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah (QS. 2:74). Keras hati kaum Yahudi ini di antaranya disebabkan hobi mereka mendengarkan berita dusta dan makan dari usaha yang diharamkan (QS. 5:24).
Dua Belas Kejahatan Yahudi
Dalam buku Qabaih al-Yahud dijelas 12 kejahatan Yahudi yang termaktub dalam Al-Quran. Kejahatan itu adalah sebagai berikut:
1.Menuduh Nabi Musa punya penyakit kusta karena tidak mau mandi bersama mereka. (QS. Al Ahzab 33:69)
2.Enggan melaksanakan Taurat, sehingga Allah mengangkat gunung Tursina untuk mengambil perjanjian yang teguh. (QS.Al-Baqarah 2:93)
3.Tidak mau beriman kecuali jika melihat Allah langsung. (QS. Al-Baqarah 2:55 dan An-Nisa 4:153)
4.Merubah perintah agar masuk negeri yang dijanjikan seraya bersujud dan mengucapkan hithah, yakni memohon ampunan. Tapi mereka mengganti perintah itu dengan cara melata di atas anusnya dan mengatakan hinthah, yakni sebutir biji di rambut. (QS. Al-Baqarah 2:58-59
5.Menuduh Nabi Musa mengolok-olok mereka saat mereka disuruh menyembelih sapi betina. (QS. Al-Baqarah 2:67)
6.Menulis Alkitab dengan tangan mereka, lalu mengatakan ini dari Allah. (QS.Al-Baqarah 2:79)
7.Memutar-mutar lidahnya untuk menyakinkan bahwa yang dibacanya itu adalah wahyu yang asli. (QS. Ali Imran 3:78)
8.Merubah Firman Allah. (QS.Al-Baqarah 2:75)
9.Menyembah patung sapi saat ditinggal Nabi Musa mengambil Taurat. (QS.Al-Baqarah 2: 51 dan 92)
10.Mengatakan Tangan Allah terbelenggu. (QS.Al-Ma'idah 5:64)
11.Menuduh Allah itu faqir. (QS. Ali Imran 3:181)
12.Menyuruh Nabi Musa dan Tuhannya berperang untuk mereka (QS.5 Al-Ma'idah :24)
Di samping itu, sosok nabi yang seharusnya dijadikan suri tauladan, justru dinistakan. Nabi Ibrahim dalam Kejadian pasal 12:10-16 dan 20:1-14, dikisahkan sebagai orang yang hina, menjijikkan dan rakus harta benda. Beliau dituduh menjual isterinya yang cantik demi meraih keuntungan. Kitab suci mereka tidak pernah menceritakan beliau sebagai Nabi pemberani yang menghancurkan patung meskipun harus dilemparkan kedalam api, menyeru ayah dan kaumnya meninggalkan kemusyrikan. Kisah memilukan juga menimpa Nabi Luth. Dalam Kejadian Pasal 19:30-38, beliau dikisahkan menzinahi kedua putrinya dalam keadaan mabuk.
Islam adalah musuh permanen bagi Yahudi dan Nasrani. Sebab Islam adalah satu-satunya agama yang kitab sucinya mengoreksi langsung kesalahan dua agama itu. Ibarat seorang adik, ia berani membongkar kejahatan kedua kakaknya. Oleh sebab itu, kedengkian mereka tidak akan padam dan masih eksis dalam kajian-kajian mereka. Contoh kedengkian intelektual ini seperti klaim bahwa Al-Quran banyak dipengaruhi kosa kata Ibrani, seperti diungkapkan Adnin Armas dalam bukunya Metodologi Bibel dalam Studi Al-Quran. Klaim ini dicetuskan oleh Abraham Geiger (1810-1874), seorang rabi dan pendiri Yahudi Liberal di Jerman dalam karyanya, Apa yang telah Muhammad pinjam dari Yahudi?
Jauh sebelumnya, Imam Syafi'i telah menolak tudingan semisal itu dan menguatkan bahwa Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab. Sebab semua lafadz dalam Al-Quran mustahil tidak dipahami oleh semua orang Arab, meskipun sebagian lafadz itu ada yang tidak dimengerti oleh sebagian orang Arab. Hal ini mengingat luasnya samudera bahasa Arab, bukan karena kata itu tidak berasal dari bahasa Arab. Karena kata-kata yang dituduhkan asing itu telah menjadi bahasa Arab, dikenal dan telah digunakan oleh masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran.
Anehnya, virus Geiger kini berkembang subur di sebagian umat. Pengacauan studi Islam dan maraknya franchise-franchise hermeneutika untuk menafsirkan Al-Quran di sebagian institusi pendidikan tinggi Islam sangat potensial melemahkan akidah dan ukhuwah. Fenomena ini perlu dipertimbangkan para tokoh umat di samping fatwa tentang pemboikotan produk Israel dan Amerika.
(http://www.gaulislam.com/12-rahasia-kejahatan-yahudi-dalam-kitab-suci) (Ilmu Warisan Leluhur)
Berakhirnya Perang Dunia I, Inggris berhasil menguasai Palestina dengan mudah. Sherif Husein di Mekah yang dilobi untuk memberontak kekuasaan Turki juga meraih kesuksesan. (1948 and After: Israel and Palestine, 1990:149). Rakyat Palestina semakin terdesak dan menjadi sasaran pembantaian. (2000:173). Agresi Zionis terus berlanjut, 360 desa dan 14 kota yang didiami rakyat Palestina dihancurkan dan lebih 726.000 jiwa terpaksa mengungsi. Akhirnya pada Jumat, 14 Mei 1948, negara baru Israel dideklarasikan oleh Ben Gurion, bertepatan dengan 8 jam sebelum Inggris dijadwal meninggalkan Palestina. Untuk strategi mempertahankan keamanannya di masa berikutnya, Israel terus menempel AS hingga berhasil mendapat pinjaman 100 juta U$D untuk mengembangkan senjata nuklir.
Elisabeth Diana Dewi dalam karya ilmiahnya, The Creation of The State of Israel menguraikan bahwa secara filosofi, negara Israel dibentuk berdasarkan tiga keyakinan yang tidak boleh dipertanyakan: (a) tanah Israel hanya diberikan untuk bangsa pilihan Tuhan sebagai bagian dari Janji-Nya kepada mereka. (b) pembentukan negara Israel modern adalah proses terbesar dari penyelamatan tanah bangsa Yahudi. (c) pembentukan negara bagi mereka adalah solusi atas sejarah penderitaan Yahudi yang berjuang dalam kondisi tercerai berai (diaspora). Maka, merebut kembali seluruh tanah yang dijanjikan dalam Bibel adalah setara dengan penderitaan mereka selama 3000 tahun. Oleh sebab itu, semua bangsa non-Yahudi yang hidup di tanah itu adalah perampas dan layak untuk dibinasakan.
Yahudi dalam Al-Quran
Fakta fenomenal saat ini yang menggambarkan arogansi, kecongkakan dan penindasan Yahudi terhadap kaum muslimin adalah hikmah yang harus diambil dari Firman-Nya:
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar." (QS.17:4).
Dalam tafsir Jalalayn dijelaskan bahwa maksud fil ardhi dalam ayat itu adalah bumi Syam yang meliputi Suriah, Palestina, Libanon, Yordan dan sekitarnya.
Pembunuhan bukan hal asing dalam sejarah Yahudi. Bahkan nabi-nabi mereka, seperti Nabi Zakariya dan Nabi Yahya pun dibunuh. Mereka juga mengira telah berhasil membunuh Nabi Isa dan bangga atas usahanya. Tapi Al-Quran membantahnya (QS.4:157). Inilah di antara makna bahwa yang paling keras permusuhannya terhadap kaum beriman ialah orang Yahudi dan musyrik (QS. 5:82).
Penolakan janji Allah (QS. 5:21-22) yang memastikan kemenangan jika mau berperang bersama Nabi Musa, membuktikan sebenarnya Yahudi adalah bangsa penakut, pesimis, tamak terhadap dunia dan lebih memilih hidup hina daripada mati mulia. Bahkan QS. 5:24 menggambarkan bahwa mereka tidak butuh tanah yang dijanjikan dan tidak ingin merdeka selama masih ada sekelompok orang kuat yang tinggal di sana. Lalu mereka meminta Nabi Musa dan Tuhannya berperang sendiri.
Oleh karena itu Al-Quran menggambarkan bahwa kerasnya batu tidak bisa mengimbangi kerasnya hati kaum Yahudi. Sebab masih ada batu yang terbelah lalu keluar mata air darinya dan ada juga yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah (QS. 2:74). Keras hati kaum Yahudi ini di antaranya disebabkan hobi mereka mendengarkan berita dusta dan makan dari usaha yang diharamkan (QS. 5:24).
Dua Belas Kejahatan Yahudi
Dalam buku Qabaih al-Yahud dijelas 12 kejahatan Yahudi yang termaktub dalam Al-Quran. Kejahatan itu adalah sebagai berikut:
1.Menuduh Nabi Musa punya penyakit kusta karena tidak mau mandi bersama mereka. (QS. Al Ahzab 33:69)
2.Enggan melaksanakan Taurat, sehingga Allah mengangkat gunung Tursina untuk mengambil perjanjian yang teguh. (QS.Al-Baqarah 2:93)
3.Tidak mau beriman kecuali jika melihat Allah langsung. (QS. Al-Baqarah 2:55 dan An-Nisa 4:153)
4.Merubah perintah agar masuk negeri yang dijanjikan seraya bersujud dan mengucapkan hithah, yakni memohon ampunan. Tapi mereka mengganti perintah itu dengan cara melata di atas anusnya dan mengatakan hinthah, yakni sebutir biji di rambut. (QS. Al-Baqarah 2:58-59
5.Menuduh Nabi Musa mengolok-olok mereka saat mereka disuruh menyembelih sapi betina. (QS. Al-Baqarah 2:67)
6.Menulis Alkitab dengan tangan mereka, lalu mengatakan ini dari Allah. (QS.Al-Baqarah 2:79)
7.Memutar-mutar lidahnya untuk menyakinkan bahwa yang dibacanya itu adalah wahyu yang asli. (QS. Ali Imran 3:78)
8.Merubah Firman Allah. (QS.Al-Baqarah 2:75)
9.Menyembah patung sapi saat ditinggal Nabi Musa mengambil Taurat. (QS.Al-Baqarah 2: 51 dan 92)
10.Mengatakan Tangan Allah terbelenggu. (QS.Al-Ma'idah 5:64)
11.Menuduh Allah itu faqir. (QS. Ali Imran 3:181)
12.Menyuruh Nabi Musa dan Tuhannya berperang untuk mereka (QS.5 Al-Ma'idah :24)
Di samping itu, sosok nabi yang seharusnya dijadikan suri tauladan, justru dinistakan. Nabi Ibrahim dalam Kejadian pasal 12:10-16 dan 20:1-14, dikisahkan sebagai orang yang hina, menjijikkan dan rakus harta benda. Beliau dituduh menjual isterinya yang cantik demi meraih keuntungan. Kitab suci mereka tidak pernah menceritakan beliau sebagai Nabi pemberani yang menghancurkan patung meskipun harus dilemparkan kedalam api, menyeru ayah dan kaumnya meninggalkan kemusyrikan. Kisah memilukan juga menimpa Nabi Luth. Dalam Kejadian Pasal 19:30-38, beliau dikisahkan menzinahi kedua putrinya dalam keadaan mabuk.
Islam adalah musuh permanen bagi Yahudi dan Nasrani. Sebab Islam adalah satu-satunya agama yang kitab sucinya mengoreksi langsung kesalahan dua agama itu. Ibarat seorang adik, ia berani membongkar kejahatan kedua kakaknya. Oleh sebab itu, kedengkian mereka tidak akan padam dan masih eksis dalam kajian-kajian mereka. Contoh kedengkian intelektual ini seperti klaim bahwa Al-Quran banyak dipengaruhi kosa kata Ibrani, seperti diungkapkan Adnin Armas dalam bukunya Metodologi Bibel dalam Studi Al-Quran. Klaim ini dicetuskan oleh Abraham Geiger (1810-1874), seorang rabi dan pendiri Yahudi Liberal di Jerman dalam karyanya, Apa yang telah Muhammad pinjam dari Yahudi?
Jauh sebelumnya, Imam Syafi'i telah menolak tudingan semisal itu dan menguatkan bahwa Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab. Sebab semua lafadz dalam Al-Quran mustahil tidak dipahami oleh semua orang Arab, meskipun sebagian lafadz itu ada yang tidak dimengerti oleh sebagian orang Arab. Hal ini mengingat luasnya samudera bahasa Arab, bukan karena kata itu tidak berasal dari bahasa Arab. Karena kata-kata yang dituduhkan asing itu telah menjadi bahasa Arab, dikenal dan telah digunakan oleh masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran.
Anehnya, virus Geiger kini berkembang subur di sebagian umat. Pengacauan studi Islam dan maraknya franchise-franchise hermeneutika untuk menafsirkan Al-Quran di sebagian institusi pendidikan tinggi Islam sangat potensial melemahkan akidah dan ukhuwah. Fenomena ini perlu dipertimbangkan para tokoh umat di samping fatwa tentang pemboikotan produk Israel dan Amerika.
(http://www.gaulislam.com/12-rahasia-kejahatan-yahudi-dalam-kitab-suci) (Ilmu Warisan Leluhur)
Diponegoro, Singa Jawa dari Keraton Yogjakarta
Beliau seorang Mujahid keturunan Raja Yogjakarta. Seluruh nafas
kehidupannya diabadikan untuk kemerdekaan Tanah Jawa, dengan bersendikan
ajaran agama Islam.
Tegalrejo 29 Juli 1825. Wilayah di bawah pimpinan Chevallier pasukan gabungan Belanda dan orang-orang patih Darurejo IV menyerbu laskar-laskar Diponegoro dan Mangkubumi di Tegalrejo, sebuah desa kecil yang terletak di barat laut Keraton Yogjakarta. Dentuman meriam dan bunyi letupan senapan membahana di seluruh penjuru desa.
Menghadapi serangan itu, kedua Pangeran bersama laskarnya segera menyingkir ke tempat yang lebih aman. Mereka menyadari, perang di medan yang amat sempit tidak menguntungkannya. Pangeran Diponegoro akhirnya memilih tempat yang lebih strategis untuk basis peperangannya di bukit Selangor, sebuah tempat yang dikelilingi lembah , benteng-benteng alam dan Gua, yang biasa dipergunakan bertapa. Tempat itu terletak 10 Km di sebelah barat daya kota Yogjakarta. Sedangkan keluarganya diungsikan ke desa Dekso.
Di lain pihak, Chevallier terus melancarkan serangan dahsyat dengan mengerahkan seluruh pasukan dan persenjataan yang dimiliki. Alhasil, Chavalier dalam waktu singkat mampu menguasai Tegalrejo. Sayangnya, Tegalrejo telah kosong melompong. Bakar…. Bakar saja rumah Diponegoro sampai habis! Seru Chavalier di tengah kemarahan dan kedongkolan hatinya karena buruannya telah kabur.
Tanpa membuang waktu lagi, tentara gabungan itu membakar rumah Diponegoro dan puluhan rumah lain di sisi kanan kirinya. Dari kejauhan, di balik bukit terjal, di atas Kuda Getayu, Pangeran Diponegoro bersama Pangeran Mangkubumi beserta seluruh anggota laskarnya menyaksikan dengan sedih pembumihangusan puluhan rumah tersebut.
Sebaliknya berita penyerangan Belanda ke Tegalrejo cepat menjalar ke seluruh pelosok Yogjakarta dan Surakarta. Sebagian besar rakyat tanpa dikomando berduyun-duyun datang ke Selangor lengkap dengan persenjataannya. Dari Surakarta, datang ulama Bayat, dan laskar-laskar yang di komandoi oleh Kyai Mojo dan Tumenggung Prawirodigdoyo. Dari kesultanan Yogjakarta, tidak kurang 74 bangsawan akhirnya menggabungkan diri dengan pasukan Diponegoro di Selangor. Diantara kerumunan Bangsawan itu, terdapat Sentot Prawirodirjo, seorang Senopati muda yang belum berusia 18 tahun, putra Raden Ronggo Prawirodirjo III. Seperti halnya sang ayah, Sentot kemudian tampil sebagai pejuang besar yang sangat di takuti pihak Belanda.
Propaganda perang melawan bangsa kafir segara dilakukan di mana-mana, di Yogjakarta, Jayanegara segera membuat surat edaran untuk seluruh rakyat Mataram. Isinya mengajak berjuang bersama Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi mengusir kaum penjajah Kafir Belanda. Di wilayah luar Yogjakarta, seperti Kedu, Banyumas dan sekitarnya, ajakan jihad fi sabilillah di sampaikan oleh Kyai Kasan Besari yang disambut rakyat dengan gegap gempita.
Sesuai dengan saran Sinuhun Paku Buwono VI, laskar-laskar Diponegoro menggunakan taktik dan strategi perang “Dhedhemitan” alias “Gebag ancat nrabas geblas”. Menyerbu secara tiba-tiba dan kemudian dengan cepat menghilang dibalik hutan-hutan, Gua, Bukit, atau kegelapan malam.
Rupanya taktik dan perang anggota laskar Diponegoro sangat menakutkan pihak Belanda. Tidak mengherankan, bila pada tahun-tahun pertama pihak Belanda kewalahan dan banyak mengalami kekalahan.
Kemenangan pertama Pangeran Diponegoro dan laskarnya didapat di desa Pisangan, perbatasan Muntilan dan Yogjakarta. Laskar Diponegoro yang dipimpin oleh Mulyo Santiko dengan gagah berani mencegah iring-iringan pasukan Belanda yang berjumlah sekitar 120 orang yang berusaha masuk ke Yogjakarta. Mereka berhasil menghancurkan seluruh pasukan Belanda itu. Uang sebesar 50.000 gulden dapat dirampas berikut alat-alat perangnya. Kemenangan pertama ini segera di ikuti oleh kemenangan-kemenangan berikutnya. Pada 6 Agustus 1825, pasukan Diponegoro yang dipimpin para panglimanya yang gagah berani berhasil menghancurkan markas Belanda di Pacitan, menyusul kemudian Purwodadi.
Kemenangan demi kemenangan tentu saja dapat mengobarkan semangat rakyat untuk bersama-sama bangkit melawan Kafir Belanda. Perangpun makin meluas sampai ke Banyumas, Pekalongan, Semarang, Rembang dan Madiun.
Kekalahan beruntun yang dialami Belanda, memaksa Gubernur Jenderal Hindia Belanda segera mengirim Letnan Jenderal Markus De Kock ke Jawa Tengah sebagai panglima angkatan perang Belanda. Jenderal De Kock mendapat kekuasaan untuk menjalankan segala tindakan dalam menangani peperangan.
Jenderal De Kock dengan licik segera menyebarkan politik pecah belah, dan mengadu domba. Ia segera menemui dan memaksa Sunan Pukubuwono VI, dan Mangkunegoro II, dan Paku Alam I agar bersedia membantu Belanda. Ia juga mengerahkan bantuan pasukan pribumi itu untuk menggempur markas pasukan Diponegoro di Selarong. Namun, beruntung gerakan pasukan gabungan ini sudah dapat di ketahui oleh mata-mata Pangeran Diponegoro. Semua laskar dan pimpinannya segera bersembunyi. Akibatnya, ketika pasukan Belanda menguasai Selarong pada malam hari, mereka hanya menemukan bukit dan Gua yang sudah kosong. Pasukan Belanda pun mundur dan kembali pulang dengan tangan hampa.
Tidak beberapa lama tentara Belanda pulang, malam itu juga Pangeran Diponegoro segera mengadakan pertemuan dengan para Senopatinya. Mereka membahas untuk segera memindahkan markasnya di Selarong. Semua sepakat. Desa Deksa yang jaraknya sekitar 23 Km dari Yogjakarta dijadikan markas baru.
Pertempuran kembali berkobar diseluruh Mataram. Hasilnya pada Januari 1826 Pangeran Diponegoro berhasil merebut dan menguasai daerah Imogiri dan Pleret, di susul daerah Lengkong, Kasuran dan Delangu.
Bagi pihak Belanda, kekalahan beruntun itu justru membuat Jenderal De Kock makin nekad. Ia mengajukan permohonan kepada pemerintah pusat Belanda untuk menambah anggaran perang. Anggaran itu rencananya untuk membuat benteng Stelsel. Tujuannya untuk mempersempit ruang gerak Pasukan Diponegoro di daerah-daerah yang di kuasai Belanda. Pelaksanaan benteng Stelsel juga dimaksudkan untuk mengadakan tekanan kepada Pangeran Diponegoro agar bersedia menghentikan peperangan.
Di wilayah Mataram kemudian muncul benteng-benteng Belanda yang kukuh, seperti di Bantul, Paluwatu, Pasargede, Jatinom, dan Delangu. Tidak kurang dari 165 buah benteng telah di dirikan Belanda untuk mempersempit ruang gerak pasukan Pangeran Diponegoro. Tekanan dari Belanda ini masih ditambah dengan adanya Bupati-bupati daerah yang memihak kepada Belanda, sehingga sangat menyulitkan komunikasi laskar Diponegoro antar daerah. Akibatnya, perlawanan itu menjadi mudah dipatahkan oleh pasukan Belanda. Pasukan Bulkiyo mulai menghadapi masa-masa sulit.
Di tengah kesulitan itu, Pangeran Diponegoro mengumpulkan para sesepuh dan Senopati membahas perkembangan dan situasi di medan perang. Pertemuan itu dilakukan di pesanggrahan Bagelan. Hasilnya mereka tetap melanjutkan perjuangan sampai kemerdekaan bumi tanah Jawa tercapai. Akibatnya, tidak sedikit laskar Pengeran Diponegoro yang gugur. Pangeran Kusumowijoyo yang mengobarkan pertempuran di Keraton Surakarta, akhirnya gugur di Lembah Kali Serang. Ia kemudian dikenal dengan nama Pangeran Serang, dan istrinya Raden Ajeng Kusriyah juga gugur di Dekso, Kulon Progo. Tidak berapa lama kemudian, gugur pula Tumenggung Prawirodigdoyo dari Gagatan. Ia gugur di medan tempur Klengkong saat memimpin 100 prajuritnya melawan tentara Belanda yang jumlahnya berlipat-lipat dengan dukungan meriam dan senjata laras panjang.
Belum lagi hilang rasa duka, kabar yang mengejutkan menyusul, Gusti Pangeran Notodiningrat bersama istri dan ibundanya dan tidak kurang dari 200 pengikutnya menyerah kepada Belanda di Yogjakarta. Dengan keberhasilan Belanda mempengaruhi Pangeran Notodiningrat Jenderal De Kock semakin gila mendekati pemimpin-pemimpin laskar Pangeran Diponegoro. Ia menjanjikan kedudukan dan hadiah-hadiah berlimpah bila mau menyerah dan mendukung Belanda. Satu bulan kemudian, Belanda kembali berhasil membujuk salah seorang panglima laskar Diponegoro, yaitu Pangeran Arya Papak dan Tumenggung Ario Sosrodilogo.
Kiai Mojo yang menjadi tulang punggung kekuatan pasukan perang Pangeran Diponegoro, akhirnya juga menyerah kepada pasukan Belanda. Menyerahnya Kiai Mojo merupakan pukulan berat bagi Pangeran Diponegoro dan laskar-laskarnya. Tetapi Pangeran Diponegoro bertekad untuk tidak menyerah dan tetap mengobarkan perlawanan.
Pada 20 Desember 1828, Laskar Pangeran Diponegoro segera melancarkan serangan dahsyat terhadap markas Belanda di Nanggulan. Dalam pertempuran itu Kapten Van Inge tewas, sedang dari pihak pasukan Diponegoro kehilangan Senopatinya yang gagah berani, Pangeran Prangwedono.
Berita hancurnya benteng Nanggulan, membuat jenderal De Kock semakin ketakutan, sebab ia selalu melihat sosok Senopati Sentot sebagai momok yang sangat berbahaya. Karena jenderal De Kock terus berupaya membujuk Sentot dengan berbagai cara agar mau menyerah. Tapi, Senopati muda itu tetap menolaknya. Belum berhasil membujuk Sentot, ia berhasil memperalat dan menekan Pangeran Ario Prawirodiningrat, Bupati Madiun, untuk menyerah. Sebabnya, jika tidak mau menyerah taruhannya adalah nyawa sepupunya.
Setelah Pangeran Ario Prawirodiningrat menyerah, menyusul Sentot Prawirodirjo dan Pangeran Mangkubumi. Menyerahnya dua Pangeran yang gagah berani ini membuat Pangeran Diponegoro kembali terpukul telak dan membawa beban moral, tidak hanya dalam dirinya, tetapi juga kepada seluruh prajurit Bulkiyo. Belum lagi batin Pangeran Diponegoro sembuh di akhir tahun 1829, satu persatu Senopati daerah menyusul jejak Senopati Sentot dan Pangeran Mangkubumi, antara lain, Pangeran Ario Suriokusumo, Kerto Pengalasan, pahlawan medan tempur Pleret, dan Pangeran Joyosudirjo
Rupanyan Pangeran Diponegoro tak bergeming, meski hatinya tertekan, ia tetap melanjutkan perjuangannya dan tetap menaruh kepercayaan atas kesetiaan rakyat Bagelan, Banyumas, dan Kedu. Usaha Jenderal De Kock untuk mempercepat peperangan rupanya tidak berhasil. Meski jauh sebelumnya Jenderal ini sudah menjanjikan 20.000 ringgit kepada siapa saja yang sanggup menangkap hidup atau mati Pangeran Diponegoro. Segenap rakyat dan laskar-laskar Pangeran Diponegoro tidak mau mengkhianati pemimpin yang agung ini.
Tapi, Jenderal De Kock tidak putus asa, melalui Kolonel Cleerrens, akhirnya bisa membujuk putra Pangeran Diponegoro, yaitu Pangeran Dipokusumu, untuk menyerah. Penyerahan putra kesayangannya itu benar-benar membuat Pangeran Diponegoro terluka. Maka pada bulan Februari 1830, ketika Kolonel Cleerens menawarkan jalan perundingan, terpaksa Pangeran Diponegoro menerimanya dengan berat hati. Dua musuh bebuyutan inipun bertemu di Remo Kamal, Bagelan, Purworejo, pada tanggal 16 Februari 1830. Cleerens kemudian mengusulkan agar kanjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di kaki bukit Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal markus De Kock dari Batavia.
Dengan janji tidak dikhianati, Pangeran Diponegoro bersedia mengadakan perundingan. Pada bulan Maret 1830, ia dengan pasukannya tiba di tempat perundingan, dirumah Residen Magelang. Bersama Kolonel Cleerens, Pangeran Diponegoro menuju ruang kerja Jenderal De Kock. Beberapa putra Diponegoro dan perwira Belanda ikut menyaksikan jalannya perundingan tingkat tinggi tersebut.
Sekitar dua jam sudah perundingan berlangsung, tapi belum membuahkan hasil. Berkali-kali Jenderal De Kock mencoba membujuk agara Pangeran Diponegoro mengurangi tuntutannya. Tapi Pangeran Diponegoro tetap teguh pada pendiriannya. Mendirikan sebuah Negara merdeka yang bersendikan agama Islam. Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, apabila perundingan menemui jalan buntu, Pangeran Diponegoro boleh meninggalkan ruangan itu dengan bebas. Tapi kenyataannya, Jenderal De Kock curang, “Tangkap tangkap Diponegoro dan semua pengikutnya”, teriak De Kock kepada pasukannya sambil menodongkan pistol kearah Pangeran Diponegoro. Sejurus kemudian, Pangeran Diponegoro beserta para pengikutnya ditangkap dan dijebloskan dalam sebuah penjara yang amat pengap. Hari- hari terakhir pangeran Diponegoro dihabiskan di dalam penjara.
(http://kisahislami.com/pangeran-diponegoro-singa-jawa-dari-keraton-yogjakarta/) (Ilmu Warisan Leluhur)
Tegalrejo 29 Juli 1825. Wilayah di bawah pimpinan Chevallier pasukan gabungan Belanda dan orang-orang patih Darurejo IV menyerbu laskar-laskar Diponegoro dan Mangkubumi di Tegalrejo, sebuah desa kecil yang terletak di barat laut Keraton Yogjakarta. Dentuman meriam dan bunyi letupan senapan membahana di seluruh penjuru desa.
Menghadapi serangan itu, kedua Pangeran bersama laskarnya segera menyingkir ke tempat yang lebih aman. Mereka menyadari, perang di medan yang amat sempit tidak menguntungkannya. Pangeran Diponegoro akhirnya memilih tempat yang lebih strategis untuk basis peperangannya di bukit Selangor, sebuah tempat yang dikelilingi lembah , benteng-benteng alam dan Gua, yang biasa dipergunakan bertapa. Tempat itu terletak 10 Km di sebelah barat daya kota Yogjakarta. Sedangkan keluarganya diungsikan ke desa Dekso.
Di lain pihak, Chevallier terus melancarkan serangan dahsyat dengan mengerahkan seluruh pasukan dan persenjataan yang dimiliki. Alhasil, Chavalier dalam waktu singkat mampu menguasai Tegalrejo. Sayangnya, Tegalrejo telah kosong melompong. Bakar…. Bakar saja rumah Diponegoro sampai habis! Seru Chavalier di tengah kemarahan dan kedongkolan hatinya karena buruannya telah kabur.
Tanpa membuang waktu lagi, tentara gabungan itu membakar rumah Diponegoro dan puluhan rumah lain di sisi kanan kirinya. Dari kejauhan, di balik bukit terjal, di atas Kuda Getayu, Pangeran Diponegoro bersama Pangeran Mangkubumi beserta seluruh anggota laskarnya menyaksikan dengan sedih pembumihangusan puluhan rumah tersebut.
Sebaliknya berita penyerangan Belanda ke Tegalrejo cepat menjalar ke seluruh pelosok Yogjakarta dan Surakarta. Sebagian besar rakyat tanpa dikomando berduyun-duyun datang ke Selangor lengkap dengan persenjataannya. Dari Surakarta, datang ulama Bayat, dan laskar-laskar yang di komandoi oleh Kyai Mojo dan Tumenggung Prawirodigdoyo. Dari kesultanan Yogjakarta, tidak kurang 74 bangsawan akhirnya menggabungkan diri dengan pasukan Diponegoro di Selangor. Diantara kerumunan Bangsawan itu, terdapat Sentot Prawirodirjo, seorang Senopati muda yang belum berusia 18 tahun, putra Raden Ronggo Prawirodirjo III. Seperti halnya sang ayah, Sentot kemudian tampil sebagai pejuang besar yang sangat di takuti pihak Belanda.
Propaganda perang melawan bangsa kafir segara dilakukan di mana-mana, di Yogjakarta, Jayanegara segera membuat surat edaran untuk seluruh rakyat Mataram. Isinya mengajak berjuang bersama Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi mengusir kaum penjajah Kafir Belanda. Di wilayah luar Yogjakarta, seperti Kedu, Banyumas dan sekitarnya, ajakan jihad fi sabilillah di sampaikan oleh Kyai Kasan Besari yang disambut rakyat dengan gegap gempita.
Sesuai dengan saran Sinuhun Paku Buwono VI, laskar-laskar Diponegoro menggunakan taktik dan strategi perang “Dhedhemitan” alias “Gebag ancat nrabas geblas”. Menyerbu secara tiba-tiba dan kemudian dengan cepat menghilang dibalik hutan-hutan, Gua, Bukit, atau kegelapan malam.
Rupanya taktik dan perang anggota laskar Diponegoro sangat menakutkan pihak Belanda. Tidak mengherankan, bila pada tahun-tahun pertama pihak Belanda kewalahan dan banyak mengalami kekalahan.
Kemenangan pertama Pangeran Diponegoro dan laskarnya didapat di desa Pisangan, perbatasan Muntilan dan Yogjakarta. Laskar Diponegoro yang dipimpin oleh Mulyo Santiko dengan gagah berani mencegah iring-iringan pasukan Belanda yang berjumlah sekitar 120 orang yang berusaha masuk ke Yogjakarta. Mereka berhasil menghancurkan seluruh pasukan Belanda itu. Uang sebesar 50.000 gulden dapat dirampas berikut alat-alat perangnya. Kemenangan pertama ini segera di ikuti oleh kemenangan-kemenangan berikutnya. Pada 6 Agustus 1825, pasukan Diponegoro yang dipimpin para panglimanya yang gagah berani berhasil menghancurkan markas Belanda di Pacitan, menyusul kemudian Purwodadi.
Kemenangan demi kemenangan tentu saja dapat mengobarkan semangat rakyat untuk bersama-sama bangkit melawan Kafir Belanda. Perangpun makin meluas sampai ke Banyumas, Pekalongan, Semarang, Rembang dan Madiun.
Kekalahan beruntun yang dialami Belanda, memaksa Gubernur Jenderal Hindia Belanda segera mengirim Letnan Jenderal Markus De Kock ke Jawa Tengah sebagai panglima angkatan perang Belanda. Jenderal De Kock mendapat kekuasaan untuk menjalankan segala tindakan dalam menangani peperangan.
Jenderal De Kock dengan licik segera menyebarkan politik pecah belah, dan mengadu domba. Ia segera menemui dan memaksa Sunan Pukubuwono VI, dan Mangkunegoro II, dan Paku Alam I agar bersedia membantu Belanda. Ia juga mengerahkan bantuan pasukan pribumi itu untuk menggempur markas pasukan Diponegoro di Selarong. Namun, beruntung gerakan pasukan gabungan ini sudah dapat di ketahui oleh mata-mata Pangeran Diponegoro. Semua laskar dan pimpinannya segera bersembunyi. Akibatnya, ketika pasukan Belanda menguasai Selarong pada malam hari, mereka hanya menemukan bukit dan Gua yang sudah kosong. Pasukan Belanda pun mundur dan kembali pulang dengan tangan hampa.
Tidak beberapa lama tentara Belanda pulang, malam itu juga Pangeran Diponegoro segera mengadakan pertemuan dengan para Senopatinya. Mereka membahas untuk segera memindahkan markasnya di Selarong. Semua sepakat. Desa Deksa yang jaraknya sekitar 23 Km dari Yogjakarta dijadikan markas baru.
Pertempuran kembali berkobar diseluruh Mataram. Hasilnya pada Januari 1826 Pangeran Diponegoro berhasil merebut dan menguasai daerah Imogiri dan Pleret, di susul daerah Lengkong, Kasuran dan Delangu.
Bagi pihak Belanda, kekalahan beruntun itu justru membuat Jenderal De Kock makin nekad. Ia mengajukan permohonan kepada pemerintah pusat Belanda untuk menambah anggaran perang. Anggaran itu rencananya untuk membuat benteng Stelsel. Tujuannya untuk mempersempit ruang gerak Pasukan Diponegoro di daerah-daerah yang di kuasai Belanda. Pelaksanaan benteng Stelsel juga dimaksudkan untuk mengadakan tekanan kepada Pangeran Diponegoro agar bersedia menghentikan peperangan.
Di wilayah Mataram kemudian muncul benteng-benteng Belanda yang kukuh, seperti di Bantul, Paluwatu, Pasargede, Jatinom, dan Delangu. Tidak kurang dari 165 buah benteng telah di dirikan Belanda untuk mempersempit ruang gerak pasukan Pangeran Diponegoro. Tekanan dari Belanda ini masih ditambah dengan adanya Bupati-bupati daerah yang memihak kepada Belanda, sehingga sangat menyulitkan komunikasi laskar Diponegoro antar daerah. Akibatnya, perlawanan itu menjadi mudah dipatahkan oleh pasukan Belanda. Pasukan Bulkiyo mulai menghadapi masa-masa sulit.
Di tengah kesulitan itu, Pangeran Diponegoro mengumpulkan para sesepuh dan Senopati membahas perkembangan dan situasi di medan perang. Pertemuan itu dilakukan di pesanggrahan Bagelan. Hasilnya mereka tetap melanjutkan perjuangan sampai kemerdekaan bumi tanah Jawa tercapai. Akibatnya, tidak sedikit laskar Pengeran Diponegoro yang gugur. Pangeran Kusumowijoyo yang mengobarkan pertempuran di Keraton Surakarta, akhirnya gugur di Lembah Kali Serang. Ia kemudian dikenal dengan nama Pangeran Serang, dan istrinya Raden Ajeng Kusriyah juga gugur di Dekso, Kulon Progo. Tidak berapa lama kemudian, gugur pula Tumenggung Prawirodigdoyo dari Gagatan. Ia gugur di medan tempur Klengkong saat memimpin 100 prajuritnya melawan tentara Belanda yang jumlahnya berlipat-lipat dengan dukungan meriam dan senjata laras panjang.
Belum lagi hilang rasa duka, kabar yang mengejutkan menyusul, Gusti Pangeran Notodiningrat bersama istri dan ibundanya dan tidak kurang dari 200 pengikutnya menyerah kepada Belanda di Yogjakarta. Dengan keberhasilan Belanda mempengaruhi Pangeran Notodiningrat Jenderal De Kock semakin gila mendekati pemimpin-pemimpin laskar Pangeran Diponegoro. Ia menjanjikan kedudukan dan hadiah-hadiah berlimpah bila mau menyerah dan mendukung Belanda. Satu bulan kemudian, Belanda kembali berhasil membujuk salah seorang panglima laskar Diponegoro, yaitu Pangeran Arya Papak dan Tumenggung Ario Sosrodilogo.
Kiai Mojo yang menjadi tulang punggung kekuatan pasukan perang Pangeran Diponegoro, akhirnya juga menyerah kepada pasukan Belanda. Menyerahnya Kiai Mojo merupakan pukulan berat bagi Pangeran Diponegoro dan laskar-laskarnya. Tetapi Pangeran Diponegoro bertekad untuk tidak menyerah dan tetap mengobarkan perlawanan.
Pada 20 Desember 1828, Laskar Pangeran Diponegoro segera melancarkan serangan dahsyat terhadap markas Belanda di Nanggulan. Dalam pertempuran itu Kapten Van Inge tewas, sedang dari pihak pasukan Diponegoro kehilangan Senopatinya yang gagah berani, Pangeran Prangwedono.
Berita hancurnya benteng Nanggulan, membuat jenderal De Kock semakin ketakutan, sebab ia selalu melihat sosok Senopati Sentot sebagai momok yang sangat berbahaya. Karena jenderal De Kock terus berupaya membujuk Sentot dengan berbagai cara agar mau menyerah. Tapi, Senopati muda itu tetap menolaknya. Belum berhasil membujuk Sentot, ia berhasil memperalat dan menekan Pangeran Ario Prawirodiningrat, Bupati Madiun, untuk menyerah. Sebabnya, jika tidak mau menyerah taruhannya adalah nyawa sepupunya.
Setelah Pangeran Ario Prawirodiningrat menyerah, menyusul Sentot Prawirodirjo dan Pangeran Mangkubumi. Menyerahnya dua Pangeran yang gagah berani ini membuat Pangeran Diponegoro kembali terpukul telak dan membawa beban moral, tidak hanya dalam dirinya, tetapi juga kepada seluruh prajurit Bulkiyo. Belum lagi batin Pangeran Diponegoro sembuh di akhir tahun 1829, satu persatu Senopati daerah menyusul jejak Senopati Sentot dan Pangeran Mangkubumi, antara lain, Pangeran Ario Suriokusumo, Kerto Pengalasan, pahlawan medan tempur Pleret, dan Pangeran Joyosudirjo
Rupanyan Pangeran Diponegoro tak bergeming, meski hatinya tertekan, ia tetap melanjutkan perjuangannya dan tetap menaruh kepercayaan atas kesetiaan rakyat Bagelan, Banyumas, dan Kedu. Usaha Jenderal De Kock untuk mempercepat peperangan rupanya tidak berhasil. Meski jauh sebelumnya Jenderal ini sudah menjanjikan 20.000 ringgit kepada siapa saja yang sanggup menangkap hidup atau mati Pangeran Diponegoro. Segenap rakyat dan laskar-laskar Pangeran Diponegoro tidak mau mengkhianati pemimpin yang agung ini.
Tapi, Jenderal De Kock tidak putus asa, melalui Kolonel Cleerrens, akhirnya bisa membujuk putra Pangeran Diponegoro, yaitu Pangeran Dipokusumu, untuk menyerah. Penyerahan putra kesayangannya itu benar-benar membuat Pangeran Diponegoro terluka. Maka pada bulan Februari 1830, ketika Kolonel Cleerens menawarkan jalan perundingan, terpaksa Pangeran Diponegoro menerimanya dengan berat hati. Dua musuh bebuyutan inipun bertemu di Remo Kamal, Bagelan, Purworejo, pada tanggal 16 Februari 1830. Cleerens kemudian mengusulkan agar kanjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di kaki bukit Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal markus De Kock dari Batavia.
Dengan janji tidak dikhianati, Pangeran Diponegoro bersedia mengadakan perundingan. Pada bulan Maret 1830, ia dengan pasukannya tiba di tempat perundingan, dirumah Residen Magelang. Bersama Kolonel Cleerens, Pangeran Diponegoro menuju ruang kerja Jenderal De Kock. Beberapa putra Diponegoro dan perwira Belanda ikut menyaksikan jalannya perundingan tingkat tinggi tersebut.
Sekitar dua jam sudah perundingan berlangsung, tapi belum membuahkan hasil. Berkali-kali Jenderal De Kock mencoba membujuk agara Pangeran Diponegoro mengurangi tuntutannya. Tapi Pangeran Diponegoro tetap teguh pada pendiriannya. Mendirikan sebuah Negara merdeka yang bersendikan agama Islam. Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, apabila perundingan menemui jalan buntu, Pangeran Diponegoro boleh meninggalkan ruangan itu dengan bebas. Tapi kenyataannya, Jenderal De Kock curang, “Tangkap tangkap Diponegoro dan semua pengikutnya”, teriak De Kock kepada pasukannya sambil menodongkan pistol kearah Pangeran Diponegoro. Sejurus kemudian, Pangeran Diponegoro beserta para pengikutnya ditangkap dan dijebloskan dalam sebuah penjara yang amat pengap. Hari- hari terakhir pangeran Diponegoro dihabiskan di dalam penjara.
(http://kisahislami.com/pangeran-diponegoro-singa-jawa-dari-keraton-yogjakarta/) (Ilmu Warisan Leluhur)
Terkuaknya ke-wali-an Kyai Hamid Pasuruan dan Kisah salam Kyai Hamid kepada ‘wali gila’ di pasar kendal
Suatu ketika seorang habaib dari Kota Malang, ketika masih muda, yaitu
Habib Baqir Mauladdawilah (sekarang beliau masih hidup), di ijazahi
sebuah doa oleh Al Ustadzul Imam Al Habr Al Quthb Al Habib Abdulqadir
bin Ahmad Bilfaqih (Pendiri Pesantren Darul Hadist Malang).
Habib Abdulqadir Blf berpesan kepada Habib Baqir untuk membaca doa tersebut ketika akan menemui seseorang agar tahu sejatinya orang tersebut siapa,orang atau bukan.
Suatu saat Datanglah Habib Baqir menemui seorang Wali min Auliya illah di daerah Pasuruan, Jawa Timur, yang masyhur dengan nama Mbah Hamid Pasuruan.
Ketika itu di tempat Mbah Hamid banyak sekali orang yang soan kepada baliau, meminta doa atau keperluan yang lain,Setelah membaca doa tersebut kaget Habib Baqir, ternyata orang yang terlihat seperti Mbah Hamid sejatinya bukan Mbah Hamid, Beliau mengatakan, “Ini bukan Mbah Hamid, khodam ini, Mbah Hamid tidak ada disini” kemudian Habib Baqir mencari dimanakah sebetulnya Mbah Hamid,Setelah bertemu dengan Mbah Hamid yang asli, Habib Baqir bertanya kepada beliau, “Kyai, Kyai jangan begitu, jawab Mbah Hamid: “ada apa Bib..??” kembali Habib Baqir melanjutkan, “kasihan orang-orang yang meminta doa, itu doa bukan dari panjenengan, yang mendoakan itu khodam, Panjenengan di mana waktu itu?” Mbah Hamid tidak menjawab, hanya diam.
Namun Mbah Hamid pernah menceritakan masalah ini kepada Seorang Habib sepuh (maaf, nama habib ini dirahasiakan),Habib sepuh tersebut juga pernah bertanya kepada beliau,
“Kyai Hamid, waktu banyak orang-orang meminta doa kepada njenengan, yang memberikan doa bukan njenengan, njenengan di mana? Kok tidak ada..?” jawab Mbah Hamid, “hehehee.. kesana sebentar”Habib sepuh tsb semakin penasaran, “Kesana ke mana Kyai??”
Jawab Mbah Hamid, “Kalau njenengan pengen tahu, datanglah ke sini lagi”
Singkat cerita, habib sepuh tsb kembali menemui Mbah Hamid, ingin tahu di mana
“tempat persembunyian” beliau,setelah bertemu, bertanyalah Habib sepuh tadi, “Di mana Kyai..?”
Mbah Hamid tidak menjawab, hanya langsung memegang Habib sepuh tadi, seketika itu, kagetlah Habib sepuh, melihat suasana di sekitar mereka berubah menjadi bangunan Masjid yang sangat megah, “di mana ini Kyai..?” Tanya Habib Sepuh, “Monggoh njenengan pirsoni piyambek niki teng pundi..?” jawab Mbah Hamid. Subhanalloh..!!!
Ternyata Habib Sepuh tadi di bawa oleh Mbah Hamid mendatangi Masjidil Harom.
Habib sepuh kembali bertanya kepada Kyai Hamid, “Kenapa njenengan memakai doa??” Mbah Hamid kemudian menceritakan,“Saya sudah terlanjur terkenal, saya tidak ingin terkenal, tidak ingin muncul, hanya ingin asyik sendirian dengan Allah, saya sudah berusaha bersembunyi, bersembunyi di mana saja, tapi orang-orang selalu ramai datang kepadaku,Kemudian saya ikhtiar menggunakan doa ini, itu yang saya taruh di sana bukanlah khodam dari jin, melainkan Malakul Ardli, Malaikat yang ada di bumi, berkat doa ini, Allah Ta’ala menyerupakan malaikatnya, dengan rupaku”.
Habib sepuh yang menyaksikan secara langsung peristiwa tersebut, sampai meninggalnya merahasiakan apa yang pernah dialaminya bersama Mbah Hamid, hanya sedikit yang di ceritakan kepada keluarganyaLain waktu, ada tamu dari Kendal soan kepada Mbah Hamid, singkat cerita, Mbah Hamid menitipkan salam untuk si fulan bin fulan yang kesehariannya berada di Pasar Kendal, menitipkan salam untuk seorang yang dianggap gila oleh masyarakat Kendal.
Fulan bin fulan kesehariannya berada di sekitar pasar dengan pakaian dan tingkah laku persis seperti orang gila, namun tidak pernah mengganggu orang-orang di sekitarnya,
Tamu tersebut bingung kenapa Mbah Hamid sampai menitip salam untuk orang yang di anggap gila oleh dirinya,Tamu tsb bertanya, “Bukankah orang tersebut adalah orang gila Kyai..??” kemudian Mbah Hamid menjawab, “Beliau adalah Wali Besar yang njaga Kendal, Rohmat Allah turun, Bencana di tangkis, itu berkat beliau, sampaikan salamku”
Kemudian setelah si tamu pulang ke Kendal, menunggu keadaan pasar sepi,dihampirinyalah “orang gila” yang ternyata Shohibul Wilayah Kendal,
“Assalamu’alaikum…” sapa si tamu,Wali tsb memandang dengan tampang menakutkan layaknya orang gila sungguhan, kemudian keluarlah seuntai kata dari bibirnya dengan nada sangar,“Wa’alaikumussalam.. ada apa..!!!”
Dengan badan agak gemetar, si tamu memberanikan diri,
berkatalah ia, “Panjenengan dapat salam dari Kyai Hamid Pasuruan, Assalamu’alaikum……”
Tak beberapa lama, wali tersebut berkata,“Wa’alaikum salam” dan berteriak dengan nada keras,“Kurang ajar si Hamid, aku berusaha bersembunyi dari manusia, agar tidak diketahui manusia, kok malah dibocor-bocorkan” “Ya Allah, aku tidak sanggup, kini telah ada yang tahu siapa aku, aku mau pulang saja, gak sanggup aku hidup di dunia”
Kemudian wali tsb membaca sebuah doa, dan bibirnya mengucap, “LAA ILAAHA ILLALLOH… MUHAMMADUR ROSULULLOH” Seketika itu langsung meninggallah sang Wali di hadapan orang yang di utus Mbah Hamid agar menyampaikan salam, hanya si tamulah yang meyakini bahwa orang yang di cap sebagai orang gila oleh masyarakat Kendal itu adalah Wali Besar, tak satupun masyarakat yang meyakini bahwa orang yang meninggal di pasar adalah seorang Wali.
Malah si tamu juga dicap sebagai orang gila karena meyakini si fulan bin fulan sebagai Wali.
Subhanalloh.. begitulah para Wali-Walinya Allah,saking inginnya ber-asyik-asyikan hanya dengan Allah sampai berusaha bersembunyi dari keduniawian, tak ingin ibadahnya di ganggu oleh orang-orang ahli dunia.
Bersembunyinya mereka memakai cara mereka masing-masing, oleh karena itu janganlah kita su’udzon terhadap orang-orang di sekitar kita, jangan-jangan dia adalah seorang Wali yang “bersembunyi”.
Cerita Mbah Hamid yang saya coba tulis hanyalah sedikit dari kisah perjalanan Beliau, semoga kita, keluarga kita, tetangga kita dan orang-orang yang kita kenal senantiasa mendapat keberkahan sebab rasa cinta kita kepada wali-walinya Allah,
Jadi ingat nasihat Maha Guru kami, Al Quthb Habib Abdulqadir bin ahmad Bilfaqih,
“Jadikanlah dirimu mendapat tempat di hati seorang Auliya”
Semoga nama kita tertanam di hati para kekasih Allah, sehingga kita selalu mendapat nadhroh dari guru-guru kita, dibimbing ruh kita sampai terakhir kita menghirup udara dunia ini, Amin…….. !!!!
Sumber: Syaikhina wa Murobbi Arwakhina KH. Achmad Sa’idi bin KH. Sa’id
(Pengasuh Ponpes Attauhidiyyah Tegal)(http://wwwahamid.blogspot.com/2011/04/terkuaknya-ke-wali-kyai-hamid-pasuruan.html) (Ilmu Warisan Leluhur)
Habib Abdulqadir Blf berpesan kepada Habib Baqir untuk membaca doa tersebut ketika akan menemui seseorang agar tahu sejatinya orang tersebut siapa,orang atau bukan.
Suatu saat Datanglah Habib Baqir menemui seorang Wali min Auliya illah di daerah Pasuruan, Jawa Timur, yang masyhur dengan nama Mbah Hamid Pasuruan.
Ketika itu di tempat Mbah Hamid banyak sekali orang yang soan kepada baliau, meminta doa atau keperluan yang lain,Setelah membaca doa tersebut kaget Habib Baqir, ternyata orang yang terlihat seperti Mbah Hamid sejatinya bukan Mbah Hamid, Beliau mengatakan, “Ini bukan Mbah Hamid, khodam ini, Mbah Hamid tidak ada disini” kemudian Habib Baqir mencari dimanakah sebetulnya Mbah Hamid,Setelah bertemu dengan Mbah Hamid yang asli, Habib Baqir bertanya kepada beliau, “Kyai, Kyai jangan begitu, jawab Mbah Hamid: “ada apa Bib..??” kembali Habib Baqir melanjutkan, “kasihan orang-orang yang meminta doa, itu doa bukan dari panjenengan, yang mendoakan itu khodam, Panjenengan di mana waktu itu?” Mbah Hamid tidak menjawab, hanya diam.
Namun Mbah Hamid pernah menceritakan masalah ini kepada Seorang Habib sepuh (maaf, nama habib ini dirahasiakan),Habib sepuh tersebut juga pernah bertanya kepada beliau,
“Kyai Hamid, waktu banyak orang-orang meminta doa kepada njenengan, yang memberikan doa bukan njenengan, njenengan di mana? Kok tidak ada..?” jawab Mbah Hamid, “hehehee.. kesana sebentar”Habib sepuh tsb semakin penasaran, “Kesana ke mana Kyai??”
Jawab Mbah Hamid, “Kalau njenengan pengen tahu, datanglah ke sini lagi”
Singkat cerita, habib sepuh tsb kembali menemui Mbah Hamid, ingin tahu di mana
“tempat persembunyian” beliau,setelah bertemu, bertanyalah Habib sepuh tadi, “Di mana Kyai..?”
Mbah Hamid tidak menjawab, hanya langsung memegang Habib sepuh tadi, seketika itu, kagetlah Habib sepuh, melihat suasana di sekitar mereka berubah menjadi bangunan Masjid yang sangat megah, “di mana ini Kyai..?” Tanya Habib Sepuh, “Monggoh njenengan pirsoni piyambek niki teng pundi..?” jawab Mbah Hamid. Subhanalloh..!!!
Ternyata Habib Sepuh tadi di bawa oleh Mbah Hamid mendatangi Masjidil Harom.
Habib sepuh kembali bertanya kepada Kyai Hamid, “Kenapa njenengan memakai doa??” Mbah Hamid kemudian menceritakan,“Saya sudah terlanjur terkenal, saya tidak ingin terkenal, tidak ingin muncul, hanya ingin asyik sendirian dengan Allah, saya sudah berusaha bersembunyi, bersembunyi di mana saja, tapi orang-orang selalu ramai datang kepadaku,Kemudian saya ikhtiar menggunakan doa ini, itu yang saya taruh di sana bukanlah khodam dari jin, melainkan Malakul Ardli, Malaikat yang ada di bumi, berkat doa ini, Allah Ta’ala menyerupakan malaikatnya, dengan rupaku”.
Habib sepuh yang menyaksikan secara langsung peristiwa tersebut, sampai meninggalnya merahasiakan apa yang pernah dialaminya bersama Mbah Hamid, hanya sedikit yang di ceritakan kepada keluarganyaLain waktu, ada tamu dari Kendal soan kepada Mbah Hamid, singkat cerita, Mbah Hamid menitipkan salam untuk si fulan bin fulan yang kesehariannya berada di Pasar Kendal, menitipkan salam untuk seorang yang dianggap gila oleh masyarakat Kendal.
Fulan bin fulan kesehariannya berada di sekitar pasar dengan pakaian dan tingkah laku persis seperti orang gila, namun tidak pernah mengganggu orang-orang di sekitarnya,
Tamu tersebut bingung kenapa Mbah Hamid sampai menitip salam untuk orang yang di anggap gila oleh dirinya,Tamu tsb bertanya, “Bukankah orang tersebut adalah orang gila Kyai..??” kemudian Mbah Hamid menjawab, “Beliau adalah Wali Besar yang njaga Kendal, Rohmat Allah turun, Bencana di tangkis, itu berkat beliau, sampaikan salamku”
Kemudian setelah si tamu pulang ke Kendal, menunggu keadaan pasar sepi,dihampirinyalah “orang gila” yang ternyata Shohibul Wilayah Kendal,
“Assalamu’alaikum…” sapa si tamu,Wali tsb memandang dengan tampang menakutkan layaknya orang gila sungguhan, kemudian keluarlah seuntai kata dari bibirnya dengan nada sangar,“Wa’alaikumussalam.. ada apa..!!!”
Dengan badan agak gemetar, si tamu memberanikan diri,
berkatalah ia, “Panjenengan dapat salam dari Kyai Hamid Pasuruan, Assalamu’alaikum……”
Tak beberapa lama, wali tersebut berkata,“Wa’alaikum salam” dan berteriak dengan nada keras,“Kurang ajar si Hamid, aku berusaha bersembunyi dari manusia, agar tidak diketahui manusia, kok malah dibocor-bocorkan” “Ya Allah, aku tidak sanggup, kini telah ada yang tahu siapa aku, aku mau pulang saja, gak sanggup aku hidup di dunia”
Kemudian wali tsb membaca sebuah doa, dan bibirnya mengucap, “LAA ILAAHA ILLALLOH… MUHAMMADUR ROSULULLOH” Seketika itu langsung meninggallah sang Wali di hadapan orang yang di utus Mbah Hamid agar menyampaikan salam, hanya si tamulah yang meyakini bahwa orang yang di cap sebagai orang gila oleh masyarakat Kendal itu adalah Wali Besar, tak satupun masyarakat yang meyakini bahwa orang yang meninggal di pasar adalah seorang Wali.
Malah si tamu juga dicap sebagai orang gila karena meyakini si fulan bin fulan sebagai Wali.
Subhanalloh.. begitulah para Wali-Walinya Allah,saking inginnya ber-asyik-asyikan hanya dengan Allah sampai berusaha bersembunyi dari keduniawian, tak ingin ibadahnya di ganggu oleh orang-orang ahli dunia.
Bersembunyinya mereka memakai cara mereka masing-masing, oleh karena itu janganlah kita su’udzon terhadap orang-orang di sekitar kita, jangan-jangan dia adalah seorang Wali yang “bersembunyi”.
Cerita Mbah Hamid yang saya coba tulis hanyalah sedikit dari kisah perjalanan Beliau, semoga kita, keluarga kita, tetangga kita dan orang-orang yang kita kenal senantiasa mendapat keberkahan sebab rasa cinta kita kepada wali-walinya Allah,
Jadi ingat nasihat Maha Guru kami, Al Quthb Habib Abdulqadir bin ahmad Bilfaqih,
“Jadikanlah dirimu mendapat tempat di hati seorang Auliya”
Semoga nama kita tertanam di hati para kekasih Allah, sehingga kita selalu mendapat nadhroh dari guru-guru kita, dibimbing ruh kita sampai terakhir kita menghirup udara dunia ini, Amin…….. !!!!
Sumber: Syaikhina wa Murobbi Arwakhina KH. Achmad Sa’idi bin KH. Sa’id
(Pengasuh Ponpes Attauhidiyyah Tegal)(http://wwwahamid.blogspot.com/2011/04/terkuaknya-ke-wali-kyai-hamid-pasuruan.html) (Ilmu Warisan Leluhur)
Tradisi Unik di Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon
Di Masjid sang Cipta Rasa Cirebon
yang di bangun oleh wali Allah pada tahun 1480 M ini setiap sholat
Jum'at ada yang berbeda dengan masjid-masjid kebanyakan. Setidaknya
Portal Cirebon mencatat ada tiga perbedaan yang cukup mencolok dan unik
dalam setiap diadakannya sholat Jum'at di masjid ini yang Portal Cirebon
tak menemuinya di masjid lain, dan mungkin inilah yang membuat sebagian
jemaah selalu kembali dan kembali lagi ke masjid ini setiap mau
melaksanakan sholat Jum'at tak peduli seberapa pun jauhnya jarak masjid
ini dari tempat tinggal mereka.
Apa saja perbedaan-perbedaan dari masjid ini yang tidak akan di temui di masjid lain di Nusantara, inilah rincian singkatnya...
Ada jemaah perempuan yang ikut sholat Jum'at
Pada setiap sholat Jum'at yang kebetulan jatuh pada hari pasaran kliwon, banyak jemaah perempuan yang ikut sholat Jum'at di Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon ini dengan satu keyakinan bahwa bila mereka ikut sholat Jum'at yang jatuh tepat pada hari Jum'at Kliwon maka yang bersangkutan akan memperoleh berkah. Atas dasar keyakinan itulah, pada Jum'at Kliwon banyak jemaah perempuan yang datang tidak hanya dari daerah Cirebon tapi juga banyak yang datang dari luar kota untuk ikut bersholat Jum'at di Masjid ini.
Azan Pitu
Berbeda dengan masjid lain yang biasanya hanya menampilkan satu Muadzin, maka di Masjid Sang Cipta Rasa ini setiap sholat Jum'at selalu menampilkan 7 muadzin sekaligus (azan pitu) hingga terdengar seperti koor. Azan pitu ini sendiri menurut legenda yang beredar di masyarakat Cirebon berawal saat Mesjid Sang Cipta Rasa yang masih beratapkan rumbia terbakar hebat. Berbagai upaya dilakukan untuk memadamkan api, namun selalu gagal. Sampai akhirnya istri Sunan Gunungjati Nyi Mas Pakungwati menyarankan agar dikumandangkan azan. Namun api belum juga padam. Azan kembali dikumandangkan oleh dua orang sampai berturut-turut tiga orang sampai enam orang, namun api belum juga padam. Konon api baru padam setelah azan dikumandangkan oleh tujuh orang muazin. Api yang membakar mesjid konon merupakan ulah Menjangan Wulung -mahluk gaib yang berwatak jahat semacam leak di Bali-. Dalam versi lainnya yang serupa tapi tidak sama menyebutkan, terbakarnya mesjid bukan dalam arti secara fisik tetapi secara filosofis. Versi berbeda menyebutkan bahwa azan pitu merupakan titah Sunan Gunungjati sebagai strategi untuk mengalahkan pendekar jahat berilmu hitam tinggi bernama Menjangan Wulung. Saat itu, Menjangan Wulung bertengger di kubah masjid, dan menyerang setiap orang yang hendak ke masjid baik untuk azan maupun hendak salat. Setiap muazin yang melatunkan azan selalu tewas karena serangan dari Menjangan Wulung yang tidak senang dengan perkembangan Islam di tanah Jawa yang begitu pesat. Kondisi ini tentu saja membuat resah warga yang hendak melantunkan azan maupun hendak sholat. Kemudian Sunan Gunung Jati menitahkan agar dikumandangkan azan oleh tujuh orang sekaligusuntuk mengusir Menjangan Wulung ini. Dan benar saja, begitu azan pitu ini berkumandang, Menjangan Wulung yang sedang bertengger di kubah masjid akhirnya terpental bersama kubah masjid yang didudukinya hingga ke negeri Banten dan tak pernah kembali lagi ke Cirebon. Konon itulah sebabnya sampai sekarang masjid Sang Cipta Rasa tak memiliki kubah masjid.
Khotbah Berbahasa Arab
Tradisi yang tak kalah uniknya dari masjid ini selain azan pitu dan jemaah perempuan yang ikut bersholat Jum'at adalah sampai saat ini khotbah Jum'at selalu dibawakan dengan menggunakan bahasa Arab. Dan meski hampir semua jama'ah tak memahami artinyajamaah tetap menyimaknya dengan khusu tanpa mengobrol dengan rekan disebelahnya. Tujuan dari tetap dilestarikannya khotbah berbahasa Arab ini sendiri konon untuk memotivasi jamaahnya agar mau belajar bahasa Arab.
Jadi, bila anda kebetulan sedang melintas di Cirebon ketika hari Jum'at, tidak ada salahnya bila anda mampir sebentar untuk ikut sholat Jum'at di masjid Sang Cipta Rasa ini.
Salam.(http://portalcirebon.blogspot.com/) (Ilmu Warisan Leluhur)
Apa saja perbedaan-perbedaan dari masjid ini yang tidak akan di temui di masjid lain di Nusantara, inilah rincian singkatnya...
Ada jemaah perempuan yang ikut sholat Jum'at
Pada setiap sholat Jum'at yang kebetulan jatuh pada hari pasaran kliwon, banyak jemaah perempuan yang ikut sholat Jum'at di Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon ini dengan satu keyakinan bahwa bila mereka ikut sholat Jum'at yang jatuh tepat pada hari Jum'at Kliwon maka yang bersangkutan akan memperoleh berkah. Atas dasar keyakinan itulah, pada Jum'at Kliwon banyak jemaah perempuan yang datang tidak hanya dari daerah Cirebon tapi juga banyak yang datang dari luar kota untuk ikut bersholat Jum'at di Masjid ini.
Azan Pitu
Berbeda dengan masjid lain yang biasanya hanya menampilkan satu Muadzin, maka di Masjid Sang Cipta Rasa ini setiap sholat Jum'at selalu menampilkan 7 muadzin sekaligus (azan pitu) hingga terdengar seperti koor. Azan pitu ini sendiri menurut legenda yang beredar di masyarakat Cirebon berawal saat Mesjid Sang Cipta Rasa yang masih beratapkan rumbia terbakar hebat. Berbagai upaya dilakukan untuk memadamkan api, namun selalu gagal. Sampai akhirnya istri Sunan Gunungjati Nyi Mas Pakungwati menyarankan agar dikumandangkan azan. Namun api belum juga padam. Azan kembali dikumandangkan oleh dua orang sampai berturut-turut tiga orang sampai enam orang, namun api belum juga padam. Konon api baru padam setelah azan dikumandangkan oleh tujuh orang muazin. Api yang membakar mesjid konon merupakan ulah Menjangan Wulung -mahluk gaib yang berwatak jahat semacam leak di Bali-. Dalam versi lainnya yang serupa tapi tidak sama menyebutkan, terbakarnya mesjid bukan dalam arti secara fisik tetapi secara filosofis. Versi berbeda menyebutkan bahwa azan pitu merupakan titah Sunan Gunungjati sebagai strategi untuk mengalahkan pendekar jahat berilmu hitam tinggi bernama Menjangan Wulung. Saat itu, Menjangan Wulung bertengger di kubah masjid, dan menyerang setiap orang yang hendak ke masjid baik untuk azan maupun hendak salat. Setiap muazin yang melatunkan azan selalu tewas karena serangan dari Menjangan Wulung yang tidak senang dengan perkembangan Islam di tanah Jawa yang begitu pesat. Kondisi ini tentu saja membuat resah warga yang hendak melantunkan azan maupun hendak sholat. Kemudian Sunan Gunung Jati menitahkan agar dikumandangkan azan oleh tujuh orang sekaligusuntuk mengusir Menjangan Wulung ini. Dan benar saja, begitu azan pitu ini berkumandang, Menjangan Wulung yang sedang bertengger di kubah masjid akhirnya terpental bersama kubah masjid yang didudukinya hingga ke negeri Banten dan tak pernah kembali lagi ke Cirebon. Konon itulah sebabnya sampai sekarang masjid Sang Cipta Rasa tak memiliki kubah masjid.
Khotbah Berbahasa Arab
Tradisi yang tak kalah uniknya dari masjid ini selain azan pitu dan jemaah perempuan yang ikut bersholat Jum'at adalah sampai saat ini khotbah Jum'at selalu dibawakan dengan menggunakan bahasa Arab. Dan meski hampir semua jama'ah tak memahami artinyajamaah tetap menyimaknya dengan khusu tanpa mengobrol dengan rekan disebelahnya. Tujuan dari tetap dilestarikannya khotbah berbahasa Arab ini sendiri konon untuk memotivasi jamaahnya agar mau belajar bahasa Arab.
Jadi, bila anda kebetulan sedang melintas di Cirebon ketika hari Jum'at, tidak ada salahnya bila anda mampir sebentar untuk ikut sholat Jum'at di masjid Sang Cipta Rasa ini.
Salam.(http://portalcirebon.blogspot.com/) (Ilmu Warisan Leluhur)
Tenaga Dalam Semula jadi Yang Terdapat dalam setiap Manusia
1. Kekuatan Impian
Untuk memperoleh hal-hal terbaik dalam kehidupan ini, setiap kita harus memiliki impian dan tujuan hidup yang jelas. Setiap kita harus berani memimpikan hal-hal terindah dan terbaik yang kita inginkan bagi kehidupan kita dan kehidupan orang-orang yang kita cintai.
Tanpa impian, kehidupan kita akan berjalan tanpa arah dan akhirnya kita tidak menyadari dan tidak mampu mengendalikan ke mana sesungguhnya kehidupan kita akan menuju.
2. Kekuatan dari Fokus
Fokus adalah daya untuk melihat sesuatu termasuk masa depan, impian, sasaran atau hal-hal lain seperti kekuatan dan kelemahan dalam diri, peluang di sekitar kita, sehingga lebih jelas dan mengambil langkah untuk mencapainya.
Seperti sebuah kacamata yang membantu seorang untuk melihat lebih jelas, kekuatan fokus membantu kita melihat impian, sasaran, dan kekuatan kita dengan lebih jelas, sehingga kita tidak ragu-ragu dalam melangkah untuk mewujudkannya.
3. Kekuatan Disiplin Diri
Pengulangan adalah kekuatan yang dahsyat untuk mencapai keunggulan. Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Menurut filsuf Aristoteles, keunggulan adalah sebuah kebiasaan.
Kebiasaan terbangun dari kedisiplinan diri yang secara konsisten dan terus-menerus melakukan sesuatu tindakan yang membawa pada puncak prestasi seseorang. Kebiasaan kita akan menentukan masa depan kita.
Untuk membangun kebiasaan tersebut, diperlukan disiplin diri yang kokoh. Sedangkan kedisiplinan adalah bagaimana kita mengalahkan diri kita dan mengendalikannya untuk mencapai impian dan hal-hal terbaik dalam kehidupan ini.
4. Kekuatan Perjuangan
Setiap manusia diberikan kekuatan untuk menghadapi kesulitan dan penderitaan. Justru melalui berbagai kesulitan itulah kita dibentuk menjadi ciptaan Tuhan yang tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan dan kegagalan.
Seringkali kita lupa untuk belajar bagaimana caranya menghadapi kegagalan dan kesulitan hidup, karena justru kegagalan itu sendiri merupakan unsur atau bahan yang utama dalam mencapai keberhasilan atau kehidupan yang berkelimpahan.
5. Kekuatan Pembelajaran
Salah satu kekuatan manusia adalah kemampuannya untuk belajar. Dengan belajar kita dapat menghadapi dan menciptakan perubahan dalam kehidupan kita. Dengan belajar kita dapat bertumbuh hari demi hari menjadi manusia yang lebih baik.
Belajar adalah proses seumur hidup. Sehingga dengan senantiasa belajar dalam kehidupan ini, kita dapat terus meningkatkan taraf kehidupan kita pada aras yang lebih tinggi.
6. Kekuatan Fikiran
Salah satu kekuatan manusia adalah kemampuannya untuk belajar. Dengan belajar kita dapat menghadapi dan menciptakan perubahan dalam kehidupan kita. Dengan belajar kita dapat bertumbuh hari demi hari menjadi manusia yang lebih baik.
Belajar adalah proses seumur hidup. Sehingga dengan senantiasa belajar dalam kehidupan ini, kita dapat terus meningkatkan taraf kehidupan kita pada aras yang lebih tinggi. (Ilmu Warisan Leluhur)
Untuk memperoleh hal-hal terbaik dalam kehidupan ini, setiap kita harus memiliki impian dan tujuan hidup yang jelas. Setiap kita harus berani memimpikan hal-hal terindah dan terbaik yang kita inginkan bagi kehidupan kita dan kehidupan orang-orang yang kita cintai.
Tanpa impian, kehidupan kita akan berjalan tanpa arah dan akhirnya kita tidak menyadari dan tidak mampu mengendalikan ke mana sesungguhnya kehidupan kita akan menuju.
2. Kekuatan dari Fokus
Fokus adalah daya untuk melihat sesuatu termasuk masa depan, impian, sasaran atau hal-hal lain seperti kekuatan dan kelemahan dalam diri, peluang di sekitar kita, sehingga lebih jelas dan mengambil langkah untuk mencapainya.
Seperti sebuah kacamata yang membantu seorang untuk melihat lebih jelas, kekuatan fokus membantu kita melihat impian, sasaran, dan kekuatan kita dengan lebih jelas, sehingga kita tidak ragu-ragu dalam melangkah untuk mewujudkannya.
3. Kekuatan Disiplin Diri
Pengulangan adalah kekuatan yang dahsyat untuk mencapai keunggulan. Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Menurut filsuf Aristoteles, keunggulan adalah sebuah kebiasaan.
Kebiasaan terbangun dari kedisiplinan diri yang secara konsisten dan terus-menerus melakukan sesuatu tindakan yang membawa pada puncak prestasi seseorang. Kebiasaan kita akan menentukan masa depan kita.
Untuk membangun kebiasaan tersebut, diperlukan disiplin diri yang kokoh. Sedangkan kedisiplinan adalah bagaimana kita mengalahkan diri kita dan mengendalikannya untuk mencapai impian dan hal-hal terbaik dalam kehidupan ini.
4. Kekuatan Perjuangan
Setiap manusia diberikan kekuatan untuk menghadapi kesulitan dan penderitaan. Justru melalui berbagai kesulitan itulah kita dibentuk menjadi ciptaan Tuhan yang tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan dan kegagalan.
Seringkali kita lupa untuk belajar bagaimana caranya menghadapi kegagalan dan kesulitan hidup, karena justru kegagalan itu sendiri merupakan unsur atau bahan yang utama dalam mencapai keberhasilan atau kehidupan yang berkelimpahan.
5. Kekuatan Pembelajaran
Salah satu kekuatan manusia adalah kemampuannya untuk belajar. Dengan belajar kita dapat menghadapi dan menciptakan perubahan dalam kehidupan kita. Dengan belajar kita dapat bertumbuh hari demi hari menjadi manusia yang lebih baik.
Belajar adalah proses seumur hidup. Sehingga dengan senantiasa belajar dalam kehidupan ini, kita dapat terus meningkatkan taraf kehidupan kita pada aras yang lebih tinggi.
6. Kekuatan Fikiran
Salah satu kekuatan manusia adalah kemampuannya untuk belajar. Dengan belajar kita dapat menghadapi dan menciptakan perubahan dalam kehidupan kita. Dengan belajar kita dapat bertumbuh hari demi hari menjadi manusia yang lebih baik.
Belajar adalah proses seumur hidup. Sehingga dengan senantiasa belajar dalam kehidupan ini, kita dapat terus meningkatkan taraf kehidupan kita pada aras yang lebih tinggi. (Ilmu Warisan Leluhur)
Leak adalah Ilmu Kuno Warisan Leluhur Hindu di Bali
Pada zaman sekarang ini orang bertanya-tanya apa betul leak itu ada? Apa
betul leak itu menyakiti? Secara umum leak itu tidak menyakiti. Leak
itu proses ilmu yang cukup bagus bagi yang berminat. Karena ilmu leak
juga mempunyai etika-etika tersendiri.
Dibutuhkan kemampuan yang prima untuk mempelajari ilmu leak. Di masyarakat sering kali leak dicap menyakiti bahkan bisa membunuh manusia, padahal tidak seperti itu. Ilmu leak sama dengan ilmu lainnya yang terdapat dalam lontar-lontar kuno Bali.
Jaman dahulu, ilmu leak tidak dipelajari sembarang orang. Ini karena ilmu leak masuk kategori ilmu yang cukup rahasia sebagai pertahanan serangan dari musuh. Orang Bali Kuno yang mempelajari ilmu ini adalah para petinggi-petinggi raja disertai dengan bawahannya. Tujuannya untuk sebagai ilmu pertahanan dari musuh terutama serangan dari luar.
Orang-orang yang mempelajari ilmu ini memilih tempat yang cukup rahasia, karena ilmu leak ini memang rahasia. Jadi tidak sembarangan orang yang mempelajari. Namun zaman telah berubah, otomatis ilmu ini juga mengalami perubahan sesuai dengan zamannya. Namun esensinya sama dalam penerapan. Yang jelas ilmu leak tidak menyakiti.
Yang menyakiti itu ilmu teluh atau nerangjana, inilah ilmu yang bersifat negatif, khusus untuk menyakiti orang karena beberapa hal seperti balas dendam, iri hati, ingin lebih unggul. Ilmu inilah yang disebut pengiwa. Ilmu pengiwa inilah yang banyak berkembang di kalangan masyarakat dan seringkali dicap sebagai ilmu leak.
Leak itu memang ada dan dibagi sesuai dengan tingkatan ilmunya, termasuk dengan endih leak. Endih leak ini biasanya muncul pada saat mereka sedang latihan atau lagi bercengkrama dengan sesama leak lainnya, baik sejenis maupun lawan jenis. Munculnya 'endih' itu pada saat malam hari khususnya tengah malam.
Mengapa ditempat angker?
Ini sesuai dengan ilmu leak dimana orang yang mempelajari ilmu ini harus di tempat yang sepi, biasanya di kuburan atau di tempat sepi. Endih ini bisa berupa fisik atau jnananya (rohnya) sendiri, karena ilmu ini tidak bisa disamaratakan bagi yang mempelajarinya. Untuk yang baru-baru belajar, endih itu adalah lidahnya sendiri dengan menggunakan mantra atau dengan sarana.
Dalam menjalankan ilmu ini dibutuhkan sedikit upacara. Sedangkan yang melalui jnananya (rohnya), pelaku menggunakan sukma atau intisari jiwa ilmu leak. Sehingga kelihatan seperti endih leak, padahal ia diam di rumahnya. Yang berjalan hanya jiwa atau suksma sendiri.
Bentuk 'endih leak' ini beraneka ragam sesuai dengan tingkatannya. Ada yang berwujud seperti bola atau kurungan ayam, tergantung pakem (etika yang dipakai).
'Endih' atau sinar Leak di Bali ini tidak sama dengan sinar penerangan lainnya. Endih leak ini biasanya tergantung dari yang melihatnya. Bagi yang pernah melihatnya, 'endih' berjalan sesuai dengan arah mata angin. Endih ini kelap-kelip tidak seperti penerangan lainnya hanya diam. Warnanya pun berbeda-beda. Kalau endih leak itu melebihi dari satu warna dan berjalan sedangkan, sinar penerangan biasa hanya satu warna dan diam. Endih leak ini memiliki sifat gelombang elektromagnetik mempunyai daya magnet.
Ilmu leak tidak menyakiti
Orang yang kebetulan melihatnya tidak perlu waswas.`Bersikap sewajarnya saja.`Kalau takut melihat, ucapkanlah nama nama Tuhan. Endih ini tidak menyebabkan panas. Endih juga tidak bisa dipakai untuk memasak karena sifatnya beda. Endih leak bersifat 'niskala' atau gaib, tidak bisa dijamah.
Pada dasarnya, ilmu leak adalah ilmu kerohanian yang bertujuan untuk mencari pencerahan lewat aksara suci. Dalam aksara Bali tidak ada yang disebut leak. Yang ada adalah “liya, ak” yang berarti lima aksara (memasukan dan mengeluarkan kekuatan aksara dalam tubuh melalui tata cara tertentu).
Filosofi Leak Ngendih di Bali Lima aksara tersebut adalah Si, Wa, Ya, Na, Ma.
- Si adalah mencerminkan Tuhan
- Wa adalah anugrah
- Ya adalah jiwa
- Na adalah kekuatan yang menutupi kecerdasan
- Ma adalah egoisme yang membelenggu jiwa
Kekuatan aksara ini disebut panca gni (lima api). Manusia yang mempelajari kerohanian apa saja, apabila mencapai puncaknya dia pasti akan mengeluarkan cahaya (aura). Cahaya ini keluar melalui lima pintu indria tubuh yakni telinga, mata, mulut, ubun-ubun, serta kemaluan.
Pada umumnya cahaya itu keluar lewat mata dan mulut. Sehingga apabila kita melihat orang di kuburan atau tempat sepi, api seolah-olah membakar rambut orang tersebut.
Pada prinsipnya, ilmu leak tidak mempelajari bagaimana cara menyakiti seseorang. Yang dipelajari adalah bagaimana mendapatkan sensasi ketika bermeditasi dalam perenungan aksara tersebut.
Ketika sensasi itu datang, maka orang itu bisa jalan-jalan keluar tubuhnya melalui 'ngelekas' atau 'ngerogo sukmo'. Kata 'ngelekas' artinya kontaksi batin agar badan astra kita bisa keluar.
Apabila sedang mempersiapkan puja batinnya disebut 'angeregep pengelekasan'. Sampai di sini roh kita bisa jalan-jalan dalam bentuk cahaya yang umum disebut 'endih'.
Bola cahaya melesat dengan cepat. Endih ini adalah bagian dari badan astral manusia (badan ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu).
Di sini pelaku bisa menikmati keindahan malam dalam dimensi batin yang lain. Dalam dunia pengeleakan ada kode etiknya. Sebab tidak semua orang bisa melihat endih. Juga tidak sembarangan berani keluar dari tubuh kasar kalau tidak ada kepentingan mendesak.
Peraturan yang lain juga ada seperti tidak boleh masuk atau dekat dengan orang mati.
Apabila ada mayat baru, anggota leak wajib datang ke kuburan untuk memberikan doa agar rohnya mendapat tempat yang baik sesuai karmanya.
Begini bunyi doa leak memberikan berkat : ong, gni brahma anglebur panca maha butha, anglukat sarining merta. mulihankene kite ring betara guru, tumitis kita dadi manusia mahatama. ong rang sah, prete namah.
Sambil membawa kelapa gading untuk dipercikan sebagai tirta. Di sinilah ada perbedaan pandangan bagi orang awam. Dikatakan bahwa leak ke kuburan memakan mayat, atau meningkatkan ilmu.
Kenapa harus di kuburan? Paham leak adalah apa pun status dirimu menjadi manusia, orang sakti, sarjana, kaya, miskin, akan berakhir di kuburan.
Tradisi sebagian orang di India tidak ada tempat tersuci selain di kuburan. Kenapa demikian? Di tempat inilah para roh berkumpul dalam pergolakan spirit.
Di Bali kuburan dikatakan keramat, karena sering muncul hal-hal yang menyeramkan. Ini disebabkan karena kita jarang membuka lontar tatwaning ulun setra. Sehingga kita tidak tahu sebenarnya kuburan adalah tempat yang paling baik untuk bermeditasi dan memberikan berkat doa.
Sang Buda Kecapi, Mpu Kuturan, Gajah Mada, Diah Nateng Dirah, Mpu Bradah, semua mendapat pencerahan di kuburan. Di Jawa tradisi ini disebut tirakat.
Leak juga mempunyai keterbatasan tergantung dari tingkatan rohani yang dipelajari. Ada tujuh tingkatan leak.
Leak barak (brahma). Leak ini baru bisa mengeluarkan cahaya merah api. Kemudian ada Leak bulan, leak pemamoran, leak bunga, leak sari, leak cemeng rangdu, dan leak siwa klakah. Leak siwa klakah inilah yang tertinggi. Sebab dari ketujuh cakranya mengeluarkan cahaya yang sesuai dengan kehendak batinnya.
Ilmu tersebut bisa membabi buta atau bumerang bagi dirinya sendiri. Hal inilah membuat rusaknya nama perguruan.
Sama halnya seperti pistol, salah pakai berbahaya. Makanya, kestabilan emosi bagi yang mempelajarinya sangat penting, dan disini sang guru sangat ketat sekali dalam memberikan pelajaran.
Selama ini leak dijadikan kambing hitam sebagai biang ketakutan serta sumber penyakit, atau aji ugig bagi sebagian orang. Padahal ada aliran yang memang spesial mempelajari ilmu hitam disebut 'penestian'. Ilmu ini memang dirancang bagaimana membikin celaka, sakit, dengan kekuatan batin hitam.
Ada pun caranya adalah dengan memancing kesalahan orang lain sehingga emosi. Setelah emosi barulah dia bereaksi. Emosi itu dijadikan pukulan balik bagi penestian. Ajaran penestian menggunakan ajian-ajian tertentu, seperti aji gni salembang, aji dungkul, aji sirep, aji penangkeb, aji pengenduh, aji teluh teranjana. Ini disebut pengiwa (tangan kiri). Kenapa tangan kiri, sebab setiap menarik kekuatan selalu memasukan energi dari belahan badan kiri.
'Pengiwa' banyak menggunakan rajah-rajah (tulisan mistik). Juga pintar membuat sakit dari jarak jauh, dan dijamin tidak bisa dirontgent di laboratorium rumah sakit.
Yang paling canggih adalah cetik (racun mistik). Aliran ini bertentangan dengan pengeleakan. Apabila perang, beginilah bunyi mantranya, ong siwa gandu angimpus leak, siwa sumedang anundung leak, mapan aku mapawakan segara gni…dan seterusnya.
Ilmu Leak ini sampai saat ini masih berkembang karena pewarisnya masih ada, sebagai pelestarian budaya Hindu di Bali. Dan apabila ingin menyaksikan leak ngendih datanglah pada hari Kajeng Kliwon Enjitan di Kuburan pada saat tengah malam.(litbang bbcom/berbagai sumber)(http://www.beritabali.com/) (Ilmu Warisan Leluhur)
Dibutuhkan kemampuan yang prima untuk mempelajari ilmu leak. Di masyarakat sering kali leak dicap menyakiti bahkan bisa membunuh manusia, padahal tidak seperti itu. Ilmu leak sama dengan ilmu lainnya yang terdapat dalam lontar-lontar kuno Bali.
Jaman dahulu, ilmu leak tidak dipelajari sembarang orang. Ini karena ilmu leak masuk kategori ilmu yang cukup rahasia sebagai pertahanan serangan dari musuh. Orang Bali Kuno yang mempelajari ilmu ini adalah para petinggi-petinggi raja disertai dengan bawahannya. Tujuannya untuk sebagai ilmu pertahanan dari musuh terutama serangan dari luar.
Orang-orang yang mempelajari ilmu ini memilih tempat yang cukup rahasia, karena ilmu leak ini memang rahasia. Jadi tidak sembarangan orang yang mempelajari. Namun zaman telah berubah, otomatis ilmu ini juga mengalami perubahan sesuai dengan zamannya. Namun esensinya sama dalam penerapan. Yang jelas ilmu leak tidak menyakiti.
Yang menyakiti itu ilmu teluh atau nerangjana, inilah ilmu yang bersifat negatif, khusus untuk menyakiti orang karena beberapa hal seperti balas dendam, iri hati, ingin lebih unggul. Ilmu inilah yang disebut pengiwa. Ilmu pengiwa inilah yang banyak berkembang di kalangan masyarakat dan seringkali dicap sebagai ilmu leak.
Leak itu memang ada dan dibagi sesuai dengan tingkatan ilmunya, termasuk dengan endih leak. Endih leak ini biasanya muncul pada saat mereka sedang latihan atau lagi bercengkrama dengan sesama leak lainnya, baik sejenis maupun lawan jenis. Munculnya 'endih' itu pada saat malam hari khususnya tengah malam.
Mengapa ditempat angker?
Ini sesuai dengan ilmu leak dimana orang yang mempelajari ilmu ini harus di tempat yang sepi, biasanya di kuburan atau di tempat sepi. Endih ini bisa berupa fisik atau jnananya (rohnya) sendiri, karena ilmu ini tidak bisa disamaratakan bagi yang mempelajarinya. Untuk yang baru-baru belajar, endih itu adalah lidahnya sendiri dengan menggunakan mantra atau dengan sarana.
Dalam menjalankan ilmu ini dibutuhkan sedikit upacara. Sedangkan yang melalui jnananya (rohnya), pelaku menggunakan sukma atau intisari jiwa ilmu leak. Sehingga kelihatan seperti endih leak, padahal ia diam di rumahnya. Yang berjalan hanya jiwa atau suksma sendiri.
Bentuk 'endih leak' ini beraneka ragam sesuai dengan tingkatannya. Ada yang berwujud seperti bola atau kurungan ayam, tergantung pakem (etika yang dipakai).
'Endih' atau sinar Leak di Bali ini tidak sama dengan sinar penerangan lainnya. Endih leak ini biasanya tergantung dari yang melihatnya. Bagi yang pernah melihatnya, 'endih' berjalan sesuai dengan arah mata angin. Endih ini kelap-kelip tidak seperti penerangan lainnya hanya diam. Warnanya pun berbeda-beda. Kalau endih leak itu melebihi dari satu warna dan berjalan sedangkan, sinar penerangan biasa hanya satu warna dan diam. Endih leak ini memiliki sifat gelombang elektromagnetik mempunyai daya magnet.
Ilmu leak tidak menyakiti
Orang yang kebetulan melihatnya tidak perlu waswas.`Bersikap sewajarnya saja.`Kalau takut melihat, ucapkanlah nama nama Tuhan. Endih ini tidak menyebabkan panas. Endih juga tidak bisa dipakai untuk memasak karena sifatnya beda. Endih leak bersifat 'niskala' atau gaib, tidak bisa dijamah.
Pada dasarnya, ilmu leak adalah ilmu kerohanian yang bertujuan untuk mencari pencerahan lewat aksara suci. Dalam aksara Bali tidak ada yang disebut leak. Yang ada adalah “liya, ak” yang berarti lima aksara (memasukan dan mengeluarkan kekuatan aksara dalam tubuh melalui tata cara tertentu).
Filosofi Leak Ngendih di Bali Lima aksara tersebut adalah Si, Wa, Ya, Na, Ma.
- Si adalah mencerminkan Tuhan
- Wa adalah anugrah
- Ya adalah jiwa
- Na adalah kekuatan yang menutupi kecerdasan
- Ma adalah egoisme yang membelenggu jiwa
Kekuatan aksara ini disebut panca gni (lima api). Manusia yang mempelajari kerohanian apa saja, apabila mencapai puncaknya dia pasti akan mengeluarkan cahaya (aura). Cahaya ini keluar melalui lima pintu indria tubuh yakni telinga, mata, mulut, ubun-ubun, serta kemaluan.
Pada umumnya cahaya itu keluar lewat mata dan mulut. Sehingga apabila kita melihat orang di kuburan atau tempat sepi, api seolah-olah membakar rambut orang tersebut.
Pada prinsipnya, ilmu leak tidak mempelajari bagaimana cara menyakiti seseorang. Yang dipelajari adalah bagaimana mendapatkan sensasi ketika bermeditasi dalam perenungan aksara tersebut.
Ketika sensasi itu datang, maka orang itu bisa jalan-jalan keluar tubuhnya melalui 'ngelekas' atau 'ngerogo sukmo'. Kata 'ngelekas' artinya kontaksi batin agar badan astra kita bisa keluar.
Apabila sedang mempersiapkan puja batinnya disebut 'angeregep pengelekasan'. Sampai di sini roh kita bisa jalan-jalan dalam bentuk cahaya yang umum disebut 'endih'.
Bola cahaya melesat dengan cepat. Endih ini adalah bagian dari badan astral manusia (badan ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu).
Di sini pelaku bisa menikmati keindahan malam dalam dimensi batin yang lain. Dalam dunia pengeleakan ada kode etiknya. Sebab tidak semua orang bisa melihat endih. Juga tidak sembarangan berani keluar dari tubuh kasar kalau tidak ada kepentingan mendesak.
Peraturan yang lain juga ada seperti tidak boleh masuk atau dekat dengan orang mati.
Apabila ada mayat baru, anggota leak wajib datang ke kuburan untuk memberikan doa agar rohnya mendapat tempat yang baik sesuai karmanya.
Begini bunyi doa leak memberikan berkat : ong, gni brahma anglebur panca maha butha, anglukat sarining merta. mulihankene kite ring betara guru, tumitis kita dadi manusia mahatama. ong rang sah, prete namah.
Sambil membawa kelapa gading untuk dipercikan sebagai tirta. Di sinilah ada perbedaan pandangan bagi orang awam. Dikatakan bahwa leak ke kuburan memakan mayat, atau meningkatkan ilmu.
Kenapa harus di kuburan? Paham leak adalah apa pun status dirimu menjadi manusia, orang sakti, sarjana, kaya, miskin, akan berakhir di kuburan.
Tradisi sebagian orang di India tidak ada tempat tersuci selain di kuburan. Kenapa demikian? Di tempat inilah para roh berkumpul dalam pergolakan spirit.
Di Bali kuburan dikatakan keramat, karena sering muncul hal-hal yang menyeramkan. Ini disebabkan karena kita jarang membuka lontar tatwaning ulun setra. Sehingga kita tidak tahu sebenarnya kuburan adalah tempat yang paling baik untuk bermeditasi dan memberikan berkat doa.
Sang Buda Kecapi, Mpu Kuturan, Gajah Mada, Diah Nateng Dirah, Mpu Bradah, semua mendapat pencerahan di kuburan. Di Jawa tradisi ini disebut tirakat.
Leak juga mempunyai keterbatasan tergantung dari tingkatan rohani yang dipelajari. Ada tujuh tingkatan leak.
Leak barak (brahma). Leak ini baru bisa mengeluarkan cahaya merah api. Kemudian ada Leak bulan, leak pemamoran, leak bunga, leak sari, leak cemeng rangdu, dan leak siwa klakah. Leak siwa klakah inilah yang tertinggi. Sebab dari ketujuh cakranya mengeluarkan cahaya yang sesuai dengan kehendak batinnya.
Ilmu tersebut bisa membabi buta atau bumerang bagi dirinya sendiri. Hal inilah membuat rusaknya nama perguruan.
Sama halnya seperti pistol, salah pakai berbahaya. Makanya, kestabilan emosi bagi yang mempelajarinya sangat penting, dan disini sang guru sangat ketat sekali dalam memberikan pelajaran.
Selama ini leak dijadikan kambing hitam sebagai biang ketakutan serta sumber penyakit, atau aji ugig bagi sebagian orang. Padahal ada aliran yang memang spesial mempelajari ilmu hitam disebut 'penestian'. Ilmu ini memang dirancang bagaimana membikin celaka, sakit, dengan kekuatan batin hitam.
Ada pun caranya adalah dengan memancing kesalahan orang lain sehingga emosi. Setelah emosi barulah dia bereaksi. Emosi itu dijadikan pukulan balik bagi penestian. Ajaran penestian menggunakan ajian-ajian tertentu, seperti aji gni salembang, aji dungkul, aji sirep, aji penangkeb, aji pengenduh, aji teluh teranjana. Ini disebut pengiwa (tangan kiri). Kenapa tangan kiri, sebab setiap menarik kekuatan selalu memasukan energi dari belahan badan kiri.
'Pengiwa' banyak menggunakan rajah-rajah (tulisan mistik). Juga pintar membuat sakit dari jarak jauh, dan dijamin tidak bisa dirontgent di laboratorium rumah sakit.
Yang paling canggih adalah cetik (racun mistik). Aliran ini bertentangan dengan pengeleakan. Apabila perang, beginilah bunyi mantranya, ong siwa gandu angimpus leak, siwa sumedang anundung leak, mapan aku mapawakan segara gni…dan seterusnya.
Ilmu Leak ini sampai saat ini masih berkembang karena pewarisnya masih ada, sebagai pelestarian budaya Hindu di Bali. Dan apabila ingin menyaksikan leak ngendih datanglah pada hari Kajeng Kliwon Enjitan di Kuburan pada saat tengah malam.(litbang bbcom/berbagai sumber)(http://www.beritabali.com/) (Ilmu Warisan Leluhur)
Kisah Singkat Syekh Magelung Sakti
kh Magelung Sakti adalah seorang ulama yang berpenampilan sangat khas
yaitu kerap menggelung rambut panjangnya kemana-mana. Perihal rambut
panjangnya ini konon tak pernah dipotong karena memang tak ada satu
pisau cukur pun yang mampu memotong rambutnya yang panjang itu. Maka
dari itulah kemudian ia berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk
mencari orang sakti yang mampu memotong rambutnya. Beliau bernazar
barang siapa yang mampu memotong rambut panjangnya itu maka Sang Syekh
akan rela dan senang hati menyerahkan diri menjadi murid orang tersebut.
Nama asli dari Syekh Magelung Sakti ini sendiri konon adalah Syarif
Syam yang berasal dari negeri Syam yang sekarang dikenal sebagai Syiria.
Tapi ada juga versi lain yang mengatakan bahwa sebenarnya Syekh
Magelung Sakti merupakan seorang ulama kelahiran negeri Yaman.
Konon waktu itu, Syarif Syam atau Magelung Sakti datang ke Cirebon untuk mencari seorang guru yang pernah ditunjukkan di dalam mimpinya. Dalam mimpinya tersebut bahwa satu-satunya orang yang sanggup memotong rambutnya adalah seorang wali yang bermukim di Cirebon. Dan benar saja, ketika di Cirebon inilah beliau bertemu dengan orang tua yang dengan mudahnya memotong rambut beliau. Tempat dimana rambut Syarif Syam berhasil dipotong kemudian diberi nama Karanggetas. Orang tua itu yang kemudian belakang diketahui bernama Sunan Gunung Jati pun sesuai dengan nazarnya akhirnya menjadi guru dari Syekh Magelung Sakti dan berganti nama menjadi Pangeran Soka. Selepas menjadi murid Sunan Gunung Djati, Syekh Magelung Sakti atau Pangeran Soka kemudian ditugaskan oleh gurunya tersebut untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon bagian Utara.
Selain nama Syekh Magelung Sakti dan Pangeran Soka beliau pun memiliki begitu banyak nama alias yang diantaranya adalah Pangeran Karangkendal. Nama Pangeran Karangkendal sendiri ia dapat karena ketika sekitar abad XV saat beliau ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Utara, ia tinggal di Desa Karangkendal, Kapetakan (± 19 km sebelah Utara Cirebon). Di desa ini pun Syekh Magelung Sakti kemudian diangkat anak oleh penguasa atau gegeden Karangkendal yang bernama Ki Tarsiman yang mempunyai nama lain Ki Krayunan atau Ki Gede Karangkendal, bahkan disebut pula dengan julukan Buyut Selawe, karena mempunyai 25 anak dari istrinya yang bernama Nyi Sekar.
Syekh Magelung Sakti sendiri merupakan suami dari seorang istri yang tak kalah memiliki nama besar di wilayah Cirebon yakni Nyi Mas Gandasari. Perihal menikahnya Syekh Magelung Sakti dengan Nyi Mas Gandasari menurut cerita dan babad Cirebon adalah berawal dari ditugaskannya sang syekh oleh Sunan Gunung Jati untuk berkeliling ke arah barat Cirebon selepas ia selesai mempelajari ilmu tassawuf dari gurunya tersebut. Nah, ketika berkeliling ke wilayah Barat Cirebon inilah Syekh Magelung Sakti mendengar berita tentang sayembara Nyi Mas Gandasari yang sedang mencari pasangan hidupnya.
Nyi Mas Gandasari konon adalah anak angkat dari Ki Ageng Selapandan yang juga adalah Ki Kuwu Cirebon yang waktu itu dikenal juga dengan sebutan Pangeran Cakrabuana (masih keturunan Prabu Siliwangi dari Kerajaan Hindu Pajajaran), yang atas desakan dari ayah angkatnya ini Nyi Mas Gandasari harus segera menikah. Dan karena beliau merupakan seorang perempuan cantik yang pilih tanding, maka dalam mencari pasangan hidup itu ia mengadakan sayembara, barang siapa yang mampu mengalahkannya maka dia akan bersedia menjadi istri dari orang yang berhasil mengalahkannya dalam adu kesaktian tersebut.
Oleh karenanya kemudian ia pun mengadakan sayembara untuk maksud tersebut, sejumlah pangeran, pendekar, maupun rakyat biasa dipersilakan berupaya menjajal kemampuan kesaktian sang putri. Siapapun yang sanggup mengalahkannya dalam ilmu bela diri maka itulah jodohnya. Banyak diantaranya pangeran dan ksatria yang mencoba mengikuti sayembara tetapi tidak ada satu pun yang berhasil, hingga akhirnya Syekh Magelung Sakti terjun ke arena sayembara. Pada dasarnya kemampuan dan kesaktian dari keduanya berimbang, hanya saja karena faktor kelelahan akhirnya Nyi Mas Gandasari pun menyerah dan berlindung dibalik punggung Sunan Gunung Jati.
Namun, meski Nyi Mas Gandasari sudah berlindung dibalik punggung Sunan Gunung Jati, Syekh Magelung Sakti masih tetap saja menyecarnya dengan serangan-serangan mematikan hingga dalam satu kesempatan tinju sang Syekh hampir saja mengenai kepala dari Sunan Gunung Jati. Tetapi, anehnya sebelum tinju itu mendarat di kepala Sunan Gunung Jati, dengan serta merta Syekh Magelung Sakti jatuh lemas. Sunan Gunung jati pun akhirnya memutuskan bahwa dalam pertempuran tersebut tidak ada yang kalah ataupun menang. Meskipun begitu, Sunan Gunung Jati tetap menikahkan keduanya dan mereka pun akhirnya resmi menjadi suami istri. (Ilmu Warisan Leluhur)
Konon waktu itu, Syarif Syam atau Magelung Sakti datang ke Cirebon untuk mencari seorang guru yang pernah ditunjukkan di dalam mimpinya. Dalam mimpinya tersebut bahwa satu-satunya orang yang sanggup memotong rambutnya adalah seorang wali yang bermukim di Cirebon. Dan benar saja, ketika di Cirebon inilah beliau bertemu dengan orang tua yang dengan mudahnya memotong rambut beliau. Tempat dimana rambut Syarif Syam berhasil dipotong kemudian diberi nama Karanggetas. Orang tua itu yang kemudian belakang diketahui bernama Sunan Gunung Jati pun sesuai dengan nazarnya akhirnya menjadi guru dari Syekh Magelung Sakti dan berganti nama menjadi Pangeran Soka. Selepas menjadi murid Sunan Gunung Djati, Syekh Magelung Sakti atau Pangeran Soka kemudian ditugaskan oleh gurunya tersebut untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon bagian Utara.
Selain nama Syekh Magelung Sakti dan Pangeran Soka beliau pun memiliki begitu banyak nama alias yang diantaranya adalah Pangeran Karangkendal. Nama Pangeran Karangkendal sendiri ia dapat karena ketika sekitar abad XV saat beliau ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Utara, ia tinggal di Desa Karangkendal, Kapetakan (± 19 km sebelah Utara Cirebon). Di desa ini pun Syekh Magelung Sakti kemudian diangkat anak oleh penguasa atau gegeden Karangkendal yang bernama Ki Tarsiman yang mempunyai nama lain Ki Krayunan atau Ki Gede Karangkendal, bahkan disebut pula dengan julukan Buyut Selawe, karena mempunyai 25 anak dari istrinya yang bernama Nyi Sekar.
Syekh Magelung Sakti sendiri merupakan suami dari seorang istri yang tak kalah memiliki nama besar di wilayah Cirebon yakni Nyi Mas Gandasari. Perihal menikahnya Syekh Magelung Sakti dengan Nyi Mas Gandasari menurut cerita dan babad Cirebon adalah berawal dari ditugaskannya sang syekh oleh Sunan Gunung Jati untuk berkeliling ke arah barat Cirebon selepas ia selesai mempelajari ilmu tassawuf dari gurunya tersebut. Nah, ketika berkeliling ke wilayah Barat Cirebon inilah Syekh Magelung Sakti mendengar berita tentang sayembara Nyi Mas Gandasari yang sedang mencari pasangan hidupnya.
Nyi Mas Gandasari konon adalah anak angkat dari Ki Ageng Selapandan yang juga adalah Ki Kuwu Cirebon yang waktu itu dikenal juga dengan sebutan Pangeran Cakrabuana (masih keturunan Prabu Siliwangi dari Kerajaan Hindu Pajajaran), yang atas desakan dari ayah angkatnya ini Nyi Mas Gandasari harus segera menikah. Dan karena beliau merupakan seorang perempuan cantik yang pilih tanding, maka dalam mencari pasangan hidup itu ia mengadakan sayembara, barang siapa yang mampu mengalahkannya maka dia akan bersedia menjadi istri dari orang yang berhasil mengalahkannya dalam adu kesaktian tersebut.
Oleh karenanya kemudian ia pun mengadakan sayembara untuk maksud tersebut, sejumlah pangeran, pendekar, maupun rakyat biasa dipersilakan berupaya menjajal kemampuan kesaktian sang putri. Siapapun yang sanggup mengalahkannya dalam ilmu bela diri maka itulah jodohnya. Banyak diantaranya pangeran dan ksatria yang mencoba mengikuti sayembara tetapi tidak ada satu pun yang berhasil, hingga akhirnya Syekh Magelung Sakti terjun ke arena sayembara. Pada dasarnya kemampuan dan kesaktian dari keduanya berimbang, hanya saja karena faktor kelelahan akhirnya Nyi Mas Gandasari pun menyerah dan berlindung dibalik punggung Sunan Gunung Jati.
Namun, meski Nyi Mas Gandasari sudah berlindung dibalik punggung Sunan Gunung Jati, Syekh Magelung Sakti masih tetap saja menyecarnya dengan serangan-serangan mematikan hingga dalam satu kesempatan tinju sang Syekh hampir saja mengenai kepala dari Sunan Gunung Jati. Tetapi, anehnya sebelum tinju itu mendarat di kepala Sunan Gunung Jati, dengan serta merta Syekh Magelung Sakti jatuh lemas. Sunan Gunung jati pun akhirnya memutuskan bahwa dalam pertempuran tersebut tidak ada yang kalah ataupun menang. Meskipun begitu, Sunan Gunung Jati tetap menikahkan keduanya dan mereka pun akhirnya resmi menjadi suami istri. (Ilmu Warisan Leluhur)
Perhitungannya Pada Hari Perhitungan
Ada seorang awam yang hidupnya hanya untuk mencari kenikmatan duniawi
dan uang dan sama sekali mengabaikan kehidupan akhirat. Dia bekerja
sebagai petugas penjualan karcis di salah satu stasiun milik perusahaan
transportasi.
Suatu ketika, datang seorang pemuda aktifis dakwah membeli karcis, setelah memberikan karcisnya, tukang karcis itu berkata kepadanya,
”Ongkosnya.?”
Secara bercanda, si pemuda itu menjawab, “Nanti saja, perhitungannya pada Hari Perhitungan.!”
Lalu pemuda itu membayar ongkosnya.
Peristiwa itupun berlalu sekian bulan. Pada suatu hari, saat si pemuda aktifis itu shalat di salah satu masjid, tiba-tiba tukang karcis yang sudah dalam penampilan berbeda; berjenggot tebal dan tampak dari wajahnya tanda-tanda orang bertaqwa dan shalih menyongsongnya sambil mencium jidatnya seraya berkata,
“Masih ingatkah kamu denganku.?”
Si pemuda itu dengan nada minta ma’af menjawab, “Sungguh, saya tidak ingat lagi.”
Si tukang karcis itu berkata lagi kepadanya,
“Aku adalah si penjual karcis yang sempat tidak ingin memberikan karcis padamu gara-gara ucapanmu, ‘Nanti saja, perhitungannya pada Hari Perhitungan’ itu. Sungguh, ucapanmu itu begitu membekas dan membuat jiwaku tersentak sehingga aku banyak berfikir tentang hari yang demikian agung itu. Itulah yang kemudian menggiringku mendapatkan hidayah. Sudah ke berapa tempat aku mencarimu hingga akhirnya aku menjumpaimu di sini.”
Akhirnya, pemuda itu mengucapkan selamat atas hidayah yang telah diraihnya dan keduanya kemudian menjadi dua bersaudara di jalan Allah.
(SUMBER: Qashash Wa Mawâqif Dzât ‘Ibar karya ‘Adil bin Muhammad ‘Al ‘Abdul ‘Aliy, h.9 sebagai yang dinukilnya dari buku Ta`ammulât Ba’da Shalâh al-Fajr karya ‘Abdul Hamîd al-Bilâliy, h.134)
(Ilmu Warisan Leluhur)
Suatu ketika, datang seorang pemuda aktifis dakwah membeli karcis, setelah memberikan karcisnya, tukang karcis itu berkata kepadanya,
”Ongkosnya.?”
Secara bercanda, si pemuda itu menjawab, “Nanti saja, perhitungannya pada Hari Perhitungan.!”
Lalu pemuda itu membayar ongkosnya.
Peristiwa itupun berlalu sekian bulan. Pada suatu hari, saat si pemuda aktifis itu shalat di salah satu masjid, tiba-tiba tukang karcis yang sudah dalam penampilan berbeda; berjenggot tebal dan tampak dari wajahnya tanda-tanda orang bertaqwa dan shalih menyongsongnya sambil mencium jidatnya seraya berkata,
“Masih ingatkah kamu denganku.?”
Si pemuda itu dengan nada minta ma’af menjawab, “Sungguh, saya tidak ingat lagi.”
Si tukang karcis itu berkata lagi kepadanya,
“Aku adalah si penjual karcis yang sempat tidak ingin memberikan karcis padamu gara-gara ucapanmu, ‘Nanti saja, perhitungannya pada Hari Perhitungan’ itu. Sungguh, ucapanmu itu begitu membekas dan membuat jiwaku tersentak sehingga aku banyak berfikir tentang hari yang demikian agung itu. Itulah yang kemudian menggiringku mendapatkan hidayah. Sudah ke berapa tempat aku mencarimu hingga akhirnya aku menjumpaimu di sini.”
Akhirnya, pemuda itu mengucapkan selamat atas hidayah yang telah diraihnya dan keduanya kemudian menjadi dua bersaudara di jalan Allah.
(SUMBER: Qashash Wa Mawâqif Dzât ‘Ibar karya ‘Adil bin Muhammad ‘Al ‘Abdul ‘Aliy, h.9 sebagai yang dinukilnya dari buku Ta`ammulât Ba’da Shalâh al-Fajr karya ‘Abdul Hamîd al-Bilâliy, h.134)
(Ilmu Warisan Leluhur)
Konsep Nabawi Menghindari Penyakit
Terkait dengan tema ‘mukjizat ilmiah’, khususnya mukjizat ilmiah
al-Qur’an, kiranya pembaca dapat membaca artikel pada rubrik tafsir,
sesi: Pengantar Ilmu Tafsir Dan al-Qur’an dengan tema: Kemukjizatan
al-Qur’an
(http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatquran&id=43)
sehingga lebih memahami hakikat dan urgensi mukjizat ilmiah ini dan
bagaimana seharusnya bersikap-red.
Rasulullah SAW bersabda, “Tutuplah belanga (tempat makanan) dan tempayan (tempat air) sebab dalam setahun itu ada suatu malam di mana penyakit (wabah) akan turun. Tidaklah ia melewati belanga atau tempayan yang tidak ditutup melainkan turun padanya penyakit (wabah) tersebut.” (HR.Muslim)
Bukti Ilmiah
Kedokteran modern telah menetapkan bahwa Nabi SAW adalah peletak pertama konsep menjaga kesehatan sebagai antisipasi atas berjangkitnya wabah dan penyakit menular.
Ternyata telah terbukti bahwa memang penyakit-penyakit menular itu beraktifitas pada musim-musim tertentu dalam setahun. Bahkan, sebagiannya muncul setiap mencapai jumlah tertentu dalam beberapa tahun dan sesuai dengan sistem kerja yang demikian detail sehingga hingga kini belum diketahui apa penyebabnya.
Di antara contohnya adalah masalah kesuburan dan kelumpuhan pada anak yang banyak terjadi pada bulan September dan Oktober. Tifus banyak terjadi pada musim panas, kolera terjadi setiap tujuh tahun sekali dan gondok setiap tiga tahun sekali.
Hal ini merupakan penafsiran dari mukjizat ilmiah dalam ucapan Rasulullah SAW, “Dalam setahun itu ada suatu malam di mana penyakit (wabah) akan turun,” yakni wabah-wabah musiman yang memiliki waktu-waktu tertentu.
Demikian pula, Rasulullah SAW telah menyiratkan akan cara paling penting dalam menghindari penyakit (tindakan preventif) dalam sabdanya yang lain, “Hindarilah debu sebab di dalamnya terdapat bakteri.”
Di antara hakikat ilmiah yang belum dikenal kecuali setelah ditemukannya alat pembesar ‘mikroskop’ menyatakan bahwa sebagian penyakit menular berpindah melalui hujan ringan (rintik-rintik), tepatnya melalui udara yang terkontaminasi oleh debu sebagaimana bunyi hadits tersebut yang menggunakan lafazh “adz-Dzarr” (debu). Bakteri selalu terkait dengan butiran-butiran debu ketika ia dibawa oleh angin dan melalui proses itu sampailah ia dari si sakit kepada orang yang sehat.
Penamaan ‘bakteri’ (mikroba) yang dalam bahasa Arabnya (dalam teks hadits) menggunakan kata “Nasamah” merupakan penamaan yang sangat tepat. Hal ini telah dijelaskan seorang ahli bahasa bernama Fairuz Abady di dalam kamus “al-Muhiith” bahwa ia (kata Nasamah) diucapkan terhadap hewan paling kecil. Tentunya, tidak asing lagi bahwa bakteri memiliki sifat gerak dan hidup.
Adapun penamaan bakteri (Mikruub) di dalam tata bahasa Arab dengan kata “Jurtsuum” adalah penamaan yang tidak tepat dengan namanya sebab bila dikatakan “Jurtsuumatu kulli syai`in” artinya asalnya (segala sesuatu); maka termasuk juga serbuk kayu.
Di sinilah letak mukjizat kedokteran yang dibawa Rasulullah SAW. Wallahu a’lam.
(Sumber: kitab al-I’jaaz al-‘Ilmy Fi al-Islam Wa as-Sunnah an-Nabawiyyah karya Muhammad Kamil ‘Abd ash-Shamad, sebagai yang redaksi nukil dari salah satu situs yang berkompeten tentang mukjizat ilmiah) (Ilmu Warisan Leluhur)
Rasulullah SAW bersabda, “Tutuplah belanga (tempat makanan) dan tempayan (tempat air) sebab dalam setahun itu ada suatu malam di mana penyakit (wabah) akan turun. Tidaklah ia melewati belanga atau tempayan yang tidak ditutup melainkan turun padanya penyakit (wabah) tersebut.” (HR.Muslim)
Bukti Ilmiah
Kedokteran modern telah menetapkan bahwa Nabi SAW adalah peletak pertama konsep menjaga kesehatan sebagai antisipasi atas berjangkitnya wabah dan penyakit menular.
Ternyata telah terbukti bahwa memang penyakit-penyakit menular itu beraktifitas pada musim-musim tertentu dalam setahun. Bahkan, sebagiannya muncul setiap mencapai jumlah tertentu dalam beberapa tahun dan sesuai dengan sistem kerja yang demikian detail sehingga hingga kini belum diketahui apa penyebabnya.
Di antara contohnya adalah masalah kesuburan dan kelumpuhan pada anak yang banyak terjadi pada bulan September dan Oktober. Tifus banyak terjadi pada musim panas, kolera terjadi setiap tujuh tahun sekali dan gondok setiap tiga tahun sekali.
Hal ini merupakan penafsiran dari mukjizat ilmiah dalam ucapan Rasulullah SAW, “Dalam setahun itu ada suatu malam di mana penyakit (wabah) akan turun,” yakni wabah-wabah musiman yang memiliki waktu-waktu tertentu.
Demikian pula, Rasulullah SAW telah menyiratkan akan cara paling penting dalam menghindari penyakit (tindakan preventif) dalam sabdanya yang lain, “Hindarilah debu sebab di dalamnya terdapat bakteri.”
Di antara hakikat ilmiah yang belum dikenal kecuali setelah ditemukannya alat pembesar ‘mikroskop’ menyatakan bahwa sebagian penyakit menular berpindah melalui hujan ringan (rintik-rintik), tepatnya melalui udara yang terkontaminasi oleh debu sebagaimana bunyi hadits tersebut yang menggunakan lafazh “adz-Dzarr” (debu). Bakteri selalu terkait dengan butiran-butiran debu ketika ia dibawa oleh angin dan melalui proses itu sampailah ia dari si sakit kepada orang yang sehat.
Penamaan ‘bakteri’ (mikroba) yang dalam bahasa Arabnya (dalam teks hadits) menggunakan kata “Nasamah” merupakan penamaan yang sangat tepat. Hal ini telah dijelaskan seorang ahli bahasa bernama Fairuz Abady di dalam kamus “al-Muhiith” bahwa ia (kata Nasamah) diucapkan terhadap hewan paling kecil. Tentunya, tidak asing lagi bahwa bakteri memiliki sifat gerak dan hidup.
Adapun penamaan bakteri (Mikruub) di dalam tata bahasa Arab dengan kata “Jurtsuum” adalah penamaan yang tidak tepat dengan namanya sebab bila dikatakan “Jurtsuumatu kulli syai`in” artinya asalnya (segala sesuatu); maka termasuk juga serbuk kayu.
Di sinilah letak mukjizat kedokteran yang dibawa Rasulullah SAW. Wallahu a’lam.
(Sumber: kitab al-I’jaaz al-‘Ilmy Fi al-Islam Wa as-Sunnah an-Nabawiyyah karya Muhammad Kamil ‘Abd ash-Shamad, sebagai yang redaksi nukil dari salah satu situs yang berkompeten tentang mukjizat ilmiah) (Ilmu Warisan Leluhur)
Kisah Syahid Dari Iraq Yang Jasadnya Dimutilasi
Sebenarnya kisah ini berupa berita yang dipublikasikan di salah satu
situs Islam berbahasa Arab terkemuka, namun karena sifat berita yang
paling tidak, harus terus diup-date setiap hari sementara kisah ini
penting untuk dijadikan pelajaran dan renungan kita, maka kami memuatnya
dalam versi kisah islami sehingga dapat ditampilkan untuk beberapa
lama.
Sebuah kisah tewasnya seorang anggota kelompok perlawanan Islam, di Iraq (al-Muqaawamah al-Islaamiyyah) yang menunjukkan masih adanya kelompok perlawanan yang benar-benar murni berjuang dan berjihad untuk meninggikan Kalimatullah dan membuka mata kita lebar-lebar betapa dengki dan dendamnya musuh-musuh Islam.
Kisah seorang syahid yang berasal dari Arab Saudi, namanya Sa’id, kelahiran tahun 1975. Ia dijuluki rekan-rekan seperjuangannya dari warga asli Iraq dengan Abu Samrah. Dan sejak itu, ia bangga dan lebih senang dipanggil dengan julukan itu ketimbang nama aslinya.
Sebenarnya, Abu Samrah ini seorang yang hidup berkecukupan di negerinya. Maklum, sebagai warga negara Arab Saudi tentulah kehidupan sosialnya jauh lebih baik daripada saudara-saudaranya di Iraq yang hidup memprihatinkan karena dilanda peperangan dan sekarang ini masih terjajah. Ia ingin memberikan pesan kepada saudara-saudaranya, rakyat Iraq bahwa dien Muhammad adalah amanah yang bukan hanya diembankan ke atas pundak orang-orang Iraq saja tetapi juga ke atas kaum Muslimin selain mereka.
Ia terpanggil untuk berjihad membela agama Allah sekali pun sebelumnya tidak pernah mengikuti latihan militer apa pun yang seyogyanya dimiliki oleh orang yang ingin memasuki medan perang.
Menurut penuturan Syaikh ‘Awad, salah seorang pemimpin kelompok perlawanan, Sa’id menolak untuk bergabung dengan kelompok mana pun di Iraq yang di mata publik Iraq masih mengundang pro dan kontra. Dalam kesehariannya, ia dikenal sebagai seorang yang suka bercanda, banyak menghibur rekan-rekan seperjuangannya, memiliki ghirah yang tinggi dan tak rela kehormatan kaum Muslimin diinjak-injak. Setiap kali ia melihat bangunan dan rumah-rumah yang tinggi di kawasan Ramadi, ia selalu berhasrat untuk naik ke loteng-loteng rumah tersebut lalu dari situ, ia akan menjadi snipper dengan membidik 40 orang Amerika setiap harinya andaikata bukan karena khawatir tentara pendudukan Amerika akan menggeledah rumah-rumah penduduk di situ, melecehkan kehormatan kaum wanitanya dan menerobos masuk ke dalam rumah-rumah mereka. Karena kekhawatirannya itu, ia malah menolak untuk menyerang tentara pendudukan bila mereka masih berada di lorong-lorong dan di jalan-jalan padahal sangat memungkinkan sekali baginya untuk menimbulkan korban yang lebih banyak di pihak tentara pendudukan tersebut. Ia pernah berkata, “Bagi saya, kehormatan wanita-wanita Saudi tidak lebih mahal dari kehormatan wanita-wanita Iraq, sebab mereka semua adalah Muslimat dan semuanya adalah saudara-saudara kita di dalam dienullah.
Syaikh ‘’Awad menuturkan bahwa pada malam sebelum Abu Samrah gugur sebagai syahid, ia betul-betul telah memperlihatkan perjuangan yang tulus dan begitu gagah di medan pertempuran. Karena itu, beliau dan rekan-rekan seperjuangannya begitu yakin bahwa ia akan meninggalkan mereka malam itu untuk selama-lamanya.
Pada malam syahidnya itu, ia bergerak maju padahal tentara pendudukan sudah menarik mundur pasukannya. Ini ia lakukan untuk membuka celah sehingga para mujahidin dapat mematahkan kekuatan musuh secara total di dekat rumah sakit Ramadi, yang letaknya agak jauh dari kota di bagian utara. Ternyata, hari itu adalah hari terakhir ia bertemu dengan para rekan seperjuangannya. Sebuah tembakan mengenai dadanya dan ia pun jatuh tersungkur dengan posisi masih memegang senjata seraya mengucapkan, “Semoga jual beli ini mendapat keuntungan, semoga perjalanan ini mendapat keuntungan. Alhamdulillah, Ya Allah, pertemukanlah aku dengan saudara-saudaraku, Ya Allah, aku titipkan pada-Mu orang-orang yang aku tinggalkan di rumah-rumahku sebab aku hanya keluar demi-Mu, bukan demi siapa-siapa.”
Syaikh ‘Awad menambahkan, “Sekali pun tembakan yang dialaminya cukup parah, tetapi suaranya ketika mengucapkan itu sangat jelas terdengar. Kami menyaksikan dan mendengarkannya hingga saat-saat terakhir ajal menjemputnya, hanya saja tidak dapat mendekat lebih dekat lagi karena tentara pendudukan berhasil naik ke lokasi-lokasi yang tinggi dan mulai menembaki dari sebagai sniper. Untung saja, kami berhasil membawa lari empat orang rekan kami lainnya yang juga gugur sebagai syuhada. Sementara tentara pendudukan itu menyongsong jasadnya yang sudah terlentang dan melakun mutilasi terhadap jasanya lalu melemparnya ke badan jalan. Abu Asmar sang pahlawan turun dari kudanya dengan berjalan kaki setelah datang dari negeri tempat turunnya wahyu. Orang-orang Amerika dan sekutu mereka kemudian memperlakukan jasadnya dengan cara yang belum pernah dilakukan terhadap siapa pun sebelum itu. Ini menjelaskan kepada kita betapa kedengkian orang-orang Amerika terhadapnya.”
Yah, tentara pendudukan itu telah melakukan mutilasi terhadap jasadnya. Berdasarkan penjelasan dan kesaksian salah seorang dokter di rumah sakit umum Ramadi sebelum jasad Abu Samrah dikuburkan, bahwa menemukan jasad seorang warga negara Arab Saudi yang gugur dalam kontak senjata dengan tentara pendudukan seminggu lalu (hari selasa lalu, 08-03-2005), ia mendapati dadanya sudah tersobek menganga, ususnya terburai keluar, beberapa tusukan dalam mengenai lambungnya. Tusukan ini jelas berasal dari mata tombak. Demikian pula, mutilasi juga dilakukan terhadap bagian bawah pusarnya di mana anggota kemaluannya dilobangi dengan cara yang mengenaskan sekali, yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Kepalanya juga dipukul dengan tombak dan alat-alat yang terbuat dari besi. Di kepalanya terdapat beberapa bekas bakar akibat letupan moncong senjata api yang ditembakkan ke tubuhnya. Selain itu, terdapat pula tulisan di atas dadanya yang digores dengan menggunakan mata tombak yang tajam. Tulisan tersebut berbahasa inggeris yang artinya kurang lebih ‘Tidak akan ada lagi orang yang berani setelah anda.’
Dokter tersebut mengatakan bahwa ia sudah menjahit perut dan dada jasad Abu Samrah tersebut atas permintaan rekan-rekan seperjuangannya.
Syaikh ‘Awad mengakhiri kisah sang pejuang, “Beliau rahimahullah dikuburkan setelah sebelumnya beberapa potongan anggota badannya yang robek oleh tombak musuh kami kumpulkan terlebih dahulu. Seakan kami menguburkan umat secara keseluruhan. Sa’id masuk dalam rombongan para syuhada. Semoga, mata para pengecut tidak akan pernah terlelap lagi.”
(Sumber: sebuah situs islam berbahasa Arab, tertanggal 14-03-2005) (Ilmu Warisan Leluhur)
Sebuah kisah tewasnya seorang anggota kelompok perlawanan Islam, di Iraq (al-Muqaawamah al-Islaamiyyah) yang menunjukkan masih adanya kelompok perlawanan yang benar-benar murni berjuang dan berjihad untuk meninggikan Kalimatullah dan membuka mata kita lebar-lebar betapa dengki dan dendamnya musuh-musuh Islam.
Kisah seorang syahid yang berasal dari Arab Saudi, namanya Sa’id, kelahiran tahun 1975. Ia dijuluki rekan-rekan seperjuangannya dari warga asli Iraq dengan Abu Samrah. Dan sejak itu, ia bangga dan lebih senang dipanggil dengan julukan itu ketimbang nama aslinya.
Sebenarnya, Abu Samrah ini seorang yang hidup berkecukupan di negerinya. Maklum, sebagai warga negara Arab Saudi tentulah kehidupan sosialnya jauh lebih baik daripada saudara-saudaranya di Iraq yang hidup memprihatinkan karena dilanda peperangan dan sekarang ini masih terjajah. Ia ingin memberikan pesan kepada saudara-saudaranya, rakyat Iraq bahwa dien Muhammad adalah amanah yang bukan hanya diembankan ke atas pundak orang-orang Iraq saja tetapi juga ke atas kaum Muslimin selain mereka.
Ia terpanggil untuk berjihad membela agama Allah sekali pun sebelumnya tidak pernah mengikuti latihan militer apa pun yang seyogyanya dimiliki oleh orang yang ingin memasuki medan perang.
Menurut penuturan Syaikh ‘Awad, salah seorang pemimpin kelompok perlawanan, Sa’id menolak untuk bergabung dengan kelompok mana pun di Iraq yang di mata publik Iraq masih mengundang pro dan kontra. Dalam kesehariannya, ia dikenal sebagai seorang yang suka bercanda, banyak menghibur rekan-rekan seperjuangannya, memiliki ghirah yang tinggi dan tak rela kehormatan kaum Muslimin diinjak-injak. Setiap kali ia melihat bangunan dan rumah-rumah yang tinggi di kawasan Ramadi, ia selalu berhasrat untuk naik ke loteng-loteng rumah tersebut lalu dari situ, ia akan menjadi snipper dengan membidik 40 orang Amerika setiap harinya andaikata bukan karena khawatir tentara pendudukan Amerika akan menggeledah rumah-rumah penduduk di situ, melecehkan kehormatan kaum wanitanya dan menerobos masuk ke dalam rumah-rumah mereka. Karena kekhawatirannya itu, ia malah menolak untuk menyerang tentara pendudukan bila mereka masih berada di lorong-lorong dan di jalan-jalan padahal sangat memungkinkan sekali baginya untuk menimbulkan korban yang lebih banyak di pihak tentara pendudukan tersebut. Ia pernah berkata, “Bagi saya, kehormatan wanita-wanita Saudi tidak lebih mahal dari kehormatan wanita-wanita Iraq, sebab mereka semua adalah Muslimat dan semuanya adalah saudara-saudara kita di dalam dienullah.
Syaikh ‘’Awad menuturkan bahwa pada malam sebelum Abu Samrah gugur sebagai syahid, ia betul-betul telah memperlihatkan perjuangan yang tulus dan begitu gagah di medan pertempuran. Karena itu, beliau dan rekan-rekan seperjuangannya begitu yakin bahwa ia akan meninggalkan mereka malam itu untuk selama-lamanya.
Pada malam syahidnya itu, ia bergerak maju padahal tentara pendudukan sudah menarik mundur pasukannya. Ini ia lakukan untuk membuka celah sehingga para mujahidin dapat mematahkan kekuatan musuh secara total di dekat rumah sakit Ramadi, yang letaknya agak jauh dari kota di bagian utara. Ternyata, hari itu adalah hari terakhir ia bertemu dengan para rekan seperjuangannya. Sebuah tembakan mengenai dadanya dan ia pun jatuh tersungkur dengan posisi masih memegang senjata seraya mengucapkan, “Semoga jual beli ini mendapat keuntungan, semoga perjalanan ini mendapat keuntungan. Alhamdulillah, Ya Allah, pertemukanlah aku dengan saudara-saudaraku, Ya Allah, aku titipkan pada-Mu orang-orang yang aku tinggalkan di rumah-rumahku sebab aku hanya keluar demi-Mu, bukan demi siapa-siapa.”
Syaikh ‘Awad menambahkan, “Sekali pun tembakan yang dialaminya cukup parah, tetapi suaranya ketika mengucapkan itu sangat jelas terdengar. Kami menyaksikan dan mendengarkannya hingga saat-saat terakhir ajal menjemputnya, hanya saja tidak dapat mendekat lebih dekat lagi karena tentara pendudukan berhasil naik ke lokasi-lokasi yang tinggi dan mulai menembaki dari sebagai sniper. Untung saja, kami berhasil membawa lari empat orang rekan kami lainnya yang juga gugur sebagai syuhada. Sementara tentara pendudukan itu menyongsong jasadnya yang sudah terlentang dan melakun mutilasi terhadap jasanya lalu melemparnya ke badan jalan. Abu Asmar sang pahlawan turun dari kudanya dengan berjalan kaki setelah datang dari negeri tempat turunnya wahyu. Orang-orang Amerika dan sekutu mereka kemudian memperlakukan jasadnya dengan cara yang belum pernah dilakukan terhadap siapa pun sebelum itu. Ini menjelaskan kepada kita betapa kedengkian orang-orang Amerika terhadapnya.”
Yah, tentara pendudukan itu telah melakukan mutilasi terhadap jasadnya. Berdasarkan penjelasan dan kesaksian salah seorang dokter di rumah sakit umum Ramadi sebelum jasad Abu Samrah dikuburkan, bahwa menemukan jasad seorang warga negara Arab Saudi yang gugur dalam kontak senjata dengan tentara pendudukan seminggu lalu (hari selasa lalu, 08-03-2005), ia mendapati dadanya sudah tersobek menganga, ususnya terburai keluar, beberapa tusukan dalam mengenai lambungnya. Tusukan ini jelas berasal dari mata tombak. Demikian pula, mutilasi juga dilakukan terhadap bagian bawah pusarnya di mana anggota kemaluannya dilobangi dengan cara yang mengenaskan sekali, yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Kepalanya juga dipukul dengan tombak dan alat-alat yang terbuat dari besi. Di kepalanya terdapat beberapa bekas bakar akibat letupan moncong senjata api yang ditembakkan ke tubuhnya. Selain itu, terdapat pula tulisan di atas dadanya yang digores dengan menggunakan mata tombak yang tajam. Tulisan tersebut berbahasa inggeris yang artinya kurang lebih ‘Tidak akan ada lagi orang yang berani setelah anda.’
Dokter tersebut mengatakan bahwa ia sudah menjahit perut dan dada jasad Abu Samrah tersebut atas permintaan rekan-rekan seperjuangannya.
Syaikh ‘Awad mengakhiri kisah sang pejuang, “Beliau rahimahullah dikuburkan setelah sebelumnya beberapa potongan anggota badannya yang robek oleh tombak musuh kami kumpulkan terlebih dahulu. Seakan kami menguburkan umat secara keseluruhan. Sa’id masuk dalam rombongan para syuhada. Semoga, mata para pengecut tidak akan pernah terlelap lagi.”
(Sumber: sebuah situs islam berbahasa Arab, tertanggal 14-03-2005) (Ilmu Warisan Leluhur)
Langganan:
Postingan (Atom)