Sebagian masyarakat Indonesia percaya bahwa ruh orang yang telah mati
dapat "berwisata" ke alam dunia kita yang masih hidup. Mereka ini sering
juga disebut sebagai ruh yang gentayangan. Bahkan ada pula yang
menyebutnya sebagai arwah penasaran.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa
"Apabila
telah mati seorang mukmin, maka ruhnya mengitari sekitar rumah selama
sebulan. Jika telah genap sebulan, kembalilah ia ke tempatnya. Setelah
itu, berputar-putar kembali hingga genap waktu setahun.Dia melihat siapa
yang mendoakannya dan siapa yang merasa susah karenanya. Apabila telah
genap setahun maka diangkatlah ruh tersebut ke tempat para ruh berkumpul
hingga hari kiamat tiba, yaitu pada hari ditiup suatu sangkakala."
Riwayat lain dari Ibnu Abbas, menyebutkan
Apabila
datang hari 'id , hari jumat pertama bulan Rajab, Malam Nisyfu Sya'ban,
Lailatul Qadr, dan Malam Jumat, keluarlah ruh-ruh orang yang telah mati
dan berhenti di pintu rumah mereka.
Mereka berkata,
"Kasihanilah
kami,pada malam yang penuh berkah ini dengan bersedekah atau memberi
makan (orang yang memerlukannnya), karena kami sangat membutuhkan
(pahala itu). Apabila kalian kikir untuk itu, dan tak mampu
memberikannya, maka ingatlah kami dengan membaca Al Fatihah pada malam
yang penuh berkah ini.
Adakah orang yang mengasihaniku?
Adakah orang yang mengingat pengembaraanku?
Wahai penghuni rumahku,
wahai orang yang menikahi istriku,
wahai orang yang menempati gedung-gedungku,
kami sekarang dalam kesempitan kubur.
wahai orang yang membagi harta bendaku,
orang yang menghina anak yatimku,
adakah di antara kalian seseorang yang mengingat pengembaraan kami ini?
Kitab
amal-amalku telah ditutup, sedangkan kitab amal-amal kalian masih
terbuka. Tak ada lagi mayat dalam kubur secarik kain pun,
maka
janganlah kalian melupakan kami dengan bersedekah sesuap makanan dan
doa-doa kalian karena kami sangat membutuhkan selama-lamanya."
Apabila
ruh tersebut menemukan sedekah dan doa, maka kembalilah mereka dengan
riang gembira. Dan jika tidak, kembalilah mereka dengan penuh kesedihan,
penyesalan,dan keputusasaan lantaran mereka mengalami kesengsaraan.
(Ilmu Warisan Leluhur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar