Kisah ini merupakan salah satu cerita tertua di dunia. Kisah dua kota
yang namanya identik dengan dosa, Sodom dan Gomora. Selama
bertahun-tahun, cerita tentang apa yang menimpa mereka menjadi
perumpamaan tentang Bejatnya Moral yang harus dibayar dengan MAHAL.
Penggambaran
kehidupan manusia di dua kota ini betul betul hampir sangat relevan
dewasa ini, dimana berbagai tindakan yang sangat jauh dengan hakekat
mereka sebagai makhluk ciptaan, bobroknya moral, seakan-akan tidak
memiliki batasan. Dimana Perintah-perintah dari Sang Pencipta dan
norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat sudah seakan menjadi dongeng
turun temurun yang hanya sebatas mereka dengar.
Sekitar 4000
tahun yang lalu, Sodom dan Gomora menyandang reputasi tersebut. Walau
Kitab suci tak pernah menyebutkan apa perbuatan mereka secara mendetil
sehingga bisa bernasib seperti itu. Walaupun demikian, Kitab suci sangat
jelas memberikan penggambaran mengenai hukuman yang mereka terima dari
Sang Pencipta.
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan
negeri kaum Luth itu (terjungkir-balik sehingga) yang di atas ke bawah,
dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan
bertubi-tubi.” (QS Huud ayat 82)
Jika cerita mengenai Sodom dan
Gomora memang terjadi seperti apa yang dikisahkan di dalam Al-Quran
maupun Injil, maka sangat mungkin terjadi di suatu lahan kosong
terpencil di sebelah lautan tanpa kehidupan. Tapi, dimanakah tempat itu?
Seperti
yang kita ketahui, banyak tempat yang dikisahkan didalam kitab suci
sulit untuk ditentukan dimana lokasi yang sebenarnya. Contohnya didalam
Kitab Taurat yang membahas tentang lima kota lembah. Sampai saat ini
kita hanya bisa berspekulasi bahwa kelima kota tersebut berada disekitar
laut mati.
Cerita mengenai Sodom dan Gomora ini terjadi di zaman Ibrahim a.s, berabad-abad sebelum Musa a.s keluar dari tanah Mesir.
Tak
ada yang menemukan petunjuk kota seperti itu pernah ada, sebab tak
pernah ada orang yang sungguh-sungguh mencari-nya. Hingga pada tahun
1924, Ahli purbakala bernama William Albright berangkat menuju ke Laut
Mati untuk melakukan penelitian disana. Beberapa orang yang bersamanya
jelas mencari keberadaan sisa-sisa Sodom dan Gomora. Mereka mengitari
pantai tenggara dari laut mati hingga mereka ahirnya tiba di sutus
purbakala Bab-edh-dhra.
Bab-edh-dhra (dibaca : Babhedra),
merupakan situs jaman perunggu, namun tak ada petunjuk jika situs itu
meupakan suatu kota. Tampaknya daerah itu merupakan suatu daerah
pemakaman. Namun Albright tak memiliki sumber daya untuk menggalinya.
Jadi
hampir 50 tahun berlalu sebelum ada yang kembali ke situs tersebut
untuk melakukan penggalian. Ahli Purbakala Paul Lapp memimpin penggalian
di tahun 1967, dan Thomas Schaub termasuk salah satu penggalinya.
Bab-edh-dhra
merupakan makam terbesar khas jaman perunggu yang mereka gali,
panjangnya 15 meter dan lebarnya 7 meter. Disini mereka juga menemukan
makam berisi perhiasan emas dan menggali lebih 700 tembikar yang
merupakan hadiah penguburan termasuk tempat parfum kecil dan banyak
benda lain seperti kain.
Situs ini sungguh menakjubkan, makam ini
telah digunakan selama 1000 tahun lamanya, dari zaman Ibrahim hingga
penghancuran Sodom. Namun, tak ada apapun untuk mengaitkan pemakaman
kuno itu dengan Sodom.
Misterinya, sekitar tahun 2350 SM,
penguburan itu mendadak berhenti tak ada yang tahu mengapa. Ada sejumlah
sebab mengapa suatu situs tak ditempati lagi, beberapa bisa
disimpulkan, beberapa lagi tidak. Penyebab pada umumnya mungkin
persediaan air mengering, lingkungan berubah, iklim berubah atau
orang-orangnya dibasmi total.
Sodom dan Gomora dari segi Sanis
Penelitian-penelitian
arkeologi dan geologi yang telah dilakukan sejak tahun 1920-an di
wilayah Laut Mati menemukan bahwa bekas-bekas kota Sodom dan Gomora
paling mungkin terletak di tepi tenggara Laut Mati, yaitu dua kota yang
di dalam arkeologi dikenal sebagai Bab edh-Dhra (Sodom) dan Numeira
(Gomora).
Di kedua kota itu ditemukan banyak artefak dan rangka
manusia yang menunjukkan bekas kejadian bencana pada sekitar tahun 2000
SM. Laut Mati merupakan pull-apart basin yang dibentuk oleh tarikan
transtensional dua sesar mendatar mengiri (sinistral-transtensional
duplex) Sesar Yudea dan Sesar Moab.
Sodom dan Gomora terletak di
atas Sesar Moab. Laut Mati dicirikan oleh endapan elisional, kegempaan
yang tinggi, fenomena diapir, gunung garam dan gunung lumpur, serta
akumulasi hidrokarbon (aspal dan bitumen) dengan kadar belerang tinggi.
Pembinasaan Sodom dan Gomora diinterpretasikan terjadi melalui bencana geologi dengan urutan :
1. Pergerakan Sesar Moab
2.
Gempa dengan magnitude 7,0+ yang menghancurkan kota-kota dan sekitarnya
serta likuifaksi yang menenggelamkan sebagian wilayah kota-kota,
3. Erupsi gunung garam dan gunung lumpur yang meletuskan halit, anhidrit, batu-batuan, lumpur, aspal, bitumen, dan belerang,
4.
Kebakaran kota-kota dan sekitarnya karena material hidrokarbon yang
diletuskan terbakar sehingga menjadi hujan api dan belerang.
Bencana
katastrofik ini telah meratakan Sodom dan Gomora dan menewaskan seluruh
penduduknya kecuali Luth dan dua putrinya. Api dari langit yang
menghujani Sodom dan Gomora bukan fenomena astroblem (seperti meteor),
melainkan fenomena katastrofi (malapetaka) geologi berupa aspal dan
bitumen yang terbakar serta belerang yang berasal dari letusan gunung
garam dan gunung lumpur.
(Ilmu Warisan Leluhur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar